Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cinta Tahu Kemana Arahnya

 Bagian 1

Dalam seminggu rasanya tidak ada jeda bagi seorang Jenni yang setiap harinya akan selalu melakukan rutinitas yang sama. Badannya terasa remuk tak karuan karena melakukan berbagai macam aktivitas selain bersekolah.



Biasanya sepulang sekolah Jenni akan bekerja paruh waktu untuk menjaga toko milik tantenya yang merupakan saudara dari sang ibu. Ya, sudah sewajarnya Jenni bekerja kerasa disamping bersekolah karena sejak kecil ia sudah ditinggalkan sang ayah.

Mungkin bisa dikatakan Jenni tidak ingat lagi bagaimana wajah sang ayah karena waktu itu umurnya masih sekitar 9 tahunan. Ayahnya pamit mencari pekerjaan ke luar negeri dan hingga saat ini tidak tahu entah kemana.

Menurut sang ibu awal bekerja ayahnya selalu rutin mengirimkan uang dan juga menelpon sang ibu meskipun hanya satu kali dalam seminggu. Namun 2 tahun berselang kemudian ayahnya secara perlahan menghilang entah kemana. Mungkin ayah sudah memiliki keluarga baru disana, entahlah Jenni tak mau ambil pusing memikirkannya.

Bagi Jenni yang terpenting sekarang ini adalah berusaha untuk membantu sang ibu mencari nafkah bagi keluarganya. Ya itu harus! Karena masih ada dua adik kecilnya yang juga butuh biaya untuk bersekolah. Mau tidak mau Jenni harus ikut membantu meringankan beban sang ibu yang kini sudah menjadi figure ibu sekaligus ayah bagi anak anaknya.

Sebenarnya sang ibu sudah melarang Jenni untuk bekerja dan menyuruhnya untuk fokus bersekolah tanpa memikirkan apapun. Namun, keinginan Jenni untuk membantu keluarga membuatnya tidak menghiraukan perkataan sang ibu untuk tidak bekerja.

‘kring kring kring’

Alarm rasanya seperti sebuah bom yang membuatnya harus segera berlari kabur dari tempat itu. Ya, hari ini adalah hari senin dan setiap seminggu sekali akan di adakan sidak keterlambatan bagi setiap siswanya.

Jenni memang ratunya telat, wajarlah namanya juga sambil bekerja pasti akan sangat nyenyak untuk tidur di malam hari. Apalagi selesai bekerja dia langsung menyelesaikan setiap tugas sekolahnya.

“bu, Jenni berangkat sekolah dulu ya”

“loh gak sarapan dulu?”

“gak usah bu, udah telat” ujar Jenni sambil mencium kening kedua adiknya.

“assalamualaikum”

“waalaikum salam, hati hati ya”

“siap bu” ujar Jenni sambil berlari keluar rumah mengambil sepeda lalu mengayuhnya.

Ayunan pedal sepeda terasa begitu keras Jenni lakukan karena takut ia akan terlambat masuk ke sekolah dan kembali mendapatkan hukuman. Namun, ternyata usahanya sia sia. Di tengah perjalanan tiba tiba ada sebuah mobil yang tidak sengaja menyerempetnya.

‘bruk’

Jenni bersama sepedanya terpental ke pinggir jalan membuat kakinya terluka akibat tertimpa sepeda.

Dari dalam mobil tampak keluar laki laki yang seumuran dengan dirinya begitu sopan dan meminta maaf kepada Jenni.

“duh duh mbak. Maaf maaf saya gak sengaja”

“iya gapapa mas, lagian Cuma luka dikit aja kok” jawab Jenni sambil tersenyum

“maaf banget mbak saya buru bur mau ke sekolah soalnya. Jadi takut telat”

“oh iya gapapa kok. Silahkan lanjutkan perjalanannya mas”

“beneran nih mbak gapapa? Tapi kaki mbak gimana?”

“gapapa saya bawa plaster kok, jadi santai aja. Bentar lagi saya kasih plaster dan lanjut jalan lagi”

“hmmm.. gimana kalau saya pakaikan plasternya nanti kalau sudah saya langsung jalan”

“loh gak usah mas. Saya bisa sendiri kok”

“udah kan cuma sebentar aja. Saya juga gak enak mau ninggalin soalnya kan saya yang nyerempet”

Jenni hanya bisa pasrah dan mengeluarkan plaster serta obat merah yang selalu ia bawa dari dalam tasnya. Rasanya perih sekali saat pria itu meneteskan obat merah pada kakinya tapi mau nangis malu.

“udah beres” jawab pria itu sambil tersenyum

“terimakasih”

“yaudah saya duluan ya” ujar sang pria yang belum tahu namanya

Jenni hanya mengangguk.

Sesampainya di sekolah ternyata guru piket sudah siap menunggu depan pintu masuk sekolah dan membuatnya terpaksa harus menerima hukuman.

“Jenni, telat lagi?” tanya pak wiwik tegas

“iya pak maaf”

“baris sama temen teman yang telat”

“baik pak”

Namun ketika Jenni ingin membalikkan badannya dan bergabung dengan teman lainnya yang telat tiba tiba diantara barisan itu terdengar suara.

“pak dia terlambat karena tadi mengalami kecelakaan”

Jenni bingung tapi tidak mau menoleh karena takut nantinya malah kenak marah lagi.

“Jenni apa benar itu?”

“i..ii…iya pak, tadi waktu berangkat kesekolah saya diserempet mobil”

“coba tunjukkan buktinya”

Jenni menunjuk pada kaos kaki yang ada noda darahnya dan kemudian membuka bagian dalam kaos kaki. Terlihat plester sudah menempel disana. Berkat itu semua Jenni lolos dari hukuman dan masuk kedalam kelasnya.

 

“teng teng teng” lantunan bel istirahat berbunyi dan Jenni masih saja duduk di bangkunya berusaha menyelesaikan setiap tugas agar lebih gampang nanti di malam hari.

“Jen, lo gak mau ke kantin?” tanya Cika yang merupakan sahabat karib dari Jenni

“ngga. Lo aja Cik”

“yakin gamau? Yaudah deh gue ke kantin sendiri aja”

Ketika Cika ingin beranjak pergi tiba tiba terdengar bunyi keroncongan dari perut Jenni ‘curt curt curt’ tanda alarm untuk makan sepertinya sudah berbunyi.

Jenni ingat kalau tadi pagi ia belum sempat sarapan karena terburu buru berangkat ke sekolah.

“eh cik, gue ikut deh. Perut gue udah mulai nabuh gendang nih” sembari membereskan semua buku bukunya.

Di tengah perjalanan menuju ke kantin tiba tiba mereka berdua di hadang oleh beberapa laki laki yang sedang nongkrong. Sepertinya salah satu dari mereka memang selalu mengincar Jenni dan mengajaknya untuk berkencan.

“Jenni, mau kemana neng?” Ujar Rio sambil menghadang Jenni dan Cika.

“apaan sih lo, kampungan banget” jawab Cika ketus

“apaan sih ikut ikutan aja. Dasar kampret”

“Rio minggir ah, gue mau lewat” jawab Jenni kemudian

“buru buru amat sih Jen, gue mau ngomong bentar aja”

“udah nanti aja ya. Gue lagi laper.. ya”

Tapi Rio kemudian mencoba untuk menggenggam pergelangan tangan Jenni dan terasa sakit sekali.

“Rio, lo apa apaan sih. Sakit” ujar Jenni meringis kesakitan

Tiba tiba dari sekumpulan lelaki yang sedang duduk itu berdiri seorang pria yang ternyata sebelumnya sempat menyerempet Jenni.

“bro, udah lepas kasian dia cewek lo gituin”

Jenni melihat sambil sedikit terkejut ternyata pria itu satu sekolah dengan dirinya tapi selama ini dia tidak sadar. Ya, memang Jenni tidak pernah update mengenai apa saja info terbaru yang ada di sekolahnya. Termasuk juga pria yang terkeren di sekolahnya, yaitu Ikbal.

Tapi semuanya tidak lagi ia hiraukan. Bisa lolos dari Rio saja sudah begitu lega untuk Jenni. Ia langsung bergegas pergi bersama dengan Cika ke kantin. Disisi lain Rio dan Ikbal berdebat karena masalah Jenni barusan.

“Jen, lo mau pesen apa?”

“Nasi pecel aja, tadi gak makan gue. Jadi laper banget” jawab Jenni

Pesanan sudah datang dan mereka berdua menyantap pesanan masing masing dan begitu lahap memakannya.

Tapi hampir saja selesai makan tiba tiba dari belakang muncul suara laki laki yang dan sambil bertanya.

“boleh gabung” sembari membawa sebotol mineral

“boleh” jawab Jenni setelah menengok dan melanjutkan makannya

“gimana kakinya mbak? Udah mendingan?”

Cika yang terheran heran seorang Ikbal bisa menghampiri mereka berdua yang sejatinya bukan apa apa di sekolah. Namun, Jenni yang biasa saja menjawabnya dengan santai.

“oh iya udah mendingan kok, btw makasih tadi udah nolongin kita berdua”

“sama sama. Lagian saya gak suka aja kalau ada cewek mendapatkan perlakuan kasar” sambil tersenyum

“udah gak usah pakai kata ‘saya’ segala. Kita kan seumuran, satu sekolah lagi” jawab Jenni “santai aja” imbuhnya

Ikbal mengulurkan tangannya memulai perkenalan terlebih dahulu “kenalin, gue ikbal”

“ Jen” belum sempat ia menjawab sudah terpotong oleh Ikbal

“Gue udah tau kok”

“ tau dari mana?

“tadi pas Rio nyapa lo”

“oh”

Tiba tiba bel masuk kelas berbunyi dan mereka berpisah menuju kelas masing masing.

 

Seperti biasanya setelah selesai sekolah Jenni akan langsung berangkat kerumah tantenya untuk membantu menjaga warung.

“assalamualaikum tante”

“waalaikumsalam, eh Jenni udah pulang sekolah nak”

“iya tante. Yaudah kan Jenni udah datang tante istirahat aja biar Jenni yang jaga warungnya. Lagian kan ini tugasnya Jenni”

“oh yaudah kalau gitu tante mau shalat dulu baru setelah itu istirahat ya”

Pekerjaan menjaga warung miliki tantenya memang benar benar melelahkan namun harus ia jalani dengan hati yang senang. Sebab, Jenni yakin bahwa ini semua tidak akan selalu ia rasakan pasti nantinya akan ada kebahagiaan yang bisa didapatkan.

Jam 19.00 WIB sudah waktunya Jenni pulang setelah selesai bekerja dari warung milik tantenya dan hari ini sudah tiba waktunya untuk gajian. Betapa senangnya ia setiap kali sudah menerima gaji dari pekerjaannya menjaga warung. Meskipun tidak banyak namun setidaknya sudah cukup untuk membantu sang ibu.

Jenni berinisiatif untuk membeli berbagai bahan makanan di dapur dan kemudian membelikan ayam goring kesukaan adik adiknya. Maklum kehidupannya yang serba pas pasan tentunya membuat mereka harus selalu berhemat dan tidak bisa setiap hari makan ayam.

“bang ayam gorengnya 3 bungkus ya. Dipisah”

Jenni ingin duduk menunggu pesanannya selesai dibuat. Namun ternyata disana ada Ikbal yang kebetulan juga menyukai makanan pinggir jalan satu ini.

“loh kok pas banget sih. Lo ngapain disini?” tanya jeni sambil mengambil kursi berhadapan dengan Ikbal.

“ya, makan lah. Terus ngapain? Masak gue nungguin abang abangnya yang jualan?” jawabnya sambil ngakak.

“hhmmmm.. maksud gue lo kenapa bisa makan disini juga. Kan lo termasuk dalam kalangan atas sih”

“yaampun. Emang kalangan atas gak boleh makan pinggir jalan?”

“ya gak juga sih. Emang lo gak gengsi gitu makan pinggir jalan?”

“ngga lah. Malahan abang ini langganan gue. Iya kan bang” sapa Ikbal kepada sang penjual

“iya mas” jawab sang penjual sambil tersenyum

Jenni hanya mengangguk.

“lo sendiri ngapain?” Ikbal balik bertanya

“ini gue lagi beliin ayam goring buat ibu sama adik adik gue”

“kok lo malem masih keluyuran sih?” tanya Ikbal heran kenapa wanita bisa keluar malam sendiri, naik sepeda lagi.

Jenni hanya terdiam dan tidak merespon omongan Ikbal yang dirasanya tidak perlu dijawab secara detail. Sebab, kehidupan keluarganya bukanlah sebuah informasi yang harus setiap orang ketahui.

Cukup dia dan orang orang terdekat yang tahu bagaimana kehidupannya selama ini dan tidak boleh lagi yang ikut campur dalam kehidupannya. Tak lama kemudian pesanan Jenni sudah siap.

“neng, ini pesanannya”

“oh iya bang” jenni menghampiri dan langsung membayar pesanannya.

“eh. Gue anterin ya” ikbal menawarkan tumpangan pada jenni

“gak usah, gue bawa seperda. Duluan ya”

Ikbal yang kagum akan sosok Jenni hanya bisa diam menatapnya hingga hilang sosoknya dari kejauhan. Ada sesuatu hal yang membuat Ikbal begitu tertarik kepada sosok Jenni yang menurut pandangannya ada kebaikan begitu luar biasa jenni miliki.

Disamping itu Jenni yang sampai dirumah melihat adiknya yang begitu senang saat dibawakan ayam goreng kesukannya terlihat puas.

Ibu beserta adik adiknya makan malam bersama dan Jenni menemani mereka sambil tersenyum lega. Inilah yang ia rasakan setiap kali melihat keluarga kecilnya itu begitu bahagia.

“kakak gak makan?” tanya Dinda dan Amir

“udah kok, kakak udah makan tadi dirumah tante”

“gak mau nyobain punya adek kak?” tanya amir

“gak usah. Adek makan aja yang banyak kakak udah seneng banget”

Setelah semuanya selesai makan kemudian Jenni menyelesaikan pekerjaan terakhirnya yaitu mencuci semua piring yang selesai makan malam. Kemudian lanjut ke kamar menyelesaikan semua tugas sekolahnya hingga selesai.

Begitu setiap harinya yang selalu Jenni lakukan dan sudah menjadi kewajibannya untuk melakukan semua itu. Mulai dari sekolah, bekerja, menyelesaikan pekerjaan rumah yang belum terselesaikan, mengerjakan tugas, dan kemudian tidur.

 

Alarm pagi sudah mulai berbunyi kembali

Namun pagi ini terlihat matahari begitu cerah, hatinya begitu senang dan juga bahagia karena tadi malam sudah membuat semua keluarganya bahagia. Ia bangun lebih pagi dan bersiap untuk pergi ke sekolah pagi itu.

Hari ini ia tidak lagi terlambat masuk sekolah dan bisa sarapan bersama dengan keluarga kecilnya yang begitu ia sayangi.

“selamat pagi kesayangan kakak” sambil mencium kening Amir dan Dinda

“selamat pagi kakak”

“Jen, kamu hari ini mau ke rumah tantemu lagi?”

“gak bu, kemarin udah ijin ke tante hari ini gak kerja dulu. Soalnya ada tugas kelompok bareng Cika”

“oh, pulang jam berapa nanti sayang?”

“gatau masih bu. Kalau sudah selesai pasti langsung pulang bu” jawab Jenni “yaudah jenni berangkat dulu ya. Sarapannya udah jenni habisin”

“iya hati hati loh”

“siap bos” “bye bye sayang sayangku, kakak berangkat sekolah dulu ya”

“iya kak”

Akhirnya hari ini Jenni tidak lagi terlambat sampai ke sekolah. Ia memarkirkan sepedanya pada tempat parker sekolah dan kemudian jalan menelusuri koridor sekolah.

Jenni dan Ikbal kembali bertemu tanpa sengaja, dan Ikbal mengikuti langkah kaki dari Jenni

“tumben lo gak telat?”

“emang lo tau gue selalu telat?”

“iya pas waktu itu, untung gue yang bilangin ke pak wiwik waktu itu”

“oh jadi itu lo, btw makasih ya udah nyelamatin gue dari pak wiwik waktu itu” ujar Jenni

“emang kenapa pak wiwik, gue bilangin pak wiwik baru tau rasa loh” Ikbal mencoba untuk menggoda Jenni

“bakalan gue kejar lo ke ujung dunia kalau itu terjadi”

Mereka berjalan beriringan hingga berpisah pada kelas Jenni, sedangkan Ikbal terus melaju menuju ke kelasnya.

Rio yang melihat kedekatan mereka tampaknya mulai curiga dan merasa tidak senang akan hal tersebut. Tanpa basa basi dia menanyakan kebenarannya kepada Ikbal

“bro, lo ada hubungan apa sama Jenni?” tanya Rio

“gak ada hubungan apa apa kali bro, kita kan satu sekolah. Dan juga gue pernah nyerempet dia waktu itu”

“lo suka ya sama Jenni”

“ngga lah. Ngawur lo”

Tiba tiba terlintas di pikiran Rio untuk melakukan taruhan bersama dengan Ikbal untuk mendapatkan Jenni dalam waktu dekat. Siapa yang berhasil mendapatkan Jenni nantinya akan mendapatkan kesempatan untuk dibayarin liburan ke bali.

Rio mencoba berbicara kepada Ikbal dan dalam perdebatan yang panjang akhirnya Ikbal menyetujui taruhan tersebut.

Sebenarnya dalam hati kecilnya, Ikbal sudah memiliki rasa kagum kepada sosok Jenni namun ia sudah terperangkap dalam taruhannya bersama dengan Rio.

Ini bisa jadi sebuah masalah besar di kemudian hari dan mungkin saja Ikbal tidak menyadarinya. Ego yang membuatnya menerima tantangan tersebut dan memilih untuk menyingkirkan rasa yang ia miliki saat ini.

Sebab, jika ia menggunakan rasa maka nantinya akan semakin sulit untuk bisa lepas dari Jenni setelah taruhannya selesai.

Ini menjadi dilema yang begitu besar bagi seorang Ikbal namun harus tetap ia jalankan agar tidak dianggap remeh oleh seorang Rio Rahardian.

 

Bagian 2

Kedekatan antara keduanya semakin terjalin dari waktu ke waktu. Kini Jenni dan juga Ikbal sudah semakin dekat atau bisa dibilang sedang melakukan pendekatan.

Ini mengisyarakatkan seakan akan tidak ada celah bagi Rio untuk dapat masuk dan menghuni hati dari Jenni. Biasanya setiap minggu malam senin Jenni dan juga Ikbal bertemu di tempat biasanya mereka berjumpa yaitu ayam goreng favorite mereka.

Namun malam itu ternyata Jenni tidak kunjung datang menemui Ikbal pada tempat biasa mereka bertemu tentunya. Ini membuat Ikbal menjadi jauh lebih gelisah dibandingkan biasanya dan membuat hatinya menjadi tidak karuan.

Ada apa?

Apa yang terjadi? Kenapa tidak datang?

Semua itu tentunya terlintas di pikiran Ikbal dan membuat malamnya tidak karuan.

Keesokan harinya di sekolah Jenni tampak tidak terlihat seperti biasanya, wajahnya begitu murung, sedih dan juga gelisah. Seperti ada beban yang tidak dapat ia ungkapkan.

Ikbal mencoba berbicara dan menemuinya namun tidak di hiraukan oleh Jenni. Entah apa yang terjadi, ini membuat hadirnya kebingungan dalam hati Ikbal.

Sepulang sekolah nampaknya Jenni tak lagi menaiki sepeda yang biasanya ia tumpangi ke sekolah setiap harinya. Ini terasa berbeda dan seperti ada yang janggal dalam hal ini.

Ikbal yang melihat Jenni tampak jalan kaki menuju taman dekat sekolah berusaha mengejar dengan mobilnya dan memarkirkannya segera.

Terlihat Jenni tampak duduk di taman tersebut dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya seperti memikirkan sesuatu. Perlahan namun pasti Ikbal menghampiri Jenni yang duduk sendirian.

“hey” sapanya lirih

“lo, ngapain disini?” kaget tahu ikbal ada di sebelahnya “gue belum mau di ganggu bal, sebaiknya lo pulang dulu” Jenni memalingkan wajahnya berusaha menutupi kesedihannya

“lo ada apa?” tanya ikbal sembari duduk disamping Jenni

“gapapa kok, bukan urusan lo juga”

“hey” ikbal meraih wajah Jenni yang tadinya berpaling “ada apa?”

Tanpa banyak perkataan yang muncul tiba tiba semuanya menjadi sunyi. Hanya ada tangisan Jenni yang mulai memecah dan tidak terbendung lagi.

Melihat begitu terlukanya jenni, ikbal mulai mencoba menenangkan dan berusaha memeluk jenni dengan kuat.

“nangis aja, nangis sekenceng kencengnya. Biar lo lega”

“kenapa sih hidup ini gak adil”

“kenapa? Coba cerita” Ikbal mencoba menenangkan

“gue punya adek dua. Kita semua selama ini sudah bahagia hidup bertiga doang. Ayah gue pamit kerja tapi sampai sekarang gak pulang pulang” jawabnya sambil terisak

Ikbal mengelus pundaknya mencoba menenangkan.

“gue gak pernah ngeluh, gak pernah juga gue marah sama kehidupan ini. Gue ngejalanin semuanya dengan ikhlas. Sumpah gue ikhlas. Asalkan keluarga gue bahagia”

“lo kenapa?”

“adik gue dinda dan juga amir ketabrak motor. Mereka nungguin gue di depan gang ngarep gue cepet pulang” Jenni berusaha menjelaskan

“emang lo tadi malem kemana?”

“gue setiap hari kerja, pulang sekolah gue langsung kerja. Pulang malem. Tapi kebetulan memang tadi malam pembelinya rame banget. Jadi jam 19.00 WIB gue belum pulang”

Jenni kembali terisak. Entah bagaimana hancurnya perasaannya saat ini yang mengalami kejadian yang tidak ia sangka sangka. Adiknya harus masuk rumah sakit dan mengalami koma karena tabrakan yang terjadi semalam.

Ini membuat Ikbal tidak tahu harus berbuat apa untuk menenangkan Jenni yang begitu terpukul hatinya. Rasa yang tulus Ikbal miliki kepada jenni ternyata juga membuatnya terluka begitu dalam mendengar apa yang Jenni ceritakan.

‘wanita kuat’

‘wanita hebat’

Itulah yang muncul dalam benak Ikbal saat itu. Jenni masih berada dalam tangisannya di pelukan Ikbal dan mencoba menetralisir apa yang ia rasakan. Sebenarnya dia malu untuk menceritakan semua keluh kesahnya kepada orang lain, tapi pada siapa lagi dia harus bercerita.

Seperti sesak dalam dadanya serasa hilang ketika sudah mencurahkan apa yang ada dalam benaknya. Ini membuat keadaannya perlahan mulai normal dan ia mulai tidak merasakan sesak lagi pada bagian dadanya.

“udah jangan nangis” Ikbal mencoba mengusap air matanya

Jenni masih terlihat sesenggukan

“kalau bukan lo, siapa yang mau berjuang untuk keluarga lo. Kalau seorang Jenni jadi lemah terus gimana sama ibu dan adik adik lo yang sekarang lagi berjuang untuk pulih”

Mendengar perkataan Ikbal seperti mendapatkan sebuah motivasi besar baginya untuk kembali bangkit dan tidak boleh mengeluh sekalipun. Ia mencoba untuk menghela nafas panjang dan menetralkan perasaannya.

Setelah rasanya baikan Jenni langsung berpamitan kepada ikbal untuk segera pergi kerumah sakit. Karena ibunya hanya sendirian menunggu adik adiknya yang tengah terbaring di rumah sakit.

“huuufffttt.. makasih ya”

“makasih buat apa?”

“makasih udah mau dengerin curhatan gue” Jenni tersenyum “dan maaf gue kebanyakan cerita ya, dan maaf juga gue jadi cengeng gini” tambahnya

“udah lah gapapa. Lo kan manusia, bukan robot” jawab Ikbal sambil mengelus rambut lembut Jenni. Baru kali itu ia merasakan lembutnya rambut Jenni

“yaudah gue duluan ya, mau kerumah sakit. Kasian nyokap sendirian di rumah sakit jagain adek adek gue” Jenni beranjak dari tempat duduknya

“jen”

“iya?”

“boleh gue anter?”

“gak usah, gue bisa naik angkot”

“udah ayo ikut gue aja. Biar cepet”

“serius nih gapapa?”

“iya gapapa”

Perjalanan kerumah sakit tempat adiknya dirawat kurang lebih sekitar setengah jam dari sekolah Jenni. Jenni dan Ikbal melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang dan mulai bercerita panjang lebar mengenai segala hal.

Disitulah ikbal mulai mengetahui hal apa yang selama ini membuat dirinya sangat kagum pada sosok Jenni yang terlihat begitu tulus dan juga penyayang. Benih benih rasa yang semakin besar mulai muncul perlahan dan tanpa sadar ia menengok pada arah Jenni sambil tersenyum.

“kenapa lo?”

“ehh.. ngga gapapa”

“ada yang salah sama gue?”

“ngga kok. Gak ada. Seneng aja lihat lo”

Perbincangan berakhir ketika Jenni mendapatkan telepon dari sang Ibu.

 

Di sisi lain tepatnya dirumah sakit suasana sedang sangat genting. Ini merupakan detik detik mendebarkan bagi sang ibu. Melihat anak anaknya sedang terbaring lemah di kasur rumah sakit tentu membuat hati setiap ibu akan sangat terluka.

Inilah yang membuat ibu Jenni merasakan rasa sakit begitu dalam dan membuatnya semakin tidak berdaya. Saat itu suster datang dan memanggil Bu sari keruangan dokter sekarang juga.

Dokter menjelaskan panjang lebar mengenai kondisi kedua anaknya.

“ibu, kondisi anak ibu sekarang sedang sangat terancam”

“maksudnya dok”

“setelah kami lakukan anamnesa pada kondisi kedua anak ibu, kemungkinan besar tidak akan dapat tertolong bu”

“dokter ini ngomong apa sih? Anak saya gak mungkin gak selamat dok” “mereka anak yang kuat” Bu sari begitu terisak berbicara dengan dokter

“begini bu. Kami sudah melakukan penanganan dengan sangat baik kepada kedua anak ibu sejak tadi malam. Namun adanya pendarahan hebat yang ada pada selaput otaknya membuat kemungkinan selamat sangatlah kecil” jawab dokter Rico menjelaskan penuh ketelitian

“dok. Tolong lakukan yang terbaik bagi anak saya dok. Tolong”

Setelah menemui dokter bu sari kembali ke ruang tunggu dan mencoba menenangkan dirinya sendiri karena tidak mau saat anak anaknya sadar nanti malah sedih melihatnya menangis.

Namun tidak lama setelah itu terlihat dari kaca alat pendeteksi jantungnya tidak menunjukkan reaksi. Ini tentu membuat bu sari begitu terpukul tiada terkira.

Ia berusaha memanggil dokter dan juga suster yang ada di ruangan mereka untuk mengecek keadaan anak anaknya.

Selain itu ia juga berusaha menghubungi Jenni dan ingin memberitahukan keadaan gawat yang ada di rumah sakit”

“ha…ha…halo” terdengar suara bu sari terisak

“iya bu. Ada apa? Ini jeni masih perjalanan mau kerumah sakit” “ adek gimana bu? Ada peningkatan” tanya Jenni

Hanya terdengar tangisan

Mendengar tangisan sang ibu yang semakin menjadi membuat jenni menyuruh Ikbal mempercepat laju kendaraannya. Dengan sekuat tenaga ia berlari menuju ruangan ICU tempat adik adiknya dirawat dari semalam.

Ibunya yang sudah lemas tidak bisa berdiri hanya bisa terduduk diam melihat ruang ICU.

“ibu kenapa? Ada apa?” Jenni mulai panic

Ikbal hanya bisa melihat Ibu dan anak itu saling bertatapan

Bu sari seperti tidak bisa mengungkapkan apapun kepada Jenni. Suaranya serasa berat untuk berkata kata.

Ia hanya bisa berkata

“kita udah sendiri” berulang kali bu sari menyatakan hal tersebut

“maksud ibu apa?”

“kita udah sendiri”

Rasanya begitu berat bagi bu sari dan juga Jenni untuk bisa kehilangan kedua anak malang yang memang sedari kecil sudah kehilangan sosok ayahnya.

Jenni berlari menuju ruang ICU dan ternyata kedua adiknya sudah tertutup oleh kain putih siap untuk dibawa pergi menuju kamar mayat.

“dok dok”

“ada apa ini”

Tetap tidak ada jawaban

Jenni membuka kain putih yang menyelimuti wajah dari kedua adiknya dan tertunduk lemas tak berdaya. Ia seakan sudah tidak bisa mengeluarkan air matanya lagi.

Kepalanya begitu pusing dan serasa berat, tubuhnya mulai lemas dan kemudian tak sadarkan diri. Ikbal yang menemaninya di kamar ICU kemudian mencoba menghubungi Cika yang merupakan sahabat dari Jenni.

“halo”

“iya halo”

“Cik, ini gue Ikbal”

“ikbal?” Cika terdengar kegirangan mendengar suara Ikbal yang selama ini begitu di kaguminya

“halo, cik. Iya ini gue ikbal”

“lo tau nomor gue dari siapa”

“gak penting. Sekarang gue sama Jenni dirumah sakit. Adik adiknya meninggal di kamar ICU. Sekarang kondisi Jenni dan ibunya lagi down banget”

“yaAllah. Innalillahi wainnailaihi rajiun, kok lo bisa tau?”

“panjang ceritanya. Lo bisa kesini sekarang gak?”

“iya iya”

Cika segera meluncur ke rumah sakit. Setelah semua administrasi selesai dilakukan jenazah kemudian di pulangkan kerumah duka.

 

Telihat sang tante juga datang melayat pada rumah duka dan mulai berusaha menenangkan sang kakak yang begitu terpukul kehilangan kedua anaknya.

Bagaimana tidak. Selama ini dia selalu menolak pekerjaan di kantor karena takut anaknya tidak ada yag mengurusi. Memang benar, Jenni dan sang ibu memang sangat menyayangi kedua anak kembar itu ‘Dinda dan Amir’

Penguburan Jenazah dilakukan pada tempat tanah waqaf ayah dari bu Sari yang merupakan kakek dari Jenni. Namun Jenni yang belum sadarkan diri terpaksa tidak bisa mengikuti pemakaman kedua adiknya itu.

Ikbal mulai ikut mengkat salah satu peti jenazah dari Dinda dan juga Amir sebagai bentuk penghormatan terakhirnya kepada kedua adik Jenni yang belum sempat ia kenal. Ikut menguburkan dan mendoakan kedua anak kembar tersebut agar tenang di alam sana.

Disisi lain Cika mulai memberikan minyak telon kepada hidung Jenni agar bisa segera mencium baunya dan bisa sadarkan diri. Tak lama kemudian Jenni terbangun dan mulai kembali histeris seakan akan tidak rela kedua adiknya diambil oleh Yang Maha Kuasa.

Bu sari sebagai seorang ibu tentunya meskipun terpukul hatinya akan selalu ada untuk Jenni dan berusaha menenangkannya.

Ia berusaha untuk menenangkan jenni

“sayang” sambil memeluk jenni

“ibu”

Terdengar suara tangisan Jenni yang tidak bisa tertahan

Mendengar tangisan Jenni tak sanggup rasanya bagi ikbal untuk tetap berada disana. Ia pergi keluar dan menunggu diluar rumah.

“ibu”

“iya sayang”

“ibu kenapa dunia ini jahat sama kita bu”

“gak kok. Ini semua sudah takdir”

“ibu, aku gak jahat kan bu?”

“ngga kok”

“kenapa semuanya jahat bu. Ayah ninggalin aku, sekarang dinda dan amir juga ninggalin aku”

“hey, semuanya sudah menjadi suratan takdir. Kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi sekarang, besok, ataupun lusa”

Rasanya memang berat untuk bisa kehilangan orang yang benar benar di sayang dan sudah di perjuangkan sejak masih kecil. Kini Jenni dan Bu sari harus bisa melewati hidup berdua saja tanpa ada lagi yang menemani mereka dalam suka dan duka.

Sudah tiba saatnya mereka harus menjadi orang yang saling menguatkan.

“Jenni gak boleh lemah gin dong sayang”

“ibu”

“kalau jenni lemah nanti siapa yang mau nguatin ibu?”

Jenni hanya bisa mengangguk lemas dan kembali menangis di pelukan sang ibunda.

 

Hari demi hari berlalu, kini sudah sampai pada hari ke-7 tahlilan untuk kedua adiknya dan sekaligus hari terakhir sebelum menunggu 40 hari mengenang kematian almarhum dan almarhumah.

Setiap malam Ikbal selalu datang mengikuti tahlilan dan menyiapkan semua kebutuhan yang di perlukan. Jenni mulai merasa bahwa Ikbal adalah orang yang baik dan sangat baik.

“Jen”

“hhmmm”

“gimana perasaan lo?”

“udah sedikit baikan”

“syukur deh”

“bal” lanjut Jenni

“hemm”

“makasih ya”

“perasaan lo makasih terus, makasih buat apa?”

“makasih udah nguatin gue dan juga ibu gue. Makasih juga udah peduli sama adik adik gue meskipun lo gak pernah kenal sama mereka”

“udah seharusnya”

“seharusnya apa?”

“eh ngga. Gapapa. Ngasal aja gue” jawab Ikbal “lo besok sekolah kan?”

“iya mungkin”

“gue jemput ya” ikbal menawarkan diri

“gak usah gue naik sepeda aja”

“gapapa gue jemput ya besok”

“gausah bal, lagian gue udah lama juga gak naik sepeda”

“yaudah gue tunggu di sekolah ya” ikbal tersenyum dan berpamitan untuk pulang karena waktu sudah menunjukka pukul 21.00 WIB.

 

‘kring kring kring’

Kembali alarm keseharian Jenni mulai bordering dan ia harus mulai kembali ke sekolah seperti biasanya.

Ia bersiap dan segera keluar kamar untuk sarapan.

Namun setibanya di meja makan ia tertunduk lesu dan ingin rasanya menangis. Ternyata sudah tidak ada lagi yang membuat ramai meja makan dimana biasanya tempat mereka berkumpul.

Rasanya begitu aneh dan membuat nafsu makannya kembali tidak karuan. Akhirnya Jenni memutuskan untuk tidak melanjutkan makan dan memilih untuk berangkat kesekolah.

“bu Jenni udah selesai. Jenni berangkat dulu ya”

“loh kok gak dihabisin makannya nak?”

“udah kenyang bu” jenni tersenyum menutupi kesedihannya

“yang sabar ya, kita harus bisa bertahan”

Tanpa banyak berkata kata Jenni mencium tangan ibunya dan memilih untuk langsung berangkat ke sekolah. Rasanya ia ingin sekali untuk berada dirumah menemani sang ibu. Tapi itu semua tidak bisa.

Sudah seminggu ini Jenni tidak masuk sekolah. Pastinya akan ada banyak tugas dan mata pelajaran yang ketinggalan. Ia harus mengejar ketertinggalan tersebut agar bisa mendapatkan nilai yang bagus.

“jen” cika menyapa Jenni

“hmmm?” Jenni meletakkan tasnya pada bangku

“mau sarapan gue gak? Gue bawa sarapan loh”

“ngga makasih cik. Gue lagi gak nafsu makan”

“dikit aja masak gak mau? Ayolah cik”

“ngga cika sayang. Yaudah gue ke kamar mandi bentar ya. Lo habisin sarapan lo, nanti gue balik”

“oke deh”

Jenni menuju ke kamar mandi dan ternyata Rio sudah menunggunya di koridor sekolah seperti ingin mengatakan sesuatu.

“Jen”

“iya?”

“gue boleh ngomong gak sebentar”

“gue lagi buru buru ketoilet”

“bentar aja. Boleh kan? Tapi gue gak akan maksa sih”

“yaudah apa?”

“gue turut berduka cita ya atas meninggalnya dinda dan Amir. Maaf gue gak bisa datang”

“iya gapapa. Makasih ya” Jenni menepuk pundak Rio

“oh ya Jen, ada satu hal lagi yang mau gue omongin”

“duh nanti aja ya. Gue kebelet nih”

Jenni langsung buru buru ke kamar mandi dan menghiraukan apa yang ingin Rio katakan kepadanya. Entah apa yang ada di pikiran Rio dan apa yang ingin ia sampaikan Jenni tidak perduli lagi.

Bel masuk berbunyi

‘teng teng teng’

Semua murid masuk ke kelas masing masing termasuk juga Jenni. Ia berusaha fokus pada mata pelajaran yang sedang berlangsung. Berusaha dengan sekuat tenaga untuk memperhatikan apa yang guru sedang ajarkan di depan kelas.

Rasanya sudah sangat suntuk ia berada di dalam kelas karena pikirannya yang sedang kacau atau mungkin karena kelelahan.

Bel istirahat rasanya seperti udara surge bagi seorang Jenni hari itu. Ingin rasanya dia sejenak saja tidur di kelas karena selama seminggu ini ia tidak bisa nyenyak tidur dirumah.

Namun belum sampai ia terlelap tidur tiba tiba Ikbal datang membawa makanan kepada Jenni dan berusaha membuatnya kembali untuk makan. Sebenarnya ikbal sudah mendapat informasi sebelumnya dari bu sari bahwa Jenni tadi pagi tidak mau makan.

Itulah yang membuat Ikbal berinisiatif membeli makanan di kantin sekolah dan membuat Jenni mau untuk makan.

“jen”

“hmmm”

“bangun dulu dong”

“apa?” sautnya cemberut

“tada”

“gue udah kenyang ikbal, udah makan tadi dirumah”

“kata siapa?”

“ya kata gue lah”

“boong, orang tante sari tadi telpon gue kok”

Dalam hati Jenni mengerutu. Kenapa sih ibu memberi tahu ikbal kalau tadi dia gak makan. Apa hubungannya dengan ikbal coba.

Namun gerutunya tiba tiba terhenti saat tiba tiba ikbal menyuapinya untuk makan. Rasanya seperti meleleh hati dari seorang Jenni dengan perhatian yang begitu tulus dari ikbal.

Iya membuka mulutnya dan akhirnya mau untuk makan walaupun tidak habiskan makanan tersebut. Ikbal tersenyum puas tatkala melihat wanita pujaan hatinya mau untuk makan apalagi ia yang menyuapinya.

Disisi lain, Rio yang mengawasi gerak gerik ikbal dan Jenni serasa terbakar api cemburu dan ingin rasanya menghancurkan hubungan keduanya. Ia memasang rencana jahat yang mungkin saja akan merugikan kisah asmara ikbal dan jenni.

Rasa cemburu yang begitu besar tentu berhasil membuatnya tidak mampu berfikir panjang mengenai orang lain. Ego yang begitu besar untuk memiliki Jenni membuat ia ingin rasanya melakukan segala macam upaya untuk menghancurkan hubungannya.

Bagian 3

Seperti seorang yang sedang di mabuk asmara tentunya Ikbal dan juga Jenni terus mendekat satu dengan yang lainnya. Setiap hari mereka layaknya sebuah prangko yang seringkali terlihat berdua baik di sekolah atau pada tempat favorit mereka.

Tidak terasa sudah sampai pada 40 hari memperingati kematian dari kedua adik Jenni yaitu Amir dan juga Dinda. Setidaknya ada kurang lebih 50 orang tamu undangan yang hadir mendoakan termasuk juga Ikbal yang terlihat tampak terlihat disana.

Jenni, tante, beserta bu Sari membereskan perabotan yang ada di dapur mulai dari mencuci piring hingga pada peralatan lainnya. Bu sari menyuruh Jenni untuk keluar membereskan ruang tamu setelah semua orang pulang kerumah masing masing.

“jenni sayang”

“iya bu?”

“udah gak usah bantuin disini, beresin aja yang di ruang tamu ya nak”

“oh iya bu”

Jenni berjalan menuju ruang tamu dan betapa kagumnya dia saat melihat Ikbal tanpa sungkan membereskan ruang tamu sendirian. Jenni yang melihat hal tersebut tampak terpaku melihat pesona Ikbal yang ditambah juga dengan kebaikan luar biasa ia miliki.

“bal, udah sini biar gue aja yang beresin”

“udah santai aja”

“udah sini aja biar gue yang beresin”

Debat terjadi antara keduanya yang tanpa sengaja membuat kepala mereka berdua berbenturan satu dengan yang lainnya.

‘awww’

Terdengar suara kesakitan dari mulut keduanya yang membuat mereka saling menatap lalu kemudian tertawa.

“sakit gak?”

“dikit” jawab Jenni sambil tersenyum

“sama”

“udah sini gue aja, ihh”

“yaudah kita bagi tugas aja, biar cepet kelar”

“oke gue bagian nyapu aja kalau gitu”

“oke siap bidadari cantik”

Semuanya sudah beres dan bersih secara keseluruhan membuat rumah Jenni tampak seperti sedia kala. Ini membuat semua orang lega karena acara dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan harapan mereka semua.

Tidak lama setelah beberes jenni menanyakan Ikbal seperti isyarat bahwa hari sudah malam. Hehehe. Biasalah gak enak juga kan sampai malam punya tamu cowok.

“bal, lo gak mau pulang?”

“bentar dulu gue masih capek, cantik”

“oh, iya sih. Tapi udah male ini”

“kok kayak ngusir ya?” jawab Ikbal sambil tersenyum menggoda

“bukannya ngusir. Tapi kan gak enak sama tetangga kalau sampai kemaleman disini”

“gue kan mau nginep disini” terus Ikbal mencoba menggoba Jenni

“sehat pak?” Jenni memegang dahi Ikbal

“becanda kali. Gue mau pulang bentar lagi. Tapi kan sayang ini tante Ibu udah bikinin gue kopi”

“ibu? Ibu siapa?”

“ya tante Sari lah. Iya kan tante?”

Melihat tingkah dua anak remaja tersebut menjadikan bu Sari hanya bisa tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

“udah sana cepat habisin kopinya”

“iya iya, gue pulang ya”

“he’em”

“bye. Sampai jumpa besok”

Ikbal berpamitan kepada Jenni dan kemudian mulai berani mengelus rambut halus dan panjang milik Jenni. Namun, tanpa di sangka ternyata ini membuat Jenni menjadi nyaman dan juga menikmati elusan tangan Ikbal.

Jenni mulai merasakan benih benih asmara yang sudah memuncak pada hatinya. Bunga bunga serasa bermekaran membuat dirinya begitu bahagia.

Bahkan saat ingin tidur layaknya seorang remaja yang sudah terpana asmara ia malah tersipu malu sendiri merasakan kisah cintanya bersama Ikbal.

Disisi lain Ikbal juga yang sudah merasakan cinta yang begitu luar biasa ia rasakan untuk Jenni. Memang ini bukanlah cinta pertamanya, namun rasanya cinta ini begitu berbeda dan membuatnya gelisah tak karuan.

Sebelumnya ia memang sudah menjalin asmara dengan seorang wanita yang kini berada diluar kota, namun ini sangatlah berbeda. Kesederhanaan yang Jenni miliki dan caranya memperlakukan Ikbal membuatnya merasa di hargai.

Sama dengan yang Jenni rasakan, Ikbal tak bisa tidur memikirkan Jenni. Hatinya begitu berbunga bunga dan ingin sekali ia mengungkapkan isi hatinya tersebut.

Keinginan untuk mengirim WA pada Jenni mulai terlintas di pikirannya.

‘nada suara WA berbunyi’

Jenni yang masih belum tidur membuka handphone. Kagetnya bukan kepalang, hatinya seperti lari 700 KM mendapatkan pesan dari Ikbal. Ini membuatnya tidak langsung menjawab WA yang ikbal tuliskan.

Disisi lain Ikbal yang menunggu balasan atas pesan yang ia kirimkan tak karuan menunggu balasannya. Hatinya begitu gelisah seakan akan ingin mengikuti tes seleksi saja.

Tiba tiba

‘hmmmm..iya?’

‘belum tidur?’

‘belum bisa tidur gue, lo?’

‘sama. Lo mikirin gue gak?’ tanya ikbal merayu

‘ngga’

‘masak?’

‘bener ihh..gak percayaan banget’

‘padahal gue mikirin lo’ balas Ikbal

Namun tak ada lagi jawaban atas pesan yang ia kirimkan pada Jenni. Sepertinya Jenni sudah tidur pulas dan wajar karena hari ini begitu sibuk dan membuatnya lelah.

Tanpa menunggu lagi balasan dari Jenni maka Ikbal juga mulai memasang badannya dan bersiap untuk tidur. Berharap Jenni muncul pada mimpinya dan menghiasi butiran butiran kisah dalam tidurnya itu.

 

‘kring kring kring’

Ternyata suara alarm terdengar kencang di telinga Jenni. Tidurnya terasa begitu pulas tadi malam dan membuat tubuhnya tampak lebih segar.

Jenni bersiap untuk pergi ke sekolah karena tidak ingin bermasalah lagi dengan pak wiwik yang merupakan orang tergalak di sekolah Nusa Dua Bangsa.

Bu sari sudah menunggu Jenni untuk sarapan bersama dan menikmati makan paginya dengan sangat bahagia.

Jenni duduk pada meja makan dan mulai menyantap makanannya.

“ibu rencana mau kemana hari ini?”

“rencana sih mau coba cari lowongan pekerjaan biar gak bosan dirumah aja. Kamu juga kan  sekolah”

“tapi janji ya jangan cari pekerjaan yang berat ya”

“he’em”

Makanan segera habis dan bersiap untuk pergi ke sekolah.

Tiba tiba terdengar suara dari pintu ruang tamu.

“assalamualaikum, ibu”

“waalaikum salam, masuk” jawab bu sari

“pagi Jen” sapa Ikbal pada Jenni

“loh kok kesini? Kan kita sekolah sekarang”

“emang mau ke sekolah. Tapi mau jemput lo dulu”

Bu sari hanya tersenyum dan meminta Ikbal untuk ikut sarapan bersama dengan Jenni dan menghabiskan semua masakannya.

“bu, ini enak banget”

“yaudah tiap pagi kesini aja biar ibu nanti masakin”

“siap bu. Boleh kan?”

“gak boleh. Lo Cuma ngabisin beras ibu aja” jawab jenni sambil tersenyum menggoda

“yaudah besok gue bawa beras ya”

“loh gak perlu gitu dong. Nak Ikbal juga sudah saya anggap anak sendiri” sanggah bu sari

Percakapan itu berakhir karena jam sudah menunjukkan pukul 06.30 yang membuat mereka harus bergegas berangkat ke sekolah.

Ternyata hari ini mereka bisa lolos dari pak wiwik karena beliau sedang sakit dan tidak masuk sekolah. Jenni dan Ikbal berpisah menuju kelas mereka masing masing.

Namun sekolah dibuat geger karena akan ada pertandingan basket antar sekolah yang yaitu SMA Nusa Dua Bangsa dengan SMA pelita.

Ini membuat semua orang bersiap untuk menyambut pertandingan tersebut, termasuk juga ikbal yang merupakan  kapten basket SMA Nusa Dua Bangsa. Semua tim basket dikumpulkan dan bersiap untuk latihan rutin dalam rangka mempersiapkan perlombaan.

Begitupun tim cirledears yang juga bersiap untuk mendukung sekolah dalam ajang perlombaan bergengsi tersebut tentunya. Latihan rutin mulai dilakukan dan mulai mempersiapkan koreografi secara optimal.

Namun, itu semua tidak membuat Jenni ikut terpengaruh dengan uforia yang ada di sekolahnya terkait dengan perlombaan yang sedang berlangsung. Ia merasa itu semua hanya membuang buang waktunya saja karena dia harus bekerja setelah pulang sekolah.

“Jen”

“hemmm”

“lo mau nonton gak pertandingan basket minggu depan” tanya cika

“ngga deh. Gue kan juga harus kerja”

“masak lo gak mau nonton. Kan ikbal yang main”

“ya terus?”

“ya nonton dong”

“lihat nanti aja deh”

Percakapan itu berakhir karena bel masuk sudah berbunyi dan pelajaran sudah mulai dilanjutkan kembali oleh guru di depan kelas.

Sepulang sekolah ikbal sudah bersiap untuk menunggu Jenni keluar dari kelas dan akan mengantarnya pulang. Namun Jenni menolak karena masih harus kerumah tantenya untuk lanjut kerja.

Tanpa basa basi Jenni langsung meninggalkan Ikbal yang sejak tadi sudah menunggunya. Ikbal hanya bisa pasrah dan mengikuti langkah kaki Jenni.

“heyy.. buru buru amat”

“ya kan gue kerja”

“iya tau. Gue anter ya”

“yaudah ayo”

Namun di tengah perjalanan perut jenni yang sudah merasa keroncongan sampai terdengar di telinga ikbal yang membuatnya tersenyum.

‘currrttttt’

“lo laper?”

“ngga. Ini cuma..hehe”

“yaudah kita berhenti makan dulu ya”

“eh gak usah. Gue lagi gak ada duit sekarang”

“biar gue yang bayarin. Di depan ada tempat makan enak banget, kita kesana ya”

Jenni mengangguk karena sudah tidak kuat lagi menahan rasa laparnya yang terasa sudah layaknya sebuah dram yang berdendang.

Sampai di tempat makan tersebut mereka langsung mengambil posisi duduk yang nyaman agar bisa menikmati pemandangan di sekitarnya. Ya, memang harus pilih sport yang bagus sebab sangat jarang bisa dapat tempat makan yang super eksotis seperti tempat ini.

Makanan sudah siap dan diantarkan pada meja mereka.

Jenni dengan sangat lahap menyantap makanannya seakan akan sudah setahun tidak makan. Ikbal hanya bisa tersenyum melihat tingkah sederhana yang Jenni perlihatkan setiap harinya.

Dalam hati ia bergumam, ini sosok wanita yang selama ini gue cari. Sederhana dan gak banyak tingkah. Jenni bisa menjadi dirinya sendiri tanpa harus takut orang lain tidak suka pada dirinya. Ya, memang ini menjadi kelebihan tersendiri dari sosok Jenni yang sangat sulit bisa didapatkan dari wanita yang lain.

“mau nambah”

“ngga gak usah. Ini aja udah cukup”

“oh ya. Lo jaga toko tante lo sampe jam berapa?”

“paling nanti jam 19.00 WIB pulang kok”

“yaudah gue jemput lagi ya”

“gak usah. Gue bisa naik angkot nanti”

“jangan lah. Kalau malam bahaya naik angkot. Apalagi lo cewe”

“segitu perhatiannya ya lo sama gue? Udah kek pacar aja”

“emang lo pernah pacaran?

“ngga pernah sih. Cuma temen temen gue kan pada pacaran. Jadi bucin gitu”

“kalau kita pacaran gimana?” tanya Ikbal

Jenni yang sibuk menyantap makanannya langsung tersedak dan bingung untuk meminum air menghilangkan rasa sakit di tenggorokannya.

Ia masih tercengang, bingung, heran, dan tidak tahu ingin menjawab apa. Takutnya ikbal hanya bercanda atau tidak serius dengan ucapannya tersebut. Rasa gengsi pasti ada dalam dirinya yang membuat ia tak langsung menjawab.

“Jen. Lo gapapa?”

“eeee… iya gapapa” wajah cantik Jenni tiba tiba langsung memerah mendengar kata yang terucap dari Ikbal barusan. Rasanya seperti sebuah mimpi.

“gimana? Mau gak?”

“tapi kan gue gak selevel sama lo”

“gak usah tapi tapian ah.. kita jalanin aja”

“tapi lo gak lagi becanda kan?”

“gue serius Jen”

Jenni mengangguk dan juga tersenyum bahagia. Sejak saat itu mereka ingin memulai sebuah hubungan yang bahagia bersama. Melewati semuanya bersama.

Ikbal mencium tangan Jenni dan menampakkan raut wajah yang begitu bahagia luar biasa bisa mendapatkan kekasih seperti Jenni.

Matanya berbinar binary bahagia merasakan awal pertama pacaran bersama dengan Jenni yang merupakan wanita yang selama ini ia inginkan.

 

Kabar hubungan pacaran antara Jenni dan juga Ikbal tersebar ke seluruh penjuru sekolah, tidak terkecuali Rio. Ini menjadi hal yang memang benar benar menjengkelkan bagi dirinya karena sudah tidak bisa lagi mendekati Jenni.

Segala pintu sudah tertutup rapat karena Ikbal sudah mengisi hati Jenni yang selama ini masih kosong tidak ada penghuninya.

Disisi lain Jenni yang awalnya sangat ogah untuk menonton pertandingan basket kemudian ingin selalu menemani Ikbal mulai dari latihan hingga pertandingan. Setiap pagi sudah menjadi rutinitas sehari hari untuk menjemput Jenni pergi ke sekolah dan juga sarapan bersama sebelum berangkat.

Ini menjadi sebuah energy baru bagi sosok ikbal yang seakan akan menemukan kebahagiaan kecil dalam kehidupannya. Wajar karena selama ini papa dan mamanya selalu sibuk pergi keluar kota menyelesaikan pekerjaan mereka masing masing. Jadi ikbal hanya tinggal bersama bibik yang selalu melayani segala kebutuhan ikbal dari kecil.

Latihan terakhir selesai dan besok adalah waktu yang ditunggu tunggu untuk kemudian sampai pada ajang perlombaan yang sesungguhnya. SMA Nusa Dua Bangsa tentu harus menjadi juara kembali dalam acara tahunan yang diadakan tersebut.

Jenni yang selalu menunggu hingga ikbal selesai latihan tetap berada di posisi duduknya menunggu hingga latihan selesai.

Setelah selesai latihan sore itu ikbal datang menghampiri Jenni dan meminta air karena kehausan dan keringatnya seakan membakar tubuh. Dengan perasaan cinta jenni memberikan sebotol minuman dingin kepadanya dan ikbal meminumnya dengan jumlah banyak.

Tanpa berfikir panjang mereka berdua pergi dari lapangan basket dan mengantar Jenni menuju rumah tantenya untuk bekerja. Ya, memang Jenni sudah ijin kepada sang tante untuk telat datang pada toko.

Suasana begitu hangat saat ikbal mengantarkan jenni pada rumah sang tante. Tante yeni begitu ramah dan juga menyapa ikbal dengan begitu hangat layaknya anak sendiri.

Sebenarnya ikbal memiliki niatan untuk membantu Jenni menjaga toko dan berjualan.

Namun jenni menolak karena kasian terhadap ikbal yang sudah berlatih kerasa selama beberapa hari dan membutuhkan energy untuk pertandingan besok.

“aku bantu ya?”

“gak usah, kamu pulang aja. Lagian butuh istirahat banyak kan buat besok pertandingan”

“gapapa bisa kok”

“heh, gak boleh ngeyel ya. Harus istirahat. Inget besok harus menang”

“tapi aku kok lemes ya. Butuh vitamin kayaknya”

“di depan ada apotik. Mau aku beliin? Soalnya disini gak ada jual vitamin”

“gak usah minta vitamin dari kamu aja”

“maksudnya”

Tiba tiba ikbal mencium kening Jenni dan memuluknya dengan pelukan yang begitu hangat. Jenni yang begitu bahagia di cium keningnya spontan langsung membalas pelukannya.

Sang tante yang melihat adegan romantis tersebut langsung teringat pas waktu beliau masih muda dulu.

“ehhmmm… ehhhmmm”

“eh maaf tante”

Jenni hanya terdiam dan tersipu malu

“yaudah tante ikbal pamit ya”

“iya hati hati ya”

“iya tante. Jen aku pulang duluan ya”

“iya hati hati di jalan”

Ternyata Ikbal tidak lantas pulang kerumahnya. Ia langsung menemui ibu dari Jenni yaitu bu sari sembari membawakan ayam goreng kesukaannya.

Bu sari sontak terkejut melihat ikbal yang tiba tiba datang kerumahnya.

“assalamualaikum”

“waalaikum salam” membuka pintu “loh ikbal? Jenninya masih belum pulang”

“iya bu. Jenni masih jaga toko di rumah tante yeni bu”

“oh terus?”

“ini ikbal bawain ayam goreng buat ibu. Kita makan bareng ya bu”

“kamu ini bisa aja. Ayo masuk”

Mereka berdua bercerita panjang lebar mengenai berbagai macam hal mulai dari karakter Jenni yang memang cuek tapi penyayang, bahkan sisi buruk keluarganya. Hingga pada kejadian dimana ayah Jenni yang meninggalkan mereka sewaktu jenni dan adik adiknya masih kecil.

Bu sari tidak enak untuk menyuruh ikbal pulang ke rumahnya sedangkan ikbal terlihat sangat lelah dan juga seperti butuh istirahat.

Sampai malam ikbal tertidur pulas di kasur yang ada pada ruang tv rumah Jenni. Jenni yang melihat mobil Ikbal terparkir di mobil kaget kenapa bisa ada disini.

Perlahan dia mulai memasuki rumah dan melihat sang ibu sedang duduk di ruang tamu mengerjakan beberapa pekerjaan.

“assalamualaikum”

“waalaikumsalam. Udah pulang sayang”

“iya bu. Ibu itu kok ada mobilnya ikbal di depan”

“iya ikbal dari tadi sore udah disini. Dia nemenin ibu, bawain ayam goreng terus kita makan bareng deh”

Jenni yang kebingungan mencoba untuk mencari keberadaan ikbal dan ingin menyuruhnya untuk pulang. Namun sang ibu mencegahnya karena kasian sepertinya ikbal begitu kelelahan.

“Jenni. Udah gak usah di bangunin kasian”

“tapi kan ini udah malem bu. Gak enak sama tetangga”

“gapapa. Gak usah peduliin tetangga. Biarin dia nginep disini mala mini”

Jenni hanya bisa menurut patuh pada sang ibu karena juga khawatir kalau ikbal harus pulang dalam keadaan mengantuk.

Diambilnya selimut dari lemari tempat penyimpanan dan mulai menyelimutinya pada ikbal yang terlihat tidur pulas.

Ia berusaha untuk menyelimutinya perlahan supaya ikbal tidak kaget dan tidak bangun dari tidurnya. Karena kasian juga besok harus bertanding dan membutuhkan energy yang cukup besar.

Perlahan ia menatap wajah tampan ikbal yang begitu mempesona dan tersenyum manis penuh cinta menatapnya. Baru saat ini ia merasakan bagaimana rasanya pacaran karena selama ini memang tidak pernah merasakan indahnya pacaran.

 

Malam seakan begitu cepat berlalu, alarm kembali berbunyi. Padahal belum sempat rasanya ia merasakan kasurnya dalam waktu yang lama. Seakan baru saja ia meletakkan punggungnya di kasur.

Seperti biasa ritual pagi ia lakukan mulai dari mengguling gulingkan badannya hingga kemudian bersiap untuk mandi dan pergi ke sekolah.

Dibawah ikbal sudah bersiap dan bahkan telah membantu bu sari memasak sarapan untuk mereka semua. Rasanya kedekatan antara bu Sari dan juga Ikbal sudah semakin dekat dan ini menjadi lampu hijau bagi hubungan mereka berdua.

Jenni yang sudah selesai bersiap kemudian keluar dari kamarnya untuk sarapan bersama dengan ibu dan juga ikbal.

Niatnya sih ingin membangunkan ikbal, tapi ternyata ikbal sudah sedari tadi siap bersama dengan sang ibu.

“selamat pagi cantik” sapa ikbal

“pagi” saut Jenni “aku pikir kamu belum bangun”

“udah dari tadi dong sayang” celetuk bu sari

“ikbal udah bantuin ibu dari tadi loh” tambahnya

“masak? Emang bisa bu?”

“bisa lah. Bisa kan bu?” ikbal ingin mendapatkan dukungan dari bu sari

“ya begitulah”

Jenni hanya bisa tersenyum dan ikbal begitu menikmati senyuman manisnya itu. Saat ini tidak ada kegiatan di sekolah dan hanya berisi pertandingan basket saja antara SMA Dua Nusa Bangsa dan Juga SMA pelita.

Selesai sarapan mereka berdua langsung berpamitan dan berangkat ke sekolah agar tidak telat dalam pertandingan yang berlangsung. Jenni yang sudah berjanji untuk mensuport ikbal terpaksa harus melihat pertandingan basket tersebut.

Ini merupakan sebuah vitamin penguat energy bagi seorang ikbal dalam menghadapi pertandingan yang begitu menegangkan ini.

Sebelum pertandingan ia menemui Jenni untuk meminta semangatnya supaya bisa menang. Seperti biasa ia ingin mendapatkan vitamin dari Jenni yang membuatnya bisa memenangkan pertandingan.

“Jen”

“apa?”

“butuh vitamin”

Memegang pipi ikbal sambil berkata “banyak orang, malu”

“sun jauh aja”

“gimana caranya?”

“gini” ikbal meletakkan telapak tangannya di bibir dan menempelkannya pada dahi Jenni

Jenni tersenyum dan melakukan hal yang sama

Pertandingan akan segera berlangsung. Ikbal masuk ke lapangan dan melihat pada arah Jenni yang berada pada barisan depan.

Selama pertandingan berlangsung tidak sedikitpun Jenni pergi dari tempat itu dengan tujuan untuk memberikan dukungan pada sang kekasih. Skor terus berjalan dan SMA Dua Bangsa berhasil mencetak gol dan mengalahkan SMA pelita.

Ini menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi ikbal sebagai kapten basket dari SMA Dua Bangsa, begitupun Jenni. Dari jauh Jenni memberikan selamat kepada ikbal karena berhasil memenangkan pertandingan.

Bagian 4

Sejatinya sebuah hubungan percintaan tidak akan pernah berjalan dengan mulus, pasti akan ada berbagai macam benturan yang terjadi. Begitupun dengan apa yang terjadi pada Ikbal dan juga Jenni yang menjadi sebuah prahara dalam hubungan mereka berdua.

Tersebarnya video yang berisi percakapan Rio dan juga Ikbal membuat seluruh sekolah gempar. Bahkan video itu tersebar di grub sekolah yang membuat Jenni otomatis juga tahu mengenai video tersebut.

‘kasian ya’ terdengar bisik bisik teman satu kelasnya

‘ngarep banget. Nyatanya Cuma jadi bahan taruhan’

‘terlalu gampang sih’

Cika yang duduk di samping Jenni hanya bisa mencoba menenangkan hatinya yang mungkin saat ini sudah merasa sangat kecewa.

Mengapa tidak?

Jenni berfikir ikbal adalah orang yang benar benar mencintainya..

Namun, ternyata dia hanya menjadi bahan taruhan saja..

‘Tuhan’

Ingin rasanya Jenni menjerit sekeras kerasnya, tapi tak bisa..

Ia berusaha menahan segala kekecewaan dalam hatinya dan menenangkan sendiri apa yang sedang hatinya rasakan.

Sakit? Bukan lagi.. rasanya seperti di tusuk oleh sebuah belati.

Bahkan selama ini ikbal sudah sangat baik sekali kepada keluarganya, kepada ibunya. Rasa tidak percaya akan sifat dari ikbal sedikit melintas di pikiran Jenni.

Disisi lain ikbal yang juga mendapatkan video itu di grub langsung berlari menghampiri Jenni. Rasanya ingin dia menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Namun, semuanya sudah terlambat..

Sudah terlambat..!!!

Bahkan semua anak di sekolah sudah mengetahuinya..

Rasa malu, kecewa, sedih bercampur aduk dalam hati Jenni.

Perlahan ikbal mencoba menghampiri Jenni yang berusaha menenangkan hatinya dengan cara menulis di secarik kertas miliknya.

“Jen”

Tidak ada sahutan

“Jen”

Cika berpindah memberikan ruang untuk Jenni dan ikbal berbicara

“Jen” ikbal mencoba meraih tangan Jenni

Namun ternyata semuanya tidak sesuai dengan harapan. Yang terjadi justru sebaliknya, Jenni justru menghindar darinya.

“cik gue ke kamar mandi bentar ya” berpamitan kepada cika sembari melepas genggaman tangan ikbal

Rasanya seperti tersambar petir hati ikbal.

“Jen, dengerin penjelasan aku dulu”

“penjelasan apa lagi?”

“Jen”

“lo mau jelasin kalau itu semua bohong? Iya kan?”

Ikbal terdiam

“itu video, gak mungkin video ada yang ngedit. Gila lo ya”

“Jen, tapi aku bisa jelasin. Tolong”

“udah ikbal. Semuanya gak ada yang perlu di jelasin. Udah jelas juga kan”

Seketika Jenni langsung pergi meninggalkan ikbal yang masih berusaha untuk menjelaskan apa yang terjadi.

Di kamar mandi jenni menumpahkan semua air matanya. Serasa sudah tak terbendung lagi.

Sakit hati lagi!

Di khianati lagi?

Dulu ayahnnya meninggalkannya, sekarang?

Ahhhhh… rasanya sudah tidak kuat lagi menanggung semua ini

Baru pertama kali merasakan cinta dan ternyata!!!

Semua perkataan itu berkecamuk di benak Jenni.. rasanya ingin mencaci maki orang orang yang sudah menyakitinya.

Nyatanya tidak bisa..

Dia tidak berdaya, hingga bel sekolah berbunyi Jenni masih belum keluar kamar mandi

Cika berusaha menghampirinya, memberitahu bahwa pelajaran akan segera di mulai.

“Jen bel udah bunyi. Masuk yok”

“he’emm..”

“lo yakin?”

“iya gue gapapa”

“kalau lo masih butuh waktu sendiri biar nanti gue ijinin lo sakit ke pak Santoso ya”

“ngga gak usah. Lagian Cuma masalah beginian doang. Ayo masuk”

Jenni berusaha membasuh mukanya dan mengelap dengan selembar tissue, berusaha tidak menampakkan kesedihannya.

Dari kejauhan ikbal masih memperhatikan, berusaha memastikan bahwa Jenni baik baik saja.

Memang berat, tapi mau bagaimana lagi?

Nasi sudah menjadi bubur. Semuanya sudah terjadi. Andai waktu itu ikbal tidak menyepakati taruhan itu…

Arggghhhhh… ingin rasanya dia mengamuk

Mencoba untuk memberi pelajaran kepada Rio yang mungkin adalah penyebar video tersebut. Tapi dia sadar dirinya juga bersalah atas hal tersebut

“lo kurang ajar banget ya”

“kenapa bro? kan emang bener kita taruhan”

“tapi gak gini caranya”

“udahlah bro. Lagian masih banyak cewek lain yang nungguin lo”

“sarap emang lo”

Rio hanya bisa tertawa puas dengan apa yang terjadi antara Jenni dan juga Ikbal. Setidaknya tidak ada yang mendapatkan jenni.

Ya, meskipun harus kalah taruhan tapi nyatanya Jenni sekarang tidak lagi bersama dengan ikbal.

Ego yang Rio miliki memang menjadikannya kehilangan arah. Bahkan ia tidak mau tahu apa yang Jenni rasakan sekarang ini.

 

Jenni pulang dengan perasaan sedihnya. Hari ini dia tidak masuk kerja, dan mungkin tidak akan pernah masuk kerja lagi..

Karena dia ingin menenangkan dirinya. Berusaha dengan sekuat tenaga ikhlas menghadapi semuanya. Sang ibu yang ada di ruang tamu cemas akan keadaan Jenni.

Bagaimana tidak? Jenni yang baru pulang sekolah terlihat sangat murung dan langsung mengunci kamar.

Mencoba menanyakan apa yang terjadi tapi Jenni tak menjawab.

Didalam kamarnya, Jenni hanya bisa menangis dan terus menangis. Dia tidak bisa mengutarakan apa isi hatinya kepada orang lain. Ini menjadikan harga dirinya menjadi turun. Dia tidak mau di remehkan orang lain.

Tapi hatinya berkecamuk

‘apa yang terjadi’

‘kenapa begini’

‘kenapa dia yang selalu menjadi korban’

Tangisannya pecah, kepalanya pening bukan main. Ingin rasanya dia tertidur pulas. Namun tak bisa.

Di kotak obatnya dia menemukan obat tidur yang biasanya ia konsumsi jika tidak bisa tidur.

Namun kali ini dia tidak hanya meminum satu butir saja. Dia meminum ada setidaknya 10 biji obat tidur. Hal tersebut membuat tubuhnya bereaksi melakukan penolakan.

Dadanya begitu sesak, mulutnya berbusa. Mungkin ini adalah akhir dari hidupnya.

Disisi lain Ikbal berusaha menemui Jenni di rumahnya. Namun tidak berhasil!

“assalamualaikum”

“waalaikumsalam, ikbal”

“ibu Jenni ada? Soalnya saya cari di toko tante gak ada”

“ada. Tapi dia aneh banget. Mulai dari tadi gak keluar kamar, wajahnya juga kelihatan murung banget”

“boleh saya bertemu Jenni bu”

“coba aja”

Ikbal berusaha mengetuk pintu Jenni, namun tidak ada suara. Sekali lagi mengetuk pintunya, tidak ada jawaban.

Perasaan khawatir menghampiri hatinya, ingin tahu bagaimana keadaannya sekarang di dalam kamar itu.

Bu sari yang juga ikut cemas mencoba membuka kamar jenni, tapi ternyata di kunci. Mencoba mengetuk berkali kali tapi tidak ada jawaban. Takut ada apa apa didalam yang tentu tidak mereka harapkan.

Akhirnya satu satunya solusi adalah mendobrak pintu kamar agar bisa masuk kedalam. Sekuat tenaga ikbal mendobrak pintu kamarnya. Mencoba membuka pintu.

‘brakkkk’ pintu terbuka.

Betapa kagetnya saat melihat Jenni sudah terkapar di samping tempat tidurnya. Mulutnya yang penuh dengan busa akibat obat tidur yang ia minum terlalu berlebihan membuatnya harus segera dilarikan kerumah sakit.

Memang tidak di sangka kejadian ini akan sangat melukai Jenni. Rasa bersalah yang bertubi tubi membuat Ikbal tidak lagi bisa berkata apa apa. Penyesalan luar biasa tentu ia rasakan sangat dalam.

Apalagi dia yang menyebabkan semuanya terjadi.

Bu sari begitu ketakutan, beliau tidak ingin lagi kehilangan anak. Sebab, anaknya hanya tersisa satu Jenni seorang.

Dengan sigap Jenni langsung dilarikan kerumah sakit untuk memberikan pertolongan dengan segera. Ikbal terus melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi agar bisa sampai di rumah sakit.

Ini menjadi masa masa kritis bagi Jenni.

Tidak disangka, konsumsi obat yang ia lakukan bisa membuat terjadinya dampak besar bagi tubuhnya.

Sang ibu hanya bisa menangis dan berharap anaknya bisa segera pulih. Doa dan harapan selalu ia lantunkan untuk bisa menenangkan hatinya.

Begitupun dengan ikbal, dia panik tidak karuan. Mondar mandir melihat kaca ICU berharap Jenni bisa membuka matanya. Menunggu dokter membuka pintu dan memberikan kabar gembira.

Tapi……..

Dokter memberitahukan bahwa hari ini adalah masa kritis Jenni.

Selama 1x24 jam Jenni harus sadarkan diri

Jika tidak maka tidak tahu apa yang akan terjadi.

Tangisan sang ibu langsung pecah seketika tidak sanggup mendengar kabar tersebut. Ikbal berusaha menenangkan sang ibu. Namun ia mengerti dan memahami, hati seorang ibu yang anaknya dalam kondisi kritis.

Hanya doa dan juga harapan yang ia terus panjatkan agar ada keajaiban yang bisa membantu Jenni untuk bisa pulih kembali.

Hingga malam Jenni belum juga sadar. Bu sari meminta Ikbal untuk pulang saja, biar beliau yang menjaga Jenni

“ikbal”

“iya bu?”

“ikbal pulang aja ya nak, biar ibu yang jaga Jenni”

“gapapa bu, ikbal disini aja. Ibu istrihat dirumah saja ya, biar gak sakit juga”

“tapi ibu gak bisa tidur kalau gak lihat jenni baik baik aja”

“nanti kalau ada perkembangan dari Jenni, ikbal kabarin ibu ya”

“yaudah deh, besok pagi ibu kesini lagi ya”

Ikbal mengangguk pelan namun pasti. Mencoba memberikan semangat kepada sang Ibu yang hatinya memang sedang lelah.

Malam ini ikbal yang menunggu Jenni. Ia menggenggam tangan kurusnya dan tidur di kursi samping ranjang rumah sakit.

 

Pagi itu saatnya bagi Jenni membuka matanya dan berhasil lolos dari masa kritis yang harus ia lewati sejak kemarin sore. Ini menjadi kabar gembira bagi Ikbal yang mendapatkan reflex dari kejutan tangan Jenni yang sejak semalam sudah dia genggam.

Ingin rasanya untuk memeluk sang kekasih dan meminta maaf untuk segalanya. Namun semuanya tidak sesuai dengan rencana.

Jenni yang sudah membuka matanya berusaha untuk mengelilingi ruangan inapnya, mencari sosok ibunya.

“ibu, bu” Jenni memanggil dengan sangat lemah

“hey, sudah bangun?” sapa ikbal lirih

“ibu, bu” kembali Jenni memanggil

“tadi malam ibu aku suruh ibu pulang. Kasian beliau kalau menginap disini”

“lo ngapain ada disini? Belum puas lo”

“hey, gak boleh gitu. Ya,,” mencoba mengusap rambutnya dan menenangkan

“mendingan lo pulang sekarang”

“Jenni” sang ibu yang baru saja masuk pintu kamar rumah sakit bingung ada apa itu

“bu, suruh dia pulang sekarang bu. Aku gak mau dia disini”

“Jenni ikbal dari semalem yang jagain kamu loh”

“ibu suruh dia pergi bu” Jenni menangis serasa sesak dadanya melihat ikbal ada disana

“yaudah bu. Aku pamit pulang ya bu” jawab ikbal mengalah

“gak mau sarapan dulu, ibu bawa bekal kesini”

“gak usah bu, nanti aku sarapan dirumah aja” ikbal mencium tangan bu Sari dan berpamitan

“assalamualaikum”

“waalaikumsalam”

Sebagai seorang ibu sudah sepantasnya untuk bertindak bijaksana, baik kepada sang anak atau teman dekat yang selama ini hadir di sekitar anaknya. Itulah yang dilakukan oleh Bu sari, ia tidak ingin menjadi seorang ibu yang egois.

Rasanya jika dia bertanya lebih dalam mengenai permasalahan antara anaknya dan juga ikbal itu bukanlah ranahnya. Bu sari memilih untuk diam dan tidak memaksakan Jenni untuk bercerita apa yang terjadi.

Mencoba memberi asupan nutrisi kepada Jenni, namun Jenni menolak untuk makan. Ini membuat sang ibu menjadi sangat cemas. Namun dokter mengatakan kalau Jenni tidak mau untuk makan terpaksa harus lebih lama lagi berada di rumah sakit.

Tentu ini menjadi sebuah kabar buruk bagi Jenni. Bagaimana tidak, jika ia berada lebih lama lagi di rumah sakit maka pastinya biayanya akan semakin membengkak. Inilah yang dia khawatirkan.

Meskipun rasanya pahit untuk makan sedikit saja, namun Jenni harus memaksanya.

“ayo sekali lagi”

“udah bu. Gak mau lagi”

“ayo dong sayang. Inget gak apa kata dokter?”

“he’em” Jenni mulai mangap untuk menghabiskan makanannya

Cika datang menemui jenni, kebetulan hari ini hari minggu dan sekolah libur. Tadi pagi Ikbal menelponnya mengabari kalau Jenni masuk rumah sakit.

“lo kok bisa masuk rumah sakit sih?”

“pengen ngerasain kasur rumah sakit..hehe” jawabnya tersenyum simpul

“ada ada aja lo. Gak usah lama lama disini. Rumah sakit mahal”

“kurang ajar lo”

Mereka berdua tertawa dan ini sedikit melegakan bagi Jenni karena bisa tertawa setelah kemarin seharian penuh ia menangis. Namun hal itu tidak menjadikan hatinya kembali normal.

Ya, memang benar sih.

Menyembuhkan hati itu bukan hal yang mudah. Semuanya butuh proses

Jika mau berproses maka jauh lebih mudah untuk melewati semuanya.

Disisi lain ikbal terus mengirimkan pesan kepada cika menanyakan bagaimana kondisinya saat ini.

‘cik, lo udah kerumah sakit?’

‘iya udah. Ini lagi sama Jenni’

‘gimana keadaannya?’

‘udah mendingan kok’

Tiba tiba cika mengirimkan fotonya bersama dengan Jenni yang tersenyum begitu manis. Ini sudah cukup bagi seorang ikbal. Setidaknya ia sudah lega melihat orang yang ia sayangi dengan tulus sudah berangsur pulih.

Setiap hari ia selalu berharap ada kabar terbaru mengenai kondisi Jenni.

Namun ia tidak berani untuk pergi kerumah sakit.

Ia takut jika memaksakan diri pergi kerumah sakit malah menjadi beban untuk Jenni.

 

Pagi itu di sekolah sudah ramai lagi info yang beredar mengenai Jenni yang masuk rumah sakit karena minum obat tidur. Ini kembali membuat siswa satu sekolah gempar.

Ikbal yang sudah tidak tahan lagi dengan semua ini langsung memperingati seluruh siswa di sekolah.

‘kalau ada yang berani beraninya nge bully Jenni. Lo semua berurusan sama gue’

Kata kata ini membuat siswa sekolah Nusa 2 Bangsa menjadi bungkam tentunya. Bagaimana tidak, selain menjadi orang paling populer di sekolah, dia juga menjadi orang yang di takuti.

Wibawanya yang begitu luar biasa membuat semua siswa di sekolah menjadi sungkan pada dirinya. Begitupun Rio.

Ikbal datang menghampiri Rio

“sekali lagi lo ngelakuin hal rendah kek gini, abis lo sama gue”

“santai dong bro. gue emang yang nyebarin videonya, tapi gue gak tau kalau ini semua bakalan terjadi”

“anjing lo emang ya. Gak mau ngaku juga lo”

Ikbal menarik kerah baju dari Rio mencoba memulai perkelahian.

“bro bro sabar. Lo kok sensi amat gitu sih” ujar Rio “lagian cewek masih banyak bro”

“bangsat lo”

Pukulan pertama melayang pada muka Rio

“denger baik baik ya, Jenni bukan kayak cewek lainnya. Ngerti lo”

“kenapa bro? buktinya dia gampang banget lo kibulin”

Brukkkk.. ikbal tidak dapat menahan emosinya

Baku hantam antara ikbal dan juga Rio kemudian terjadi dan menyebabkan mereka berdua masuk ke ruang BK.

Namun, semuanya tidak berakhir sampai disitu saja. Ikbal kembali memberi peringatan keras kepada Rio untuk tidak lagi mengganggu Jenni.

Cika merekam semua kejadian itu dan memberikannya kepada Jenni dengan tujuan agar Jenni mau memaafkan Ikbal.

Di kamar rumah sakit..

“Jen, coba lihat ini”

“apaan”

“liat aja udah”

Setelah menonton rasa khawatir Jenni kepada Ikbal mulai muncul kembali. Dalam hatinya begitu sedih melihat ikbal sampai terlibat pertengkaran dengan teman karibnya.

“Jen, ikbal itu sayang sama lo”

“gak mungkin”

“beneran jen. Satu sekolah tadinya ngomongin lo”

“gue udah biasa kok di omongin”

“tapi ikbal yang jadi garda depan ngebela lo jen”

Jenni terdiam

“nih ya, dia peringatin anak anak semua buat gak ganggu lo. Bahkan sampai berkelahi sama si Rio”

“ya itu urusan mereka”

“lo itu bener bener ya. Susah lo cari cowok kayak ikbal”

“terus?”

“lo bakalan nyesel kalau nyia-nyiain orang kayak dia”

“lah kan gue yang di sia-siakan”

“sebenarnya dia gak nyia-nyiain lo. Tapi lo sendiri yang milih buat pergi”

Percakapan itu berhenti tatkala dokter akan menyuntikkan obat untuk Jenni.

 

Tiba saatnya bagi Jenni untuk merasakan empuknya kasur rumah. Setidaknya sudah 4 hari ia berada di rumah sakit.

Badannya terasa sakit semua dan ingin segera masuk kamar untuk bersiap istirahat. Hari ini dia ingin istirahat seharian supaya besok bisa langsung sekolah.

Disisi lain Ikbal tengah di kenalkan dengan teman ayahnya yang besok akan pindah ke sekolah tempatnya belajar. Ini tentunya menjadi beban tersendiri bagi ikbal.

Bagaimana tidak? Dia harus menjaga  Sofia selama berada di sekolah. Ya, namanya sofia. Dia adalah anak dari rekan kerja ayahnya.

“Ikbal sini sayang”

“iya pa”

“kenalin ini om Suryo, dan ini anaknya”

“halo om, halo” menyapa ramah pada kedua tamu papanya

“pa ikbal keatas dulu ya”

“eh mau kemana, buru bur amat”

“ya mau istirahat pa” jawabnya sambil berbisik

“duduk dulu dong. Ini sofia besok mau pindah ke sekolah kamu”

“ya terus?”

“besok jemput sofia ya”

“he’em..” jawab ikbal singkat agar tidak menimbulkan masalah

Sebenarnya ikbal tidak mau untuk menjemput sofia, karena tau sendiri lah dia anaknya sangat manja. Justru jika ikbal menjemputnya besok bisa jadi beban mental nantinya.

Namun mau bagaimana lagi.

Jika keinginan papanya tidak terkabul bisa bisa uang jajannya ditahan selama sebulan.

Namun, Sofia bukanlah satu satunya masalah yang mengganggu pikirannya. Sebab, dia sama sekali tidak penting untuk ikbal. Satu satunya yang dia pikirkan hanyalah tentang jenni.

Rasa rindunya tentu mengalahkan semuanya.

Ingin rasanya ia bertemu dan menikmati kebersamaan seperti beberapa waktu lalu.

Namun ketakutannya menghalanginya untuk pergi kerumah Jenni. Ia takut nantinya jenni malah tidak nyaman dengan keberadaan ikbal disana.

Ikbal yang memiliki nomor bu sari memilih untuk menelpon ibunya saja.

Ini jalan satu satunya bagi dia untuk bisa tahu kabar Jenni.

‘tutt…tutttt…tuttttt’

Lama tak ada jawaban sehingga membuat ikbal menyerah untuk menelpon bu sari. Mungkin saja beliau masih sibuk menyelesaikan pekerjaannya.

Namun siapa sangka, 15 menit kemudian ada telfon masuk dari nomor Ibu Jenni yaitu bu sari. Langsung saja tanpa berfikir panjang ikbal mengangkatnya.

“halo, assalamualaikum” terdengar suara di seberang telepon sana

“waalaikum salam, ibu”

“ada apa ikbal? Tumben telponnya ibu. Bukan Jenni”

“gapapa bu, jenni masih marah sama saya”

“oh gitu. Terus ini tujuannya telpon ibu untuk apa?”

“hehe. Mau nanya kabar jenni bu”

“Jenni baik baik aja nih. Mau ngomong sama jenni ngga?”

“ibu ih, bilang aja jenni gak ada” terdengar suara jenni di seberang telepon sedang mengomeli bu sari.

“udah gapapa. Gak baik loh ngambek lama lama”

Tiba tiba telepon sudah berpindah tangan pada jenni dan ini membuat rasa dag dig dug kembali ada diantara keduanya

“halo. Apa?”

“lo gimana kabarnya? Sehat?”

“baik aja gue. Gak ada masalah”

“lo masih marah ya sama gue”

“ya lo pikir aja sendiri. Kenapa harus nanya gue. Heran deh”

“iya gue ngaku gue salah”

“nah itu paham”

“tapi itu gak seperti yang lo tangkep. Waktu itu gue emang taruhan sama Rio, tapi itu pas waktu kita gak sedeket ini”

“ya tapi sama aja kan”

“tapi sekarang beda Jen. Gue bener bener sayang ama lo”

“preeetttt. Gak percaya gue”

“gimana sih caranya bikin lo percaya”

“udah dulu ya. Gue masih sibuk. Bye”

Belum sempat menjawab tiba tiba teleponnya sudah terputus. Namun, setidaknya ini sudah menjadi sebuah kesempatan bagi Ikbal untuk kembali baikan dengan jenni.

Mendengar suaranya yang sudah beberapa hari ini tak terdengar membuat hatinya kembali sejuk dan tidurnya begitu nyenyak. Sedikit beban fikirannya sudah mulai hilang dan membuatnya kembali bersemangat.

Rencananya besok pagi dia ingin menjemput Jenni untuk berangkat bersama ke sekolah. Sekalian bentuk permintaan maaf dan menunjukkan seberapa sayangnya dia kepada Jenni.

Namun tiba tiba ia teringat bahwa besok harus menjemput sofia untuk berangkat bersama ke sekolah. Apalagi sofia juga masih anak baru dan mungkin saja dia belum hafal jalanan Jakarta. Jadi akan lebih baik jika besok pagi dia menjemput sofia.

 

Pagi ini Ikbal hanya sarapan dengan segelas susu saja, sebab dia takut terlambat berangkat ke sekolah.

Disisi lain jenni justru santai menikmati sarapannya bersama dengan sang ibu dan menghabiskan seluruh jatahnya untuk sarapan.

Setidaknya di sekolah nanti dia tidak perlu membeli makanan dan bisa menghemat uang yang ia miliki sekarang ini.

Ikbal pergi ke rumah sofia dengan bantuan google map yang dikirimkan sofia semalam. Entah mengapa anak itu tiba tiba memiliki nomor telepon ikbal. Padahal kenal saja baru kemarin sore.

‘argghhhhh.. wanita menyebalkan’

Gerutu ikbal dalam hatinya karena pagi pagi sekali harus mencari lokasi rumah orang yang bisa dikatakan tidak ia kenal.

‘haloo’

Tiba tiba pesan wa masuk. Sofia mengirimkan pesan

Tak ada satu jawabanpun dari ikbal. Kenapa tidak? Ikbal sudah tidak menyukainya sejak pertama kali bertemu dirumahnya kemarin sore.

Tingkahnya yang bagaikan ratu membuat Ikbal menjadi hilang feeling kepada sosok dari sofia. Maklum lah ikbal lebih suka wanita seperti jenni, yang sederhana, manis, dan juga cantik natural tanpa adanya polesan.

Sampai juga dirumah si drama queen.

Tiba tiba langsung membuka mobil dan duduk di bangku depan

“loh kok di depan?”

“terus mau dimana dong?”

“di belakang aja. Soalnya masih mau jemput orang”

“gak mau ah. Maunya di depan aja”

Dengan sangat terpaksa ikbal menuruti kemauannya dan membatalkan untuk menjemput Jenni pagi ini. Ia memutuskan untuk langsung pergi ke sekolah saja.

 

Ikbal yang pergi ke sekolah bersama dengan sofia ternyata akan menjadi masalah baru yang mungkin saja akan membuat hubungannya dan Jenni menjadi lebih renggang. Apalagi kabar tersebut sudah tersebar pada anak satu sekolah Nusa Dua Bangsa.

Bagaimana tidak?

Ikbal yang merupakan pentolannya SMA Nusa Dua Bangsa sudah pasti banyak orang yang mengenalnya. Pastinya bakalan mudah banget lah informasinya tersebar di seluruh penjuru sekolah tanpa terkecuali.

Jenni yang duduk di Bangku kelasnya sedikit mendengar teman temannya bergosip tentang ikbal. Ini sedikit membuat Jenni menjadi kepanasan dan semakin marah pada ikbal.

“eh lu tau gak, ikbal tadi bawa cewek”

“seriusan lo”

“iya bener”

“yaampun, berarti Jenni beneran gak di anggap dong”

“sssttttttt”

“lo pada ngomongin apaan sih?” jawab cika

“udah udah cik” Jenni mencoba menenangkan cika

“Jen lo di omongin. Apalagi omongannya gak bener”

“yaudah ngapain ladenin mereka”

Percekcokan mereka semua langsung berakhir tatkala guru bahasa Indonesia datang dan pelajaran segera di mulai. Pembicaraan tadi pagi sebenarnya tidak terlalu membuat Jenni khawatir apalagi kepikiran. Sebab, namanya orang bisa saja bergosip tanpa bukti kan.

Bel sekolah berbunyi dan seperti biasa Cika membawa Jenni untuk pergi makan siang ke kantin sekolah. Awalnya Jenni tidak mau karena satu dan lain hal, namun akhirnya ia menyetujui ajakan dari cika.

Namun saat akan pergi ke kantin ternyata mereka berdua berpapasan langsung dengan Ikbal dan juga sofia yang ternyata mereka satu kelas. Sofia yang merupakan anak baru ternyata satu kelas dengan ikbal dan mungkin saja ini akan menjadi masalah baru.

Jenni yang melihat ikbal dan juga sofia berjalan beriringan mulai terbakar api cemburu, namun tidak sama sekali menampakkannya. Bahkan terlihat ia memasangkan wajah acuh kepada ikbal seakan akan tidak mengenalnya sama sekali.

“lo kenal dia bal?” tanya sofia penasaran melihat ekspresi ikbal melihat Jenni

“dia cewek gue”

“oh. Kok gak kenalin ke gue”

“ngapain. Emang lo siapa?”

“ya calon pacar lo yang baru lah”

“najis”

Ikbal berjalan meninggalkan Sofia, namun layaknya sebuah ekor dia terus saja membututi ikbal kemanapun pergi. Bahkan saat ikbal akan pergi ke kantin masih saja terus di buntuti.

Ini membuat ikbal sedikit tidak nyaman akan sikap dari sofia yang seakan akan menjadikannya selayaknya pacar.

“lo ngapain sih ikut ikutin gue terus?”

“ya kan gue masih baru disini”

“yak an bisa minta kenalan sama temen temen lainnya”

“gak mau. Maunya sama ikbal aja”

Ternyata Cika dan juga Jenni duduk di seberang bangku dimana ikbal dan juga Sofia duduk. Ini membuat rasa cemburu mulai ada pada Jenni. Bahkan bukan itu saja, ini membuatnya semakin kecewa pada ikbal.

Salah faham terus saja bergulir diantara mereka berdua yang kemungkinan besar tidak akan pernah terselesaikan. Tentu ini akan membuat hubungan mereka menjadi lebih rumit.

Hari ini Jenni tak banyak berbicara dan memilih untuk diam. Ia berusaha memendam semua yang dirasakannya. Termasuk juga rasa kecewanya kepada ikbal.

Bahkan cika saja yang merupakan teman dekat jenni merasa sangat emosi melihat ikbal bersama dengan cewek baru yang bernama sofia itu.

‘dasar buaya darat’ umpat cika sambil makan

“lo ngomong apa barusan cik?”

“eh ngga. Cuma lagi pengen ngomel aja”

“kenapa?”

“coba lihat kesono”

Jenni menoleh pada arah yang ditunjukkan oleh cika. Ternyata disana ada Ikbal dan sofia. Sebenarnya Jenni juga ingin marah, tapi apa haknya. Dia sudah tidak punya hak apapun pada ikbal, karena menurutnya mereka berdua sudah putus.

“udah biarin aja” ucap Jenni sambil menyantap makanannya

“segitu doang lo”

“ya terus mau gimana lagi?”

“apa kek. Labrak kek. Yaampun, lo tuh polos banget jadi orang”

“ngga lah. Gue males rebut. Kalau cowoknya gak mau kan gak akan jadi mereka berdua”

“tapi kan baru aja kemarin yang putus Jen”

“ya terus? Kalau dua”nya mau masak gue halang halangin”

“bener juga sih lo”

“udah lanjutin makannya”

Sehabis makan mereka berdua tidak berlama lama di kantin karena sangat malas bertemu dengan ikbal. Ini membuat cika rasanya ingin muntah melihat sikap ikbal yang terlihat tidak memperdulikan Jenni.

Cika yang sebelumnya sangat kagum dengan sosok ikbal tiba tiba saja langsung ilang feeling. Itu semua karena menurut pandangannya ikbal sama saja dengan laki laki lainnya.

‘brengsek’ kata itu yang tercatut dalam hati cika

Sebenarnya Jenni masih memiliki rasa kepada ikbal, namun ini mungkin sudah menjadi jalannya bagi mereka untuk berpisah. Jenni harus merelakan kebahagiaan dari ikbal.

Dia juga harus maju bukan?

Setidaknya bisa move on dari ikbal itulah yang harus menjadi skala prioritasnya saat ini.

Memang bukanlah hal yang mudah bagi Jenni melupakan segala kenangannya bersama dengan ikbal. Karena bagaimanapun ikbal adalah cinta pertamanya.

Ada banyak sekali kenangan yang terlintas dalam benak jenni mengenai ikbal. Kebaikannya, perhatiannya. Mungkin itu akan menjadi sesuatu hal yang sulit bagi Jenni.

Namun dia harus berusaha. Mau bagaimanapun juga, orang yang punya tanggung jawab bagi dirinya adalah jenni sendiri. Tidak ada satu orangpun yang bisa mengatasi dirinya jika dia sendiri tidak mau mengatasi apa masalah yang ada dalam dirinya.

Cika dan Jenni segera pergi meninggalkan kantin tanpa satu dua patah kata untuk ikbal yang masih duduk sembari menatap Jenni dengan dalam.

Tatapannya langsung terhenti dengan tingkah sofia yang selalu saja membuatnya menjadi geram.

“lo ngeliatin pacar lo itu?”

“kalau iya emang kenapa? Masalah buat lo”

“ya masalah lah. Dia aja cuekin lo”

“ya terus apa masalahnya sama lo?”

“lo kek kambing congek tau gak. Mau aja digituin sama cewek”

“itu bukan urusan lo. Sekali lagi lo ikut campur urusan gue, awas lo”

Ikbal pergi meninggalkan sofia yang masih terduduk di bangku kantin sambil berfikir keras apa yang harus dia lakukan agar ikbal mau untuk menerimanya.

Pikiran liciknya mulai datang dan membuatnya merencanakan sesuatu yang mungkin saja tidak ada satu orangpun yang akan tahu. Ia ingin bermain halus untuk mendapatkan ikbal.

Caranya adalah dengan membuat jenni semakin marah kepada ikbal dan tidak ada lagi ruang bagi ikbal untuk kembali pada jenni. Itu akan membuatnya lebih mudah untuk mendapatkan ikbal menjadi kekasihnya.

Senyum simpul penuh kelicikan tiba tiba keluar dari bibir mungil sofia. Memang sebenarnya sofia sendiri adalah orang yang bisa dikatakan cantik. Bahkan kecantikannya melebih Jenni.

Jika dia mau pastinya sudah banyak pria yang mengantri untuk menjadi pacarnya. Namun incarannya saat ini adalah ikbal.

Bagaimanapun caranya dia harus mendapatkan kesempatan untuk bisa dekat dan menjadi kekasih dari ikbal.

Disisi lain ikbal yang masih bingung harus berbuat apa hanya bisa pasrah untuk mengikuti alurnya terlebih dahulu. Baru setelah itu dia akan mencari moment yang pas untuk bisa berbicara berdua saja dengan Jenni.

Ini mungkin cara yang pas untuk kemudian bisa membuat Jenni mengerti bahwa dirinya begitu perduli dan menginginkan yang terbaik untuk Jenni.

Harapannya tidak lain adalah bisa kembali bersatu dengan Jenni tanpa adanya tekanan dari siapapun juga.

 

 

Bagian 4

Kurang lebih sudah satu bulan sejak sofia datang ke sekolah Nusa Dua Bangsa dan membuat keributan antara Jenni dan ikbal semakin panjang. Pasalnya sofia selalu membuntuti ikbal kemanapun dia pergi.

Ini membuat anak anak satu sekolah justru mengira bahwa ikbal dan juga sofia menjalin hubungan seperti layaknya orang pacaran. Padahal sebenarnya tidak.

Sofialah yang terobsesi untuk memiliki ikbal dan menjadikannya sebagai kekasih.

Disisi lain Jenni yang mulai ikhlas melepas ikbal bahagia bersama dengan sofia mulai tidak mempermasalahkan apa apa lagi. Hatinya mulai terasa lega dan berharap bisa memulai kehidupannya yang baru.

Ya, meskipun tanpa pasangan J

Namun, ikbal sudah merasa jenuh dengan keadaan ini. Ia tidak ingin lagi berada dalam situasi yang seperti ini. Sebab, keadaannya sekarang bukanlah apa yang dia harapkan.

Sudah genap 1 bulan sofia berada di sekolah Nusa Dua Bangsa, dan menurutnya sudah sepantasnya bagi sofia untuk beradaptasi. Setidaknya sofia sudah mengenal beberapa cewek di kelasnya. Mereka akan membantu dia untuk beradaptasi dengan mudah.

Ini sudah waktunya bagi ikbal untuk bisa bersikap tegas kepada sofia. Termasuk menyuruhnya untuk tidak selalu mengintilinya kemanapun dia pergi.

“sof, mulai besok gue gak akan jemput lo lagi”

“kenapa?”

“tugas gue udah selesai. Lo juga udah bisa beradaptasi di sekolah”

“tapi bal”

“udah gak usah tapi tapian. Kehidupan gue gak hanya mikirin lo doang kan”

“bal, tapi gue sayang sama lo”

“sof, sadar dong sof. Gue udah punya pacar”

“tapi pacar lo gak peduli sama lo. Gue yang peduli sama lo”

“dia bukan gak peduli. Dia sekarang lagi marah sama gue. Dan itu wajar”

“tapi bal”

“udah ya. Gue mohon sama lo”

Ikbal keluar dari mobilnya begitupun juga sofia, tanpa menoleh sedikitpun ikbal langsung pergi meninggalkan sofia. Ini membuat hati sofia menjadi sangat kesal.

Ia berfikir apa kurangnya dia. Cantik ia, perfeksionis iya. Kurang apa lagi coba.

Kok bisa mau sama cewek sederhana yang setiap harinya Cuma naik sepeda doang ke sekolah. Bener bener diluar nalar sofia.

Ini membuat sofia ingin sekali melabrak Jenni dan mencakar cakar mukanya agar ikbal tidak lagi mau pada Jenni. Tanpa berfikir panjang ia menuju ke kelas Jenni.

Jenni yang duduk santai bersama dengan cika dan memulai obrolan ringan tiba tiba kaget bukan main. Sofia yang tiba tiba masuk dan menarik rambut Jenni membuat situasi kelas menjadi tegang.

“awwww” Jenni menjerit kesakitan

“eh pelakor. Lo sadar gak lo tuh gak pantes buat ikbal”

“lo apaan sih. Sakit”

“masih berani gak ngaku lo. Pake pelet apa lo sama ikbal”

“lo ngomong apa gue gak ngerti”

Cika berusaha melepaskan cengkraman tangan sofia yang begitu kuatnya sehingga membuat jenni meringis kesakitan. Usaha cika sia sia saja. Ia terus saja menjambak rambut panjang Jenni seakan akan seperti macam yang sedang mengamuk.

Melihat hal tersebut, ada satu teman yang kemudian memberitahu ikbal akan kejadian itu. Ikbal yang sedang duduk santai bersama dengan teman temannya langsung bergegas pergi ke kelas Jenni.

Berusaha melepaskan cengkraman sofia yang begitu kuatnya. Sedangkan jenni yang tidak bisa melawan dan hanya bisa menangis di perlakukan se memalukan itu.

“dasar pelakor lo”

“sofia. Udah lepas” ikbal mencoba melepaskan tangan sofia

“ikbal” sofia kaget melihat ikbal ada disana

Sedangkan Jenni hanya bisa menangis setelah sekian menit di jambak rambutnya hingga meringis kesakitan.

“bawa tuh pacar lo pergi. Bikin rusuh aja” ujar cika geram

“lo apaan sih cik. Dia bukan pacar gue”

Mendengar itu sofia hanya bisa diam, dan memilih pergi dari kelas Jenni karena tidak ingin imagenya menjadi jelek di depan ikbal.

Ikbal yang melihat jenni menangis langsung duduk disampingnya dan mencoba menenangkan.

“gue bukan pelakor” ucapnya sambil menangis

“udah udah..huussttt” ikbal meraih jenni dan mencoba memeluknya

“gue bukan pelakor. Lo tau itu kan”

“udah ya. Tenangin dulu”

“emang gue pernah ganggu hubungan lo sama sofia. Ngga kan? Gue bukan pelakor bal”

Ikbal memeluk Jenni yang masih menangis dan mencoba menenangkannya. Jenni merasakan kehangatan itu kembali, dia merasa begitu tenang setelah ikbal memeluknya setelah sekian lama itu tak terjadi lagi.

Tapi tidak lama ia langsung melepaskan dirinya dari pelukan ikbal. Tidak ingin masalah bertambah runyam. Jenni mengusap air matanya dan mencoba menenangkan diri.

“udah bal. lo mending pergi aja” cika menyuruh ikbal pergi

“tapi gue butuh ngomong sama jenni”

“udah bal. jangan maksa. Kalau lo sayang sama jenni, please. Kasih dia kesempatan buat nenangin diri dulu. Kejadian ini gak mudah buat dia”

Ikbal menyetujui perkataan dari cika. Sebab, ini memang bukanlah hal yang mudah bagi seorang Jenni. Di permalukan di depan teman satu kelasnya itu menjadi sebuah tontonan yang sangat tidak layak.

Rasa geram semakin menjadi jadi dalam hati ikbal kepada sofia. Jika saja sofia itu laki laki maka ingin saja dia meninjunya dan membuatnya babak belur. Sayangnya dia hanya wanita dan juga anak dari rekan bisnis ayahnya.

Ikbal tidak mau karena kemarahannya maka ayahnya yang kena getahnya. Sebab, ikbal tahu kalau sofia adalah anak tunggal dari pak santoso. Jadi mau bagaimanapun pasti dia akan di perlakukan selayaknya seorang putri ratu oleh ayahnya.

Rasanya memang tidak mudah berada dalam situasi tersebut. Ada banyak hal yang berkecamuk dalam diamnya itu. Perasaan marah, kesal, dan juga perasaannya yang tidak karuan melihat Jenni di perlakukan tidak adil.

Namun mau bagaimana lagi?

Nasi sudah menjadi bubur. Semuanya sudah terjadi. Masalah sudah semakin runyam dan ini menjadi babak baru dalam permasalahan cintanya bersama dengan jenni.

 

Malam itu perasaannya semakin tidak karuan. Ia tidak bisa tidur semalaman memikirkan tentang hubungannya bersama dengan jenni. Ia memutuskan untuk mengirimkan pesan. Setidaknya meskipun nantinya tidak ada balasan, namun sedikit ada kelegaan dalam pikirannya.

‘malam jen’

Tidak ada balasan

Kurang lebih 15 menit setelah mengirim pesan, ikbal kembali mengirim pesan

‘jen?’

‘hmmm’

‘kok gak dibales pesan gue tadi?’

‘gue lagi sibuk’

‘sibuk ngapain?’

‘kepo lo’

Tidak ada balasan lanjutan dari ikbal, dan kemudian jenni memutuskan untuk pergi istirahat. Dia tidak ingin nantinya dia tambah di cap sebagai pelakor oleh pacar baru ikbal.

Namun setengah jam kemudian ikbal kembali mengirimkan pesan kepada Jenni.

‘Jen’

‘Jen’

‘Jen’

‘Apa?’

‘gue kagak bisa tidur’

‘terus?’

‘gapapa sih. Kalau lo gak sibuk gue telfon ya’

Jenni tidak menjawab pesan yang ikbal kirimkan terakhir. Namun jari ikbal serasa sangat gatal rasanya tak bisa di tahan untuk mengubungi Jenni.

Entah ada angina apa, jenni tiba tiba mengangkat telfon ikbal dan pastinya itu membuatnya sangat senang. Coba menyapa dan ternyata di jawab tanpa adanya ketegangan dari arah Jenni.

Sepertinya Jenni sudah mulai menerima ikbal kembali dan ini menjadi lampu hijau bagi dirinya untuk maju. Namun, hati manusia tidak ada yang bisa tahu apa yang mereka rasakan. Ikbal tidak mau terlalu berharap Jenni akan kembali lagi pada dirinya.

Baginya, menjalin pertemanan kembali bersama dengan Jenni sudah cukup membuatnya merasakan kebahagian. Dia bahagia akhirnya Jenni mau untuk kembali berbicara dengan dirinya.

Mereka membicarakan banyak hal dalam telfon tersebut. Mulai dari keadaan ibu, keadaan Jenni, dan masih ada banyak hal lainnya lagi yang mereka bicarakan.

Jenni juga mengingatkan bahwa satu minggu lagi adalah acara 100 hari meninggalnya kedua adiknya tersebut yaitu Amir dan juga Dinda. Tentu saja ikbal adalah orang yang tidak akan pernah melupakan acara peringatan kematian kedua adik dari Jenni tersebut.

Pembicaraan mulai melebar dan sepertinya es yang dulunya sudah seakan akan membeku kini mulai terasa cair. Canda tawa hangat mulai terdengar di seberang telepon. Namun ada yang terlintas dalam benak Jenni yang mulai merasa penasaran akan hubungan antara sofia dengan ikbal.

“oh iya bal. Lo gak bakalan di amuk sofia kalau telepon gue?”

“emang kenapa? Lo takut ya”

“ya iyalah. Bukan Cuma takut aja, dia udah kayak macam kelaparan”

“hahahaha…gue bilangin sofia lo ya”

“eh jangan jangan. Lo mah bocor orangnya. Gue tutup ya teleponnya”

“becanda doang kok”

“emang kalau gue beneran pacaran ama sofia lo gak marah?”

“ngga lah. Kita kan udah selesai. Ngapain marah”

“lo gak cemburu gitu?”

“ngga lah. Ngapain juga cemburu. Kayak cowok Cuma lo doang di dunia ini”

“yakin?”

“ihhhh.. lo ribet amat sih, tinggal jawab iya apa ngga”

“ya sebenarnya sih sofia gak punya hak buat marah ke gue. Karena dia itu Cuma anak rekan kerja bokap gue”

“oh jadi….. kalian?”

“ya ngga lah. Gue gak pacaran sama dia”

Jenni tersenyum mendengar suara dari telepon ikbal yang mengatakan bahwa ternyata tidak ada hubungan apapun antara ikbal dengan sofia. Ini tentu saja membuat jenni merasa lega.

Sebab, jujur ataupun tidak. Jenni masih memiliki rasa kepada ikbal yang tidak lagi dapat di pungkiri mau bagaimanapun caranya. Meskipun rasa kecewa karena dia hanya menjadi bahan taruhan tapi dari sikap ikbal kepadanya dia bisa merasakan cinta.

Itulah yang hingga sekarang ini masih melekat dalam hati Jenni dan ingin rasanya untuk kembali menjadi pacar dari ikbal. Namun, rasa gengsi dan juga ego yang tinggi membuat jenni tidak berani mengungkapkan perasaannya saat ini kepada ikbal.

Ia memilih untuk mengikuti alur dan menikmati masa masa kedekatannya kembali bersama dengan ikbal.

Mereka berdua ngobrol panjang lebar hingga setidaknya sudah sampai pada pukul 22.30 WIB. Tidak terasa mereka menghabiskan waktu 1 jam setengah hanya untuk ngobrol ngalor ngidul tentang segala hal.

Rasa ngantuk mulai terdengar dari seberang telepon sana. Ikbal menyuruh Jenni untuk tidur saja agar besok tidak terlambat pergi ke sekolah.

“Jen”

“hmmm”

“lo udah ngantuk?”

“belo,,,mmmmm”

“lo bobok gih. Udah malem”

Tiba tiba terdengar hembusan nafas jenni seperti layaknya orang yang sudah tertidur pulas. Ikbal memang sengaja tidak mematikan teleponnya karena ingin mendengar hembusan nafasnya. Mungkin itu bisa menjadi obat tidur yang dapat membuatnya terlelap dan merasakan nyenyaknya tidur malam itu.

Mungkin itulah yang dinamakan cinta, rasanya apapun kelakuan orang yang kita cintai telah menjadi obat penawar bagi lara yang sedang dialami. Itulah yang mungkin ikbal alami sekarang ini.

Hembusan nafas Jenni mungkin akan menemani tidurnya di malam hari dan ini menjadi sebuah keuntungan tersendiri bagi ikbal. Dia bisa tertidur lelap dan tidak mengalami insomnia malam itu.

Ya, begitulah indahnya cinta. Serasa semuanya menjadi lebih indah dari apa yang kita bayangkan..

 

Jenni tidak sadar bahwa dirinya tidur sembari memegang handphone yang ternyata masih tersambung teleponnya dengan ikbal. Jenni mencoba untuk menyapa orang yang ada di seberang telepon sana. Ingin menanyakan apakah ikbal sudah bangun ataukah belum.

“haloo”

“halloo”

Masih tidak ada sautan. Ternyata ikbal masih tidur dan belum bangun, sebab semalam dia tidur pukul 23.00 WIB pas setengah jam setelah jenni tertidur.

Jenni mematikan teleponnya yang masih tersambung tersebut dan kemudian bersiap untuk pergi ke sekolah. Hari ini mata pelajaran matematika dan pastinya gurunya sangat kiler sekali, sehingga dia tidak boleh telat ke sekolah.

Ternyata bukan hanya pak wiwik yang menjadi ancaman bagi seorang Jenni. Ini juga berkaitan dengan guru matematika yang terkenal akan ke kilerannya.

Jenni memilih untuk tidak sarapan karena dirinya sudah telat berangkat ke sekolah dan memilih untuk tidak sarapan. Tentu saja sang ibu yang tanggap dengan tingkah Jenni yang seperti itu langsung mengambilkannya bekal untuk di makan di sekolah.

Sesampainya di sekolah jenni sama sekali tidak melihat ikbal seliweran. Entah ada apa yang terjadi, atau mungkin ikbal sedang latihan basket.

Jenni mengirimkan pesan kepada ikbal karena takut jika dia menghampiri ikbal nantinya sofia bakal mengamuk lagi.

‘bal’

‘hmmm’

‘lo tumben amat gak seliweran, lagi latihan basket ya?’

‘iya gue lagi main basket nih diatas kasur’

‘ngacok. Serius dong’

‘gue lagi sakit sayang’

‘loh sakit apa? Udah minum obat? Udah periksa’

‘perhatian banget sih’

‘beneran gue nanyak ini?’

‘gapapa kok mungkin Cuma kecapean aja’

‘yaudah istirahat’

‘lo gak mau jenguk gue?’

‘gue aja kagak tau rumah lo dimana?’

Tiba tiba ikbal mengirim lokasi rumahnya dan ini menjadi skakmat untuk seorang Jenni. Mau tidak mau sepulang sekolah dia harus menjenguk ikbal dirumahnya.

Bel pulang sekolah berbunyi

Ini menjadi tanda bagi jenni untuk segera menjenguk ikbal ke rumahnya. Rasa deg degan mulai muncul dalam hati Jenni. Selama ini Jenni belum pernah bertemu dengan orang tua dari ikbal, apalagi status keluarga mereka berbeda.

Rasa takut bercampur aduk dalam hati jenni dan membuatnya serasa tidak ingin pergi kerumah ikbal. Namun wa dari ikbal yang terus memintanya untuk datang menguatkan dirinya untuk segera datang ke rumahnya.

Ternyata apa yang jenni bayangkan tidak sesuai dengan kenyataannya. Kenyataannya mama ikbal begitu ramah kepada Jenni. Sejak kedatangannya ia sudah disambut hangat oleh mama ikbal.

Ya memang sudah seharusnya begitu, ikbal yang merupakan anak semata wayang dari mereka selama ini tidak pernah membawa wanita kerumah. Baru kali ini ada wanita yang datang kerumahnya dan ingin menjenguk ikbal.

Sambutan hangat sudah barang tentu harus mereka berikan karena bagaimanapun ini adalah kali pertama ada teman wanita ikbal yang datang kerumah.

Ikbal turun kebawah untuk menemui Jenni yang sedari tadi mengobrol panjang lebar dengan sang mama. Perasaan senang muncul dalam hati ikbal melihat jenni datang untuk menjenguknya kerumah.

Melihat sang anak sudah turun, mama Rose kemudian meninggalkan mereka berdua untuk berbincang bincang. Sebab, ia masih ada urusan diluar dan harus segera di selesaikan.

“tante keluar dulu ya sayang”

“iya tante”

“ikbal awas, gak boleh nakal ya”

“he’emmm”

Mama Rose yang diantar oleh supirnya kemudian keluar meninggalkan rumah dan mulai melakukan aktivitas kerjanya kembali. Sedangkan ikbal hanya ditinggal berdua saja bersama dengan jenni.

Ya, sebenarnya tidak berdua sih. Ada bik inah yang ada dirumah itu, serta juga tukang kebun yang sedang membersihkan taman belakang rumah.

“Lo kapan dateng”

“agak tadi sih. Lo gimana? Udah baikan?”

“iya udah. Tapi masih sakit lagi nih”

“kalau masih sakit ayo periksa”

“gak usah. Dokter gue kan udah datang”

Dengan kepolosannya Jenni menjawab “oh disini ada dokter juga?”

Ikbal tersenyum dan mengorek dahi Jenni menandakan bahwa Jenni kurang cerdas dalam hal ini.

“duhh sakit”

“ya maaf maaf. Habisnya lo polos banget sih”

“yak an gue nanyak emang ada dokternya juga dirumah ini”

“iya ada. Nih dokternya”

Ikbal menunjuk pada arah jenni yang membuat jenni bereaksi. Satu pukulan meluncur pada bahu ikbal yang membuatnya meringis kesakitan. Tidak hanya itu saja, jenni juga mencubit bagian perut ikbal dan membuatnya meminta ampun pada jenni.

“awww..awww..Jen gue kan yang sakit. Kok gue yang diamuk”

“biarin, lo nakal”

“ehh ehh.. ampun ampun. Gue bilangin kak seto lo ya”

“gue laporin lo ke komnasham..weekkkkk”

Mereka berdua saling pukul pukulan satu dengan yang lainnya dan tertawa bersama. Ini membuat keduanya merasakan apa yang sebelumnya sudah hilang.

Pandangan cinta antara keduanya kembali hadir dan pastinya ini menjadi hal yang paling Jenni rindukan, apalagi untuk seorang ikbal. Ada banyak hal yang pastinya ingin mereka ulangi kembali dan bisa membuat mereka merasakan kebahagiaan.

Nuansa itu tiba tiba hilang saat jenni teringat bahwa sang ibunda membawakannya makan unuk sarapan. Kebetulan saat itu dia sedang sangat lapar karena sejak pagi belum menyentuh makanan sama sekali.

Ia membuka tasnya dan mengeluarkan bekal yang ada didalamnya. Membuka penutup wadah bekalnya dan kemudian ingin merasakan kenikmatan masakan sang ibunda.

Ikbal yang melihat makanan bawaan Bu sari ternyata juga ingin mencicipinya dan serasa ludahnya sudah ngences banget. Meminta Jenni untuk menyuapinya.

“Jen, suapin dong”

“enak aja. Ini kan gue yang dibawain sama ibu”

“yaelah. Gue kan sakit jen. Butuh nutrisi yang banyak”

“bilang aja ngarep buat di suapin”

Jenni kemudian menyodorkan satu sendok makanan ke mulut ikbal dan kemudian ikbal menganga dengan senangnya. Menyuapi ikbal sembari makan sendiri untuk dirinya hingga kemudian bisa kenyang keduanya.

Jenni tidak sadar bahwa ikbal yang memainkan handphone tersebut ternyata mengambil angle terbaik untuk mempotret Jenni. Mungkin itu adalah foto pertama Jenni pada handphone ikbal dan ingin ia abadikan sebagai latar belakang handphone.

Tapi ternyata jenni menyadari hal tersebut dan kemudian mengambil handphone yang ikbal mainkan. Ternyata ada foto jenni yang barusan ikbal potret tanpa meminta ijinnya terlebih dahulu.

Jenni meminta ikbal untuk menghapus foto tersebut karena gak sopan kalau mempotret orang tanpa minta ijin.

“hapus gak foto itu”

“ngga ah.. sayang. Gue Cuma punya ini aja tau”

“ya tapi kan gak sopan bal foto orang tanpa ijin”

“yaudah gue minta ijin ya gue mau foto lo”

“gak boleh”

“nah itu gue minta ijin malah gak boleh”

Akhirnya jenni menyetujui ikbal untuk mempotret dirinya. Namun, pada bagian terakhir ikbal memaksa jenni untuk foto berdua. Ini menjadi sebuah foto pertama mereka berdua dan harus di abadikan.

Tentunya tanpa basa basi ikbal langsung mempostingnya pada instagram yang pastinya akan semua orang ketahui. Ini tentunya membuat sofia juga mengetahui foto yang ikbal post pada instagram miliknya.

Tidak terasa hari sudah mulai menjelang jam 14.00 WIB dan ini pastinya membuat Jenni harus segera pulang kerumahnya. Ia berpamitan pada ikbal yang masih sibuk memainkan handphone miliknya.

“bal gue pulang ya”

“he’em”

“taruh dulu ah handphonenya” Jenni merampas handphone ikbal dan menaruhnya di meja

“entar dulu ah, gue lagi liatin foto kita”

“perezz lo. Yaudah ah gue balik dulu”

Jenni keluar dari rumah Ikbal dan menelusuri jalanan untuk kemudian pulang ke rumahnya. Namun, di tengah jalan ia terhenti tatkala ada segerombolan preman yang mencoba untuk mengganggu dirinya.

Betapa takutnya Jenni mengalami kejadian yang tidak pernah ia sangka sangka sebelumnya. Ini menjadi sebuah hari buruk bagi dirinya karena tidak di sangka sangka bisa di hadang oleh para preman.

Ternyata para preman itu merupakan suruhan dari sofia yang meminta para preman itu untuk memberikan pelajaran kepada jenni. Namun, Allah masih menyayangi Jenni, ada seorang laki laki yang mungkin seumuran atau bisa jadi lebih tua setahun dari dirinya.

Lelaki itu menghajar 3 preman yang tadinya menghadang jenni. Betapa leganya dia bisa mendapatkan kesempatan untuk tetap hidup.

“lo gak papa kan?” tanya laki laki tersebut kepada jenni

“ngga gak papa. Makasih ya”

“iya sama sama. Lain kali hati hati ya. Sekarang emang udah jamannya”

“oh ya kenalin. Gue Jenni”

“Eko”

Mereka berdua saling berjabat tangan dan berkenalan satu dengan yang lainnya yang ternyata eko adalah murid dari SMA pelita. Ya, SMA pelita yang merupakan saingan dari SMA Nusa Dua Bangsa.

Sebagai ucapan terimakasihnya Jenni mengajak eko untuk makan terserah eko mau makan dimana. Eko yang sebenarnya tidak enak dan tadinya menolak tentu dengan terpaksa menerima ajakan dari Jenni.

Karena Jenni sudah memberitahu bahwa eko bebas ingin makan dimana saja tentu ekolah yang memilih tempat makannya. Namun, siapa sangka ternyata eko juga menyukai tempat makan ayam goreng kesukaannya bersama dengan keluarganya.

Mereka banyak bercerita sembari makan makanan yang sudah di siapkan oleh abang penjualnya. Perbincangan dimulai oleh Jenni.

“lo suka makan di tempat kayak gini”

“iya, emang kenapa?”

“ya gapapa. Ini sebenernya juga jadi tempat favorit gue sama keluarga”

“ohhh” eko menganggukkan kepalanya dan kembali menyantap makanannya

“btw lo anak Nusa Dua Bangsa kan?”

“kok tau?” jawab Jenni

“iya gue sempat liat lo pas pertandingan kemarin”

“oh lo.. pemain basket juga”

“kurang lebihnya sih gitu”

“mmmmm.. yay a ya”

Oke semuanya sudah habis dan sekarang saatnya bagi mereka untuk pulang dan beristirahat di rumah masing masing. Eko yang masih khawatir jikalau nantinya ada yang mengganggu jenni lagi memutuskan untuk mengantarkannya pulang sampai rumah.

Awalnya Jenni menolak tawaran dari eko untuk mengantarkannya sampai di rumah karena takut nantinya malah menjadi merepotkan. Namun eko dengan santainya menjawab kalau memang merasa tidak enak ya kapan kapan boleh lah traktir lagi.

Mendengar jawaban dari eko tersebut sontak membuat Jenni tersenyum dan mengiyakan tawaran eko untuk mengantarkannya pulang sampai kerumah. Mereka mengemudikan sepedanya masing masing.

Jenni menaiki sepeda pedal yang ia naiki, sedangkan eko membawa motornya dengan pelan membuntuti Jenni. Sampai pada rumah sekitar pukul 18.00 WIB yang kurang lebihnya bertepatan dengan ba’da maghrib.

Sang ibu yang sejak tadi telah menunggu Jenni pulang kemudian keluar dan menanyakan kemana saja Jenni dari tadi siang.

“Jen, kok sampai malam pulangnya”

“iya bu, tadi ada preman yang ngadang Jenni”

“yaAllah tapi kamu gak papa kan nak?”

“gapapa kok buk. Oh ya kenalin ini eko. Tadi dia yang nolongin Jenni”

“hallo tante. Eko”

Senyuman hangat dari bu Sari memberikan kesan ramah kepada eko yang merupakan teman baru dari Jenni. Bu sari mengajak eko untuk makan malam bersama dengan keluarganya dan sebentar saja beristirahat.

Namun ajakan bu Sari eko tolak dengan alasan tadi sudah makan bersama dengan Jenni. Akhirnya eko berpamitan ke bu Sari dan pulang kerumahnya.

 

Disisi lain ada ikbal yang sejak tadi sore mulai mengkhawatirkan Jenni. Sebab, pesannya tidak sama sekali Jenni baca sejak sore tadi. Ya, bagaimana Jenni mau membaca pesan dari ikbal sedangkan keadaannya tadi sangatlah genting.

Belum sempat jenni untuk membuka handphone bahkan membalas pesan dari ikbal. Jenni saja yang baru pulang rumah langsung di perintahkan oleh ibunya untuk membersihkan badannya dengan mandi dan kemudian diminta untuk makan malam.

Barulah setelah selesai makan malam Jenni bisa membuka handphonenya, dan ternyata sudah ada setidaknya 10 pesan masuk, dan 5 panggilan tak terjawab. Jenni membalas pesan dari ikbal sekilas dan kemudian meletakkan handphonenya kembali pada meja.

Rasa lelah setelah seharian full dia tidak menikmati kasur empuknya membuatnya langsung terlelap begitu saja tanpa memikirkan apapun juga. Sedangkan ikbal yang senang karena jenni tidak apa apa kemudian tidak ingin mengganggunya malam ini.

Ikbal ingin agar Jenni bisa beristirahat dengan nyaman agar besok tidak kembali terlambat datang ke sekolah. Begitu perhatiannya ikbal kepada Jenni hingga ia rela menurunkan egonya untuk tidak mengganggu Jenni terlebih dahulu.

‘kring kring kring’

Bunyi alarm kembali berbunyi di kamar Jenni dan membuatnya terbangun setelah semalaman suntuk ia tertidur pulas. Ia melihat handphonenya dan tidak ada jawaban kembali dari ikbal.

Jenni memutuskan untuk langsung mandi dan bersiap untuk berangkat sekolah. Namun, betapa kagetnya dia saat mengetahui bahwa ternyata ikbal sudah ada di meja makan bersama dengan sang ibu.

“yaampun. Kaget gue. Lo udah kayak jin aja ya. Nongol gak bilang bilang”

“hussttt.. ayo kita makan” bu Sari mencoba menengahi

Setelah selesai makan kemudian ikbal berpamitan kepada bu Sari begitupun juga Jenni. Sampai diluar rumah Jenni mengambil sepedanya dan ingin pergi ke sekolah menaiki sepeda pedalnya itu. Namun ikbal yang mulai kesal tentunya langsung mengemposkan sepeda jenni agar tidak lagi menggunakan sepedanya.

“nah, dah selesai”

“lo apa apaan sih. Jadinya kemps kan”

“ya terus?”

“y ague gak bisa ke sekolah”

“ya kan ada gue”

“terus tiap hari gue harus nunggu lo jemput gitu?”

“ahhh... lo kebanyakan cing cong. Mau ikut gak?”

“gak gue naik angkot aja”

“lo kalau naik angkot jam segini pasti bakalan telat ke sekolah”

Akhirnya karena Jenni takut nantinya malah berhadapan dengan pak wiwik yang super galaknya maka langsung mengiyakan ajakan ikbal. Ikbal melihat tingkah laku jenni langsung tersenyum puas dan juga lebar.

Perjalanan dari rumah Jenni ke sekolah tentunya hanya perlu ditempuh dalam waktu 10 menit jika menaiki mobil. Tentu ini membuat Jenni maupun ikbal tidak lagi telat untuk datang ke sekolah. Setidaknya hari ini mereka aman dari pak wiwik.

Sofia yang memang sejak awal sudah tidak suka dengan jenni kemudian membuat drama baru yang justru menyulitkan Jenni. Dengan dramanya tersebut ia berhasil membuat Jenni di panggil ke ruang BK.

Sofia mencoba menghampiri Jenni dan meminta maaf seakan akan ia yang bersalah dalam hal ini. Jenni yang begitu polosnya langsung saja mau memaafkan sofia dan menerima uluran tangan yang sofia berikan.

Namun siapa sangka ternyata sofia membalikkan keadaan dan memposisikan Jenni sebagai orang yang telah menamparnya. Hingga guru BK datang dan menuduh jenni telah melakukan tindak kekerasan di sekolah.

“Jenni. Kamu tahu kan disini bukan tempat tawuran”

“pak tapi saya gak ngelakuin itu”

“terus apa? Kamu tadi jelas jelas nampar sofia. Kalau orang tuanya sampai tau gimana?”

“pak saya beneran gak salah pak”

“sudah cukup. Sekali lagi kamu ngelakuin kekerasan lagi di sekolah ini saya tidak segan segan memanggil orang tua kamu kesini”

Jenni hanya bisa terdiam, dan guru BK memintanya untuk keluar dari ruangannya. Memang ini menjadi sebuah situasi yang sulit bagi Jenni.

Marah, kesal, dan juga bingung bergabung menjadi satu dalam benaknya. Ia tidak tahu kenapa sofia melakukan hal tersebut padahal sebelumnya sofia sudah meminta maaf kepada dirinya.

Ikbal dengan sigap menunggu di depan ruang BK hingga Jenni keluar. Jenni berusaha menjelaskan bahwa dirinya tidak bersalah. Ikbal yang tahu mengenai kelicikan dari sofia tentu sangat mempercayai Jenni, ia sangat paham bahwa dalam hal ini jenni tidak bersalah. Berusaha menenangkannya memang menjadi sesuatu hal yang seharusnya.

Sepulang sekolah ikbal berniat untuk mengantar Jenni pulang namun ternyata Jenni sudah tidak ada di sekolah. Sepertinya Jenni berusaha menghindar dari seorang ikbal.

Jenni sedang menunggu angkutan umum di halte dekat sekolah. Tidak sengaja eko lewat dan kemudian memutuskan untuk berhenti di halte. Mencoba memberikan tumpangan kepada Jenni.

Namun, sayangnya Jenni menolak tumpangan yang diberikan oleh eko. Ia memilih untuk naik angkutan kota saja, namun ternyata pas jenni mau masuk dalam angkot sudah penuh penumpang. Ini membuat jenni memilih untuk mengalah dengan yang lainnya dan berniat menunggu angkutan yang lainnya.

Namun tanpa berbasa basi eko langsung memberikan helmnya dan menyodorkannya pada Jenni. Sofia yang kebetulan akan keluar dari gerbang sekolah bersama supirnya melihat situasi tersebut dan menjadikannya sebagai sebuah kesempatan.

Tanpa segan ia memvideo kejadian tersebut dan kemudian mengirimkannya kepada ikbal.

‘dreett.. dreeet’

Tiba tiba handphonye bergetar, menandakan ada pesan masuk.

Melihat video Jenni sedang menerima helm dari laki laki lain dan kemudian berboncengan dengan laki laki tersebut sontak membuat Ikbal cemburu. Tentu saja seperti di terbakar api di siang bolong, ia berusaha menghubungi Jenni namun tidak tersambung juga.

Tanpa berfikir panjang tentunya ikbal memutuskan untuk langsung datang ke rumah Jenni dan menunggunya di rumah.

Ya namanya juga cinta. Pastinya apapun akan ia lakukan untuk mempetahankan Jenni menjadi miliknya. Bahkan ada pepatah mengatakan, sebelum janur kuning melengkung semuanya masih bisa berubah.

 

Bagian 5

Ternyata ikbal sampai lebih dahulu dibandingkan dengan Jenni, ini menjadi sebuah kesempatan bagi dirinya untuk memergoki dengan laki laki tersebut. Perasaan cemburu tentu sudah menyelimuti dirinya. Seakan akan dia ingin langsung menghajar sang pria dan mengatakan untuk tidak lagi dekat dekat dengan Jenni.

Tak lupa ikbal mengucapkan salam kepada bu Sari dan menunggu Jenni di dalam rumah. Tapi tak lama ikbal duduk dan mengobrol dengan ibunya tiba tiba terdengar suara motor, dan ini membuat ikbal terbangun.

Ia langsung memposisikan dirinya dan keluar dari dalam rumah Jenni berniat untuk menyapa sang pria.

“lo” Jenni kaget ada ikbal

“hallo bro, lo pemain basket dari SMA pelita itu kan?”

“iya bener”

“waahhh.. kebetulan nih bro, kenalin gue Ikbal pacarnya Jenni” menyapa sok akrab kepada eko

Jenni berbisik kepada ikbal “lo kok ngomong pacar gue sih”

“bro lo gak mau masuk dulu?”

“oh gak usah. Gue langsung pulang aja” jawab eko “Jen gue duluan ya”

“iya hati hati” belum sempat Jenni melambaikan tangan ikbal sudah meraih tangannya.

Perdebatan mulai terjadi antara ikbal dan juga Jenni. Seperti biasa mereka beradu mulut dan berdebat seakan masing masing adalah yang paling benar.

Tapi sebenarnya jika di pikir pikir tentunya pertengkaran yang terjadi antara keduanya dapat dikatakan sangatlah lucu. Adu mulut yang seakan akan menampakkan bahwa mereka adalah anak kecil membuat bu Sari hanya bisa tersenyum.

Inilah yang biasa terjadi pada anak muda yang sedang terlibat percekcokan dalam percintaan mereka. Gemas sekali melihatnya..

Video yang sofia kirimkan ternyata berbalik membuat ikbal kemudian semakin dekat dengan Jenni. Bosa katakana bahwa rencananya kali ini gagal 100% karena Ikbal dan juga Jenni tidaklah bertengkar.

Bu sari menyiapkan makan malam untuk Jenni dan juga ikbal dan mereka berdua mencoba membantu sang ibu untuk masak. Ternyata ikbal yang sebelumnya belum pernah sama sekali memotong apapun itu, termasuk juga tomat begitu kesulitan melakukannya. Sampai sampai jarinya tersayat oleh pisau dapur yang ia gunakan untuk memotong. Hal tersebut tentu membuat Jenni sangatlah takut dan spontan melakukan hal yang dianggapnya benar.

Jenni meraih tangan ikbal dan mencucinya pada wastafel. Namun darah masih terlihat mengucur dari jari ikbal yang membuatnya dengan spontan langsung mengecupnya. Ini merupakan pertolongan pertama yang biasanya orang awam akan lakukan agar darahnya bisa berhenti keluar.

Namun, semua itu ternyata begitu berharga bagi ikbal. Ingin rasanya setiap hari dia tersayat pisau agar Jenni bisa bersikap romantis seperti itu kepadanya.

“masih sakit gak?”

“ngga”

“beneran?”

“iya kalau di kecup lo jadi gak sakit”

“dasar lo” menepak jari ikbal yang tersayat pisau

“awww” terdengar teriakan ikbal

“eee.. maaf maaf.. yaudah gue ambilin obat merah dulu ya”

Ikbal mengangguk dan menunggu jenni di ruang tamu rumah tersebut. Jenni dengan segera mengambil kota P3K yang selalu tersedia didalam rumahnya. Untungnya plaster dan juga obat merah masih ada di kotak tersebut.

Perlahan Jenni mulai memberikan obat merah dan diikuti dengan pemberian plaster pada jari ikbal yang terluka. Ini menjadi sebuah pemandangan yang begitu menyenangkan bagi ikbal karena bisa melihat cantiknya Jenni ketika sedang cemas.

“gimana udah gak sakit?”

“udah ngga. Udah baikan”

“yaudah lo disini aja, biar gue sama ibu yang masak”

“iya”

Ikbal terpaksa menuruti keinginan Jenni karena sebenarnya dia juga takut nantinya akan kembali teriris oleh pisau. Sebab, dia saja tidak tahu bagaimana cara untuk menggunakannya.

Maklum saja, dia adalah seorang pria dan tidak mungkin melakukan pekerjaan dapur. Apalagi ada bibik yang selalu siap siaga melakukan pekerjaan rumah, termasuk juga memasak. Jadi tidak ada kesempatan bagi ikbal untuk belajar memasak.

Semua makanan sudah siap di meja makan dan dapat mereka nikmati selagi masih hangat, ketiganya langsung menyantap makanan dan memulai obrolan ringan bersama. Setelah selesai makan ikbal langsung berpamitan pulang kerumah karena hari sudah mulai malam. Ia takut nantinya malah kemalaman sampai dirumah.

 

Sepertinya kedatangan eko dalam hubungan Jenni dan juga Ikbal menjadi sebuah bumbu yang menambah cita rasa yang tercipta. Tentu jenni tidak berhak melarang eko untuk bisa menjalin pertemanan dengan dirinya.

Bagaimanapun juga Jenni adalah manusia sosial yang juga butuh untuk bersosialisasi dengan orang lain. Terlepas itu dalam hal pertemanan ataupun percintaan.

Tentu saja ini tidak sejalan dengan pemikiran Ikbal yang sudah mencium bau bau tidak menyenangkan pada eko. Rasanya eko sudah mulai menaruh rasa kepada Jenni dan berharap untuk bisa menjadi pacarnya.

Upaya pendekatan tentu menjadi sebuah hal wajar yang setiap orang akan lakukan untuk mendapatkan kesempatan bisa dekat dengan orang tersayang. Itulah yang sekarang ini sedang gencar eko ataupun ikbal lakukan.

Pagi itu sebenarnya Jenni sangat malas keluar rumah.

Bayangkan saja, dirinya harus beraktivitas mulai dari hari senin hingga pada hari sabtu, dan ini membuat tubuhnya menjadi remuk. Namun, tiba tiba tanpa di sangka Ikbal sudah mempersiapkan perjalanan yang luar biasa untuk dirinya.

Sebenarnya ingin rasanya Jenni menolak, namun karena sang ibu yang begitu menyukai ikbal memaksanya untuk pergi. Dengan sangat terpaksa ia mengikuti kata kata sang ibu dan mulai melakukan persiapan sebelum kemudian berangkat.

Jenni tidak tahu, akan dibawa kemana dirinya. Memang sih, suasananya begitu cerah hari ini. Namun, dia tidak mau menebak nebak ingin dibawa kemana dirinya.

Ikuti alur saja sudah cukup. Di mobil dia mulai mendengarkan lagu yang menjadi pilihan favoritnya dan ini membuatnya begitu senang. Ikbal yang kaget mendengar lagu itu juga merasa bahagia sebab ini merupakan lagu favoritnya juga.

“lo juga suka lagu ini?”

“iyalah ini lagu favorite gue tau”

“kalau gitu berarti sama dong. Ini tuh lagu favorite gue dari SMP”

Mereka berdua bernyanyi bersama menikmati alunan musik yang di putar pada radio mobil dan ini mencairkan suasana.

Akhirnya sampai pada tempat yang sudah di persiapkan oleh Ikbal untuk dirinya dan juga Jenni. Tempat wisata?

Ya, bisa dibilang seperti itu. Lebih tepatnya adalah wisata desa kecil yang masih belum begitu banyak pengunjungnya. Ini merupakan sebuah wisata danau yang masih saja baru di buka.

Kesempatan pas untuk mereka mengabadikan moment.

Ikbal mengajak Jenni untuk duduk pada sebuah bebek bebekan dan mulai mengelilingi danau. Perasaan sejuk dan juga keindahan alam yang ada disana membuatnya begitu menikmati liburan tersebut.

Setelah selesai. Mereka berdua memutuskan untuk membeli sepotong es wawan dan dibagi dua antara satu dengan yang lainnya.

Ini juga membingungkan sih. Antara irit atau ingin terlihat romantis. Namun, ini menjadi sebuah kesempatan besar bagi mereka untuk kembali memulai obrolan.

“seru juga ya disini”

“he’emm”

“lo sering ke tempat wisata kek gini?” tanya jenni

“gak juga sih. Cuma lagi pengen aja”

“ohh..”

“pemandangannya bagus ya. Gimana kalau kita ambil foto”

“ahh ngga ah males” Jenni menolak

“ayolah Jen. Ini Cuma buat kita berdua kok. Kapan lagi ya kan?”

“boleh deh”

Mereka mempotret kebersamaan mereka berdua di tepi danau yang berlatar pepohonan begitu rindang. Pemandangannya begitu apik sehingga menjadi faktor yang dapat mempengaruhi kualitas gambarnya.

“bagus juga ya”

“coba mana gue lihat”

“nih, coba lihat. Bagus kan?”

“iya bagus banget. Gue minta dong”

“eitss.. gak boleh”

“yaudah sini hapus. Kan itu ada foto gue”

“yaampun selalu deh lo ngancem ngancem gue. Iya iya bentar lagi gue kirim”

Foto tersebut dikirim ke ponsel jenni sehingga saat ini mereka berdua sudah memiliki foto kenangan satu dengan yang lainnya.

Menikmati pemandangan yang begitu indah membuat mereka begitu nyaman berada disana. Rasanya tidak ingin segera pergi pulang dan menikmati malam di pinggiran danau tersebut.

Mereka bercerita mengenai banyak hal termasuk juga terucap kata maaf dari mulut ikbal yang selama ini belum bisa ia ungkapkan. Ini merupakan kesempatan emas bagi mereka berdua untuk bisa meluapkan semua yang dirasakan.

Ini juga berlaku untuk jenni. Ia menumpahkan segala keluh kesahnya tentang ikbal yang sudah membohongi dirinya. Padahal sebenarnya ikbal sudah tahu kalau Jenni paling tidak suka jika dirinya dibohongi.

Ikbal memeluk jenni yang meluapkan emosinya pada hari itu, seakan tidak tahu harus bagaimana lagi untuk menenangkan hatinya. Tentu melihat Jenni menderita sama halnya seperti ikbal melukai dirinya sendiri.

Jenni masih nyaman berada di pelukan ikbal. Namun, sore sepertinya tidak mau berkompromi dengan mereka berdua.

“Jen”

“hmmm”

“pulang yuk. Udah sore, nanti loe dicariin sama ibu”

“masih nyaman”

“besok besok gue janji kita bakal kesini lagi. Ya?”

“beneran?”

“iya beneran”

“lo gak bakal bohongin gue lagi kan?”

“ngga dong. Yaudah ayo pulang”

Tanpa berfikir panjang keduanya langsung berdiri dan bergegas masuk mobil untuk kemudian melanjutkan perjalanan pulang. Namun di tengah jalan, jenni mulai merasa kelaparan dan ini membuat perutnya menjadi sakit.

Ikbal yang begitu khawatir tentunya memutuskan untuk memarkirkan mobilnya dulu ingin mengecek keadaan dari Jenni.

Jenni hanya mengatakan bahwa dirinya saat ini sudah lapar, dan biasanya kalau dia sedang lapar perutnya akan terasa sakit. Ikbal kemudian langsung mengemudikan mobilnya kembali menuju pada sebuah warung makan pecel lele yang ada di sekitar sana.

Sebenarnya memang sudah ada niatan ikbal ingin membawa Jenni pada warung kaki lima penjual ayam goreng kesukaan mereka berdua. Namun, sepertinya untuk bisa sampai disana masih cukup jauh dan ini akan membuat Jenni semakin tersiksa.

Sampai pada warung tersebut ikbal langsung memesan dua lalapan ayam beserta juga teh hangat yang akan membuat perut Jenni membaik. Ikbal menyodorkan teh hangat tersebut untuk Jenni minum agar dapat menetralisir rasa sakit pada perutnya itu.

“gimana? Udah baikan?”

“udah mendingan”

“maaf ya gue telat bawa lo buat makan. Sebenernya gue…”

“udah ini bukan salah lo kok. Gue aja yang bandel”

“bandel gimana?”

“ya bandel aja, sebenarnya gue gak bisa es. Tapi tadi gue pengen banget makan es wawan. Dan posisinya gue belum makan..hehe”

“jen. Lo gak boleh kayak gitu dong. Lo harus perhatiin juga kesehatan”

“iya iya”

“yaudah maem dulu. Biar gak tambah sakit”

Keduanya menikmati lalapan ayam goreng yang mereka pesan dan semua pesannya ludes habis dimakan oleh Jenni. Sebenarnya yang dipesan bukan hanya lalapan ayam goreng saja, namun juga udang krispi, jamur krispi, dan juga rempelo hati.

Melihat begitu lahapnya Jenni menyantap makanannya tersebut itu membuat ikbal begitu senang melihatnya. Wajah menggemaskan Jenni ketika makan selalu menghipnotis dirinya dan memberikan nuansa baru bagi penglihatannya.

Ya, begitulah cinta. Ini membuat semua orang menjadi buta karena cinta. Meskipun terlihat Jenni sebagai seorang wanita memiliki hoby untuk makan dalam porsi banyak, namun ini bukan masalah bagi ikbal. Dia menyukai semua yang ada pada diri jenni dan tidak ingin ada yang dirubah dari diri wanita pujaannya itu.

Setelah selesai makan mereka langsung memutuskan untuk pulang kerumah. Hal itu mereka lakukan karena tidak ingin membuat bu sari menjadi khawatir.

Setidaknya mereka sampai di rumah pada pukul 18.15 WIB yang berarti bahwa waktu belum begitu malam. Namun, dirumah ternyata sudah ada eko yang menunggu kepulangan jenni dengan membawakan martabak sebagai sogokan untuk ibunya.

Ikbal yang melihat hal tersebut lantas menjadi sangat kesal dan sudah tahu akan akal bulus dari eko yang ingin selalu mencari perhatian. Namun, ia tidak dapat berbuat apa apa. Sebab, sekarang ini jenni bukan lagi sebagai pacarnya.

Jadi sudah sepantasnya ikbal juga memberikan ruang bagi eko untuk mendekati jenni. Dia tidak bisa memaksakan semua keinginan yang ada dalam hatinya. Karena itu akan membuat semua orang merasa tidak nyaman nantinya.

“yaudah gue pamit ya jen” ikbal memutuskan untuk pulang

“loh ikbal mau kemana? Gak disini dulu?” jawab ibu

“gak bu. Udah malam. Dirumah juga ada mama sama papa baru pulang. Takutnya dicariin”

“oh yaudah. Salam buat papa dan mama kamu ya”

“iya bu” mencium tangan bu sari

Tanpa berlama lama ikbal langsung membalikkan badan dan menuju ke mobilnya. Namun, saat akan masuk mobil tiba tiba jenni mengejarnya. Satu dua kata yang jenni ucapkan sudah membuat hatinya menjadi berbunga bunga.

‘terimakasih untuk hari ini’

Ya itu kata kata yang memang selalu ingin ikbal dengar dari mulut jenni. Sebab, kebahagiaan jenni merupakan hal yang paling penting untuk dirinya.

Bahkan jika boleh. Ikbal ingin berkorban jiwa dan raganya hanya untuk membahagiakan Jenni.

“hati hati ya”

“iya. Gue balik dulu ya”

“he’emm. Sampai jumpa besok”

“bye”

Ikbal masuk kedalam mobilnya dan melaju pulang kerumahnya karena tidak ingin berlama lama berada di rumah jenni. Karena terlalu lama berada dirumah jenni dengan situasi dimana ada eko disana justru membuat hatinya menjadi terbakar api cemburu.

 

Sampai dirumah ingin rasanya ikbal beristirahat dengan tenang dan menikmati kasur empuknya itu. Namun, semuanya serasa tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan.

Orang tuanya memang tidak memikirkan tentang apa yang ia rasakan dan ini menjadikan ikbal selalu tidak kerasan berada dirumah. Rasanya ingin pergi jauh dan tidak ingin kembali kerumah itu lagi.

Terdengar suara teriakan dan juga percekcokan yang memang selalu rutin terjadi dalam keluarga ikbal. Meskipun sudah terbiasa namun ikbal juga manusia biasa yang memiliki emosi didalam dirinya.

Mendengar percekcokan yang rasanya tidak akan pernah usai membuat ikbal begitu geram dan memutuskan untuk turun kebawah. Menyuruh kedua orang tuanya untuk menghentikan pertengkaran tersebut.

Namun, keduanya semakin menjadi. Pasalnya, sang ayah yang merupakan pengusaha sukses terciduk oleh mamanya sedang melakukan hubungan intim bersama selingkuhannya. Sontak ini membuat mama Rose begitu marah sejadi jadinya. Begitupun sebaliknya, sang ayah yang merasa tidak bersalah dengan apa yang sudah dilakukannya justru balik menyalahkan mama Rose.

Papanya menyalahkan mama Rose yang selalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak pernah mengurus keluarganya. Ia terlalu sibuk dengan karir sehingga suaminya tidak pernah terurus baik dari segi fisik ataupun rohaninya. Kepuasan biologisnya akhir akhir ini tidak terpenuhi karena mama Rose terlalu sibuk dan sering pergi ke luar kota.

Percekcokan yang sudah mencapai puncak klimaks tentunya membuat sang ayah justru menjadi tidak terkendali.

‘bugggg…’

Ikbal melihat sendiri mamanya di pukuli oleh papanya dan ini menjadi hantaman besar bagi dirinya.

Seakan tidak diberikan ampun oleh sang ayah, mama rose terkapar lemas di lantai setelah babak belur dipukuli oleh sang ayah. Ikbal yang melihat semua itu sontak terbakar emosi dan mulai membenci sang ayah.

Seorang ayah yang selama ini selalu dia jadikan sebagai panutan sudah berani menyakiti wanita, dan wanita itu adalah mamanya.

“mama”

Ikbal langsung berlari kea rah sang mama dan menelfon ambulan untuk segera di bawa kerumah sakit.

Sang ayah yang tersadar akan perbuataannya itu sontak langsung meminta maaf kepada ikbal dan juga sang istri.

“ikbal. Maafin papa nak. Papa gak sengaja”

“papa bilang gak sengaja? Papa bener bener keterlaluan”

“ikbal maafin papa. Tolong”

“stop pa. stop jangan buat drama baru lagi. Ikbal udah capek”

“rose bangun. Aku minta maaf” berpindah memegang tangan mama rose

“cukup pa. sekali lagi papa nyentuh tangan mama. Ikbal akan beri pelajaran ke papa. Camkan itu” ikbal menunjuk muka sang ayah dengan penuh amarah.

Rasanya tidak percaya ayah yang selama ini selalu dia sayangi dan hormati tega berbuat serendah itu. Memang keluarganya tidak pernah akur selama ini, namun bukan berarti sang ayah bebas memperlakukan mamanya seperti apa yang di inginkan.

Ambulance datang dan segera membawa mama rose yang sudah sedari tadi terkapar dengan luka lebam pada bagian tubuhnya. Ikbal menemani sang mama untuk dibawa kerumah sakit dan ini menjadi malam yang berat bagi dirinya.

Sebab, terjadi pembekuan di kepala mama rose dan membuatnya harus segera di operasi malam itu juga. Bagaimana tidak terjadi pembekuan? Ayahnya dengan sangat keras membenturkan kepala mama rose pada tembok.

Ikbal menjadi penanggung jawab dari tindakan operasi yang harus segera diambil untuk mamanya tersebut.  Ia rasa tindakan ini sudah sangat tepat untuk menyelamatkan nyawa mamanya yang begitu ia sayangi selama ini.

Tidak ikhlas rasanya jika melepaskan mamanya pergi saat ini.

Bagian 6

Semuanya telah berubah, kehidupan ikbal, kebahagiaannya dan segalanya sudah berubah. Ia sudah menjadi seorang anak yang harus dengan sekuat tenaga menjaga sang mama yang sekarang ini sedang berada dalam masa masa kritisnya.

Pagi itu ikbal memutuskan untuk tidak masuk sekolah karena ingin menunggu sang mama untuk memastikan keadaannya hingga siuman. Jenni sama sekali tidak melihat ikbal di sekolah dan ini membuatnya kembali merasa khawatir.

Sofia yang saat ini masih belum menyukai jenni terlihat begitu ketus menjawab setiap pertanyaan jenni mengenai ikbal.

“sofia. Tunggu”

Sofia membalikkan badannya dan terlihat wajahnya menjadi masam

“sof. Gue boleh nanyak gak?”

“nanyak apalagi lo?”

“sebenarnya hubungan lo sama ikbal itu gimana sih?”

“anjing. Gue gampar lo. Udah sana pergi sebelum gue emosi”

“tapi sof..”

“gue bilang pergi ya pergi” sofia mulai menggerutu akibat dari pertanyaan Jenni yang seperti menekan dirinya.

Jenni yang tidak ingin mencari keributan dengan sofia memutuskan untuk mengalah dan tidak melanjutkan pembicarannya. Mendengar ucapan dari sofia tersebut jenni yakin bahwa ikbal tidak ada hubungan apapun dengan sofia.

Ini bisa dipastikan dari omongan sofia barusan. Tentu ini membuat hati seorang jenni lega karena tidak ada penghalang yang dapat memisahkan kisah cinta mereka berdua. Jenni mulai mencari ikbal dan memutuskan untuk membicarakan hal penting dengannya.

Jenni mulai menanyakan pada teman teman terdekat ikbal saat ini dan tidak ada satupun yang tahu ikbal dimana. Ini membuatnya menjadi bingung dan tidak tahu harus berbuat apa sebab ikbal juga tidak dapat dihubungi.

Ia berencana sepulang sekolah nanti akan pergi kerumah ikbal dan membicarakan hal penting tersebut secepatnya. Namun, jika dirinya langsung pergi kerumah ikbal maka nantinya akan terasa tidak nyaman.

Sebab, jenni sendiri belum terlalu dekat dengan orang tua ikbal dan tidak tahu harus berbicara apa jika mereka bertemu. Terpaksa jenni menunggu hingga esok paginya ikbal masuk sekolah dan kemudian membicarakan hal penting yang harus segera mereka bicarakan.

Namun hingga beberapa hari ia menunggu ikbal masuk sekolah ternyata tidak muncul batang hidungnya juga.

Cika yang melihat jenni begitu galau dan hanya mengaduk ngaduk makanan yang telah dibelinya di kantin memutuskan untuk memulai pertanyaan

“lo kenapa sih jen?”

“ehh. Ngga gapapa kok”

“gue perhatiin beberapa hari ini lo galau banget”

“sebenernya ini tentang ikbal”

“ikbal lagi? Kan lo udah selesai sama dia”

“ya justru itu. Selama ini gue tuh salah paham sama dia”

“salah paham gimana?”

“udah lah lo gak akan ngerti. Makan aja, nanti keburu gak enak”

Mereka berdua menghabiskan beberapa suapan makanan tersebut dan kemudian memutuskan untuk kembali ke kelas.

 

Disisi Ikbal masih dengan setia menunggu dan menemani sang mama yang sekarang ini sedang terbaring koma di rumah sakit. Ia berharap jika mamanya bisa segera pulih dan dapat kembali bersamanya.

Begitu hancur hati ikbal menerima kenyataan bahwa keluarganya tidak seindah apa yang ia bayangkan selama ini. Sosok ayah yang selama ini begitu ia agung agungkan ternyata adalah manusia yang tidak punya hati.

Beberapa hari ini ikbal memang tidak pernah pulang kerumah dan memutuskan untuk tetap berada di rumah sakit apapun yang terjadi. Ia tidak ingin meninggalkan mama Rose yang sekarang ini sedang membutuhkan dirinya.

Namun hari ini seakan akan keajaiban datang.

Mama rose mulai sadar dan perlahan membuka matanya.

Tentu ini menjadi kabar yang begitu menggembirakan bagi ikbal dan pastinya ia sontak langsung memanggil dokter. Ucap syukur selalu ia panjatkan karena mamanya sudah berhasil keluar dan berjuang pada masa masa sulitnya.

Setelah dokter melakukan beberapa pemeriksaan ternyata tidak ada kendala apa apa dan semuanya aman. Namun memang mama rose membutuhkan istirahat yang cukup. Sebab, kondisinya masih begitu lemah.

“ma”

“hmmm”

“gimana rasanya? Ada yang sakit”

“gak ada sayang”

“yaudah mama istirahat dulu ya. Ikbal tebus obat dulu”

“he’emmm”

Ternyata pada apotek rumah sakit sendiri ada salah satu obat yang tidak ada dan ia harus menebusnya diluar rumah sakit. Ia berjalan menelusuri trotoar menuju pada apotek dekat dengan rumah sakit.

Dalam perjalanannya ia teringat dengan Jenni yang selama beberapa hari ini memang tidak mendengar kabar tentangnya. Mencoba meraih ponsel pada sakunya, namun sayang seribu sayang. Baterai ponselnya ternyata sudah beberapa hari yang lalu habis dan ikbal tidak menyadarinya.

‘Pantas saja tidak ada bunyi ponsel’ gumamnya dalam hati

Setelah selesai membeli beberapa obat ikbal langsung kembali pada rumah sakit karena khawatir sang mama membutuhkan sesuatu.

Ikbal mulai menyuapi sang mama dan memberikan obat yang harus di konsumsi oleh mama rose. Barulah setelah semuanya selesai ikbal duduk di sofa rumah sakit dan mencargher ponsel yang sebelumnya kehabisan baterai.

Mulai di aktifkanlah ponsel yang sebelumnya kehabisan baterai dan ternyata ada pesan wa masuk dari Jenni. Berulang ulang kali ternyata beberapa hari ini Jenni berusaha menghubungi Ikbal namun tidak berhasil.

Melihat beberapa pesan yang Jenni kirimkan tentunya membuat dirinya tersenyum sendiri melihat tingkah Jenni yang begitu menggemaskan.

Coba menghubungi Jenni karena memang beberapa hari ini sudah tidak lagi mendengar suaranya yang begitu merdu terdengar di telinga ikbal.

“halo”

“halo bal, lo kemana aja sih”

“gue disini jen”

“ihhh gue gak lagi becanda ya”

“iya kenapa cantik?”

“gue beberapa hari ini khawatir tau sama lo”

“emang gue kenapa?”

“ya lo gak ada kabar. Ngilang gitu aja. Emang lo kemana sih? Disekolah juga gak ada”

“lo kangen ya am ague”

“iihhhh.. jawab dulu lo kemana”

“Gue sekarang ada dirumah sakit”

“lo sakit? Sakit apa?”

“bukan gue. Tapi mama”

“tante rose. Sakit apa bal?”

“panjang ceritanya Jen”

“yaudah lo juga jaga kesehatan ya. Oh ya, gue boleh kesana gak?”

“udah gak usah. Besok juga udah pulang kok”

Mereka berbicara panjang lebar dan terdengar suara bu Sari yang memanggil Jenni untuk keluar dari kamarnya. Jenni terpaksa harus mengakhiri perbincangannya di telepon bersama dengan ikbal.

Jenni keluar dari kamarnya dan menghampiri sang ibu yang memanggilnya sedari tadi. Ternyata diluar ada eko yang menunggunya.

‘oh my god’

Hari ini jenni sangat malas untuk bertemu dengan siapapun. Perasaannya juga khawatir kepada ikbal yang hanya seorang diri menemani mama Rose.

“hai jen. Apa kabar?”

“hee.. baik. Lo apa kabar?”

“baik juga. Gue ganggu gak?”

“nggak kok. Emang lo ada perlu apa?”

“rencananya hari ini gue mau ngajak lo nonton”

“tapi gue lagi banyak tugas sekolah hari ini. Maaf ya”

“bentar aja kok”

“emmmm..yaudah deh gue siap siap dulu ya”

Jenni memutuskan untuk jalan bareng dengan eko yang sebenarnya tidak dia harapkan sama sekali. Ini menjadi sesuatu hal yang benar benar tidak ia inginkan.

Bagaimana tidak?

Ikbal yang sibuk mengurus mama rose yang sedang sakit di rumah sakit, sedangkan jenni malah pergi berkencan bersama eko. Rasanya tidak adil.

Jenni serasa tidak betah menonton film yang di tontonnya bersama eko. Sedangkan eko terus mendekat pada jenni dan berusaha mencari celah untuk bersikap romantis.

Hingga pada suatu adegan eko dengan berani mencium Jenni dan membuat jenni menjadi sangat marah. Tidak segan segan Jenni menampar eko yang sudah bertindak kurang ajar terhadap dirinya.

Terdengar suara tamparan keras melayang dari tangan jenni

“kurang ajar lo ya”

“apa sih jen?”

“lo masih bilang apa? Lo nyium gue tanpa seizin dari gue”

“yaudah lah jen. Kan Cuma nyium doang”

“lo tuh emang bener bener bajingan ya”

“yaudah gue minta maaf ya”

“gue mau pulang. Hiks hiks hiks” jenni menangis sampai sesenggukan

Sementara itu ikbal kembali mengurus mamanya yang masih terlihat lemah di ranjang rumah sakit. Selayaknya anak yang baik dan selalu memberikan support kepada sang ibu maka itulah yang ikbal juga lakukan.

Jenni yang sudah sampai dirumah langsung pergi menuju kamarnya dan menangis sejadi jadinya. Rasanya ia telah di rendahkan oleh seorang eko yang baru saja dia kenal tidak lama.

Sungguh, rasanya perlakuan eko dan juga ikbal sangatlah berbeda jauh. Rasanya tidak ada orang lain yang bisa membuat jenni merasa sangat terhormat dan juga bahagia kecuali ikbal.

Belum selesai jenni memikirkan tentang ikbal tiba tiba ponselnya berdering. Ternyata ikbal yang menelpon dirinya.

“halo”

“hiks hiks hiks” terdengar suara tangisan jenni

“halo. Lo kenapa jen?”

“gapapa. Cuma kenak pisau aja barusan”

“kenak pisau masak ampe sesenggukan gitu?”

“gue benci banget sama eko”

“kenapa? Ada apa? Cerita ama gue”

“dia berani kurang ajar ama gue”

“bangsat emang tuh anak. Udah lo tenang aja. Gak usah khawatir ya”

“hik hiks hiks” masih terdengar sesenggukan

“udah. Tidur aja gih biar tenang, gue temenin deh”

Jenni mulai tenang dan tertidur didalam tangisannya, sedangkan ikbal dengan emosinya yang sudah memuncak ingin sekali menghajar seorang eko. Rasanya sudah tidak sabar menunggu pagi datang dan memberi pelajaran pada si brengsek eko.

Pagi pagi sekali ikbal sudah pamit kepada mama Rose untuk pergi keluar sebentar dan ternyata ia menemui eko. Terlihat eko baru saja keluar dari rumahnya untuk menjalankan rutinitas paginya yaitu berolahraga.

Tidak jauh dari rumah eko, ikbal turun dari mobil dan langsung menghampirinya untuk memberikan pelajaran. Agar kemudian dia tidak berani lagi memperlakukan seorang wanita dengan tidak pantas.

‘brukk’ satu pukulan melayang dari tangan ikbal

Rasanya tidak puas jika hanya satu pukulan saja yang melayang dari tangan ikbal. Dia harus benar benar memberikan efek jera pada eko agar tidak berani lagi mengganggu Jenni.

“hey ada apa ini?” tanya eko kebingungan

“lo masih tanya ada apa? Dasar anjing lo”

‘bruk’ pukulan kedua melayang kembali dan kali ini mengincar bagian perut eko

“kalau lo sampe berani lagi nyentuh Jenni. Lo bakalan berhadapan sama gue”

Eko hanya bisa terdiam mendengar perkataan ikbal yang saat ini sedang emosi. Sepertinya satu pukulan terakhir akan melayang kembali pada wajah eko.

“ini tambahan buat lo karena udah berani cium Jenni tanpa ijin”

‘bruk..brukkk’

Terlihat eko meringis kesakitan dan tidak dapat melawan ikbal yang memang menjadi orang yang selama ini banyak anak SMA takuti. Ikbal pergi meninggalkan eko yang masih meringis kesakitan dan kembali ke rumah sakit.

Ikbal khawatir karena mama rose tidak ada satupun orang yang menjaganya. Mulai melajukan mobil menuju ke rumah sakit.

Namun, betapa kagetnya ikbal tatkala melihat jenni tengah duduk disamping ranjang kamar tidur mamanya. Ia bingung, tahu dari mana jenni kalau mamanya sedang dirawat di rumah sakit ini.

“jen. Lo kok disini?”

“kenapa? Gak boleh? Tante rose aja bolehin kok”

“ya bukan gitu maksud gue”

“terus apa?”

“ya lo tau dari mana kalau mama dirawat disini?”

“dari bibi”

“lo tadi kerumah gue?”

“he’eemmmm”

Jenni mulai menyuapi jeruk kedua yang sedari tadi ia kupaskan untuk mama rose dan memberikannya penuh kasih sayang. Sementara ikbal hanya bisa tersenyum puas melihat kedekatan diantara keduanya.

Inilah sosok yang benar benar ia cari selama ini. Sosok yang selalu menghargai orang tua dan menyayangi dengan setulus hati. Rasanya tidak ingin kehilangan sosok itu. Sebab, sosok seperti jenilah yang mampu membahagiakan hidupnya.

Mama rose terlihat sudah kembali beristirahat dan tertidur pulas. Jenni bersama dengan ikbal memutuskan untuk pergi ke taman rumah sakit. Mereka duduk pada bangku taman dan membicarakan banyak hal. Kerinduan diantara keduanya tentu sudah terobati dengan kedatangan jenni kerumah sakit.

“lo tadi kemana?”

“ada urusan dikit”

“ya kemana?”

“ketemu sofia. Ngapelin dia” ikbal berusaha untuk membuat jenni cemburu

“ohh.. sofia. Bagus deh kalau gitu”

“lo gak cemburu”

“ngga lah. Ngapain juga cemburu. Ya kan” dengan muka sewotnya berusaha menutupi rasa cemburu yang jenni alami

“ngga kok cantik. Gue tadi ada urusan bentar”

“iya ngapelin sofia kan?”

“yaampun. Ngga dong. Gue kan sayangnya sama lo doang. Lo aja yang gak sayang am ague”

“sayang kok” jenni keceplosan mengatakan bahwa dirinya juga sayang kepada ikbal

“apa? Gue gak denger”

“iihhhh..”

Mereka berdua tersenyum dan menikmati angina segar di taman rumah sakit. Sebenarnya hati jenni masih saja tidak karuan. Ia malu karena sudah mengungkapkan rasa sayangnya kepada ikbal.

Sedangkan selama ini dirinya selalu menjaga ego dengan sangat apik. Sehingga tidak ada yang tahu bahwa dirinya memang benar benar menyukai ikbal.

Hari ini mama Rose sudah di perbolehkan untuk pulang ke rumah oleh dokter karena kondisinya sudah jauh membaik saat ini. Kedatangannya di rumah disambut gembira oleh sang ayah yang berharap mendapatkan maaf dari ikbal dan juga mama rose.

Namun ternyata semuanya tidak sesuai dengan dugaan. Ikbal dan mama rose justru pulang kerumah itu untuk mengambil semua barang barang mereka. Keduanya memang sudah memutuskan untuk pergi dari rumah tersebut dan ingin memulai kehidupan yang baru.

Semua pakaian dan juga barang barang penting mulai di persiapkan oleh ikbal dan juga sang mama dan berniat untuk keluar dari rumah. Sang ayah masih saja terus berharap istri dan juga anaknya mau memaafkannya dan memulai kehidupan yang baru di rumah itu.

“ikbal, maafin papa nak”

Tidak ada jawaban dari ikbal dan terus mengemasi semua barang barangnya.

Namun itu tidak membuat sang ayah menyerah. Ia pergi menemui istrinya dan meminta maaf atas semua kesalahannya. Namun juga tidak ada tanggapan.

Ikbal sudah selesai berkemas dan masuk kedalam kamar sang mama, membantu mamanya mengemasi barang barangnya.

“Rose. Aku bener bener minta maaf”

“mas. Udah terlambat, kita udah gak bisa bersama lagi”

“Rose tapi kita bisa memulai semuanya dari awal”

“maafin aku mas, aku gak bisa”

“rose aku janji gak akan mengulangi kesalahanku”

“mas, kamu bisa berubah bukan karena aku atau ikbal. Tapi karena dirimu sendiri yang ingin berubah. Semoga setelah ini kamu menemukan kebahagiaan untuk dirimu sendiri”

Ikbal dan mama Rose pergi meninggalkan rumah hari itu dan memilih untuk menempati kediaman mama Rose yang memang selama ini tidak di tempati. Rasanya memang berat, baik untuk mama rose ataupun sang ayah.

Bagaimana tidak?

Mereka sudah menjalankan bahtera rumah tangga sejak 20 tahun yang lalu dan memiliki putra semata wayang bernama ikbal yang saat ini sudah menginjak usia 17 tahun. Ya, saat ini ikbal sudah kelas 3 SMA dan ini bukan waktu yang sebentar.

Perceraian memang tidak ada yang pernah mau dan menginginkannya. Namun, layaknya sebuah gelas yang sudah hancur berkeping keeping. Rasanya akan sangat sulit untuk kembali di perbaiki menjadi seperti semula.

Daripada nantinya justru mereka saling menyakiti satu dengan yang lainnya akan jauh lebih baik apabila keduanya berpisah. Ini juga menjadi langkah terbaik bagi ikbal, dengan begitu ia bisa memiliki ruang untuk berfikir dan perlahan mulai memaafkan ayahnya.

Semuanya tergantung pada masalah waktu saja. Nantinya semua akan baik baik saja. Sebagai seorang anak ikbal pastinya harus dengan lapang hati memaafkan setiap kesalahan yang ayahnya perbuat selama ini.

Surat gugatan cerai sudah melayang ke pengadilan. Semua proses perceraian sudah terlewati dan tinggal menunggu saatnya untuk ketok palu. Sang ayah yang masih menyesali semua perbuataannya tentu masih berharap istri dan anaknya bisa kembali ke pelukannya.

Namun, nasi sudah menjadi bubur. Semuanya sudah berlalu.

Rasanya perceraian memang menjadi langkah terbaik untuk keduanya. Karena dengan begitu maka mereka bisa menghargai diri mereka masing masing. Baik sang ayah ataupun mama rose pastinya dapat lebih menyayangi diri mereka sendiri.

Nyatanya ikbal sekarang sudah memiliki pemikiran yang begitu dewasa. Ikbal bisa saja bertindak egois dan memilih salah satu diantara kedua orang tuanya. Namun itu semua tidak terjadi. Ikbal tetap memaafkan sang ayah yang sudah menyakiti ibunya.

Jika ada waktu libur, pastinya ikbal akan selalu mengunjungi sang ayah untuk melihat kesehatannya. Bisa katakana bahwa ada hikmah di balik itu semua.

Ikbal yang dulunya tidak pernah akrab dengan mama ataupun papanya, sekarag sudah mulai berubah. Mereka sering ngobrol dan menikmati waktu yang hanya sedikit dimiliki untuk bertemu satu dengan yang lainnya.

Ini seakan memberikan hikmah bagi keluarga ikbal yang sebelumnya tentu tidak akan terfikirkan.

 

 

 

 

 

Bagian 7

Jenni seakan mulai merasakan kembali benih benih cinta yang sebelumnya sudah ia rangkai bersama dengan ikbal. Ini menjadi sebuah hal yang paling membahagiakan dalam diri jenni.

Meskipun tidak satupun yang mengungkapkan perasaannya masing masing, namun keduanya semakin dekat. Bahkan kedekatannya jauh lebih indah jika di bandingkan dengan saat mereka masih pacaran dulunya.

Ikbal semakin memperhatikan berbagai macam hal yang berkaitan dengan jenni, begitupun jenni yang selali memberikan perhatian kepada ikbal. Ini menjadi sebuah tindakan yang dilakukan oleh keduanya untuk bisa menunjukkan rasa kasih dan sayangnya terhadap masing masing.

Besok tepatnya di hari sabtu-minggu sekolah Nusa Dua Bangsa akan mengadakan camping yang pastinya bisa di ikuti oleh seluruh siswa. Ini juga termasuk menjadi kesempatan bagi sofia untuk dapat mendekati ikbal kembali. Karena sofia mengetahui bahwa pada dasarnya ikbal sudah mendaftarkan dirinya untuk mengikuti camping tersebut.

Padahal, sebenarnya jenni akan ikut bersama dengan ikbal untuk mengikuti camping yang sekolah adakan di minggu depan. Memang sebelumnya jenni sempat menolak untuk ikut, namun karena ikbal memaksa maka jenni memutuskan untuk juga ikut pada acara camping.

Ini membuat sofia menjadi begitu geram kepada jenni yang seakan akan selalu mengikuti kemanapu ikbal pergi. Tidak ada ruang bagi sofia untuk kemudian bisa mendekati sosok ikbal yang begitu ia sukai tersebut.

Berbagai macam rencana mulai sofia susun karena ingin membuat jenni dan juga ikbal tidak dapat bersama pada acara camping besok. Bahkan sofia sempat mencoret nama jenni dari daftar peserta camping.

Namun, ikbal yang tahu bahwa nama jenni sudah tidak ada dalam daftar kemudian memperbaikinya dan mengisi nama jenni pada daftar.

Hari sabtu sudah datang dan ini menjadi hari H acara camping sekolah. Keberangkatan di mulai pada pukul 10.00 WIB dan dilanjutkan dengan kunjungan terlebih dahulu pada beberapa tempat. Baru setelah itu menuju pada tempat camping yang sudah sekolah pilih.

Hari ini jenni di jemput oleh ikbal karena tidak ingin terlambat dan ketinggalan bis untuk pergi ke tempat camping.

“assalamualaikum”

“waalaikum salam. Eh ikbal”

“iya bu” ikbal mencium tangan bu sari

“mau jemput jenni ya?”

“iya bu. Soalnya takut nanti ketinggalan bis”

“yaudah ibu panggilin jenni dulu ya”

Ikbal duduk di kursi ruang tamu rumah jenni dan menunggunya hingga keluar dari kamarnya. Tidak seperti biasanya, jenni terlihat begitu cantik dengan balutan pakaian santai yang dilengkapi dengan jaket jeans.

Ikbal yang melihat penampilan jenni hari itu sontak langsung merasa kaget atas pesona yang jenni berikan. Ternganga sebentar saja melihat aura dari kecantikan wanita bukanlah sebuah dosa kan.

“heyyy..heyyy”jenni melambai lambaikan tangan di depan wajah ikbal

Ikbal masih saja ternganga melihat kecantikan dari Jenni

“woyyy”jenni menepuk bahu ikbal dan membuat ikbal menjadi terkaget kaget.

Memang benar. Penampilan jenni hari itu telah berhasil membius seorang ikbal. Rasanya ingin lebih lama melihat penampilan yang jenni yang begitu mempesona ini.

Namun pemandangannya buyar ketika jenni mengageti dirinya.

“astaghfirullah hal adzim”

“hahaha.. lo kesambet setan apaan? Sampe bengong gitu”

“ngga gapapa. Lo cantik banget pakai pakaian itu”

“makasih”

“yaudah kita jalan yuk”

“he’emmnm”

Jenni dan juga ikbal berpamitan kepada bu sari dan kemudian langsung berangkat ke sekolah, mereka tidak ingin sampai ketinggalan rombongan dan terpaksa berangkat sendiri. Sebab, tahu sendiri kan kalau misalnya ikbal sendiri sangat malas untuk menyetir dalam jarak tempuh yang cukup jauh.

Mereka berdua langsung sampai tepat waktu dan bis ternyata belum berangkat. Disamping itu pak wiwik mengabsen seluruh siswa yang mengikuti camping pada hari itu.

Setelah melalui proses absensi maka semua siswa langsung masuk kepada bus yang sudah di siapkan oleh pihak sekolah. Ikbal dan juga jenni yang masuk paling terakhir tentunya tidak mendapatkan bangku yang kosong kecuali bergabung dengan yang lain.

Ternyata cika sudah menyiapkan satu bangku kosong di sebelahnya untuk jenni. Sedangkan sofia juga sama, menyediakan bangku kosong di sebelahnya agar dapat berdekatan dengan ikbal selama didalam bus.

Namun, akal dari ikbal tidak mati sampai disitu saja. Dia meminta cika untuk pindah agar duduk bersama dengan sofia. Awalnya sofia menolak, namun karena ikbal memohon akhirnya dia mau juga berpindah ke kursi sofia.

“nah, bisa duduk bareng juga kita”

“lebay deh”

“geser dikit dong”

“iya ini gue geseran”

Bus mulai melaju kearah puncak tempat dimana mereka akan melaksanakan camping sekolah. Di perjalanan tentunya tidak mungkin jika semua anak masih terbangun. Pastinya ada satu atau dua anak yang kelelahan dan tertidur didalam bus. Ini juga terjadi pada jenni yang mulai tertidur pulas.

Kepalanya mulai oleng dan tidak tahu harus menyandarkan kepalanya dimana. Melihat hal tersebut tentunya ikbal langsung berinisiatif untuk memberikan bahunya sebagai tempat bersandar. Keduanya mulai tertidur dan tidak menyadari bahwa sebentar lagi sudah akan sampai pada tempat tujuan.

Terdengar alunan musik yang mulai siswa lainnya lakukan dan ini mulai membangunkan jenni dari tidurnya. Perasaan senang dan juga bahagia bisa tidur di pundak ikbal membuatnya tersenyum tanda tersipu malu.

Pemandangan alam yang ada di sekitarnya mulai terlihat begitu mempesona. Perlahan jenni mulai membangunkan ikbal agar tidak kehilangan moment perjalanan mereka.

“bal, ikbal. Bangun. Pemandangannya bagus nih”

“eehhhh…”ikbal mulai membuka matanya dan mengucek ngucek tanda ingin menyegarkan diri

Keduanya mulai melihat keluar kaca dan melihat pemandangan luar yang begitu indah. Ternyata jalan menuju puncak di penuhi dengan suhu yang begitu dingin.

Ini terlihat dari adanya embun yang menempel pada kaca bus yang mereka tumpangi. Perlahan ikbal meraih jemari jenni. Jenni merasa kebingungan dengan apa yang dilakukan oleh ikbal.

Ternyata ikbal meraih telunjuk jenni dan di genggamnya bersama denga jemarinya. Mulai meletakkan tangan mereka di kaca dan menuliskan I love J yang mengartikan bahwa ikbal mencintai jenni.

Senyum bahagia mulai terpancar dari wajah jenni yang melihat moment moment tersebut tentunya. Tidak sampai disitu saja, keduanya mulai menggenggamkan tangan mereka dan duduk semakin berdekatan.

Jenni kembali meletakkan kepalanya di pundak ikbal sedangkan ikbal dengan malu malu mencium tangan jenni. Rasanya mereka sudah kembali akur dan ini menjadi sebuah kabar baik untuk hubungan mereka.

“Bal”

“hemmm”

“hidup itu aneh ya”

“aneh gimana?”

“aneh aja. Lucu”

“ya maksudnya gimana”

“ya ngga. Lo tau sendiri kan sofia jauh lebih cantik di bandingin gue. Tapi…”

“dasar oon..” ikbal mengacak ngacak rambut jenni

“ikbal. Ihhh kesel gue”

“lo tuh berbeda jen. Lo gak sama seperti sofia, ataupun yang lainnya”

“gak samanya gimana?”

“lo punya apa yang tidak wanita lain miliki. Itu yang membuat diri lo cantik  di mata gue”

Ikbal langsung memeluk jenni yang duduk di sampingnya dan mereka berdua mulai memandangi pemandangan yang berada di luar jendela bus. Ahhh.. rasanya seperti mimpi jenni dan ikbal yang dulunya sudah mengalami lika liku hubungan yang begitu rumit sekarang malah kembali bersatu.

Tau sendiri lah jenni sampai minum obat tidur karena frustasi atas masalahnya bersama dengan ikbal. Tidak hanya sampai disitu saja, bahkan dia sampai dilarikan ke rumah sakit.

Mereka sampai di tempat camping yang letaknya berada di puncak bogor dan ini menjadi perjalanan yang begitu menyenangkan bagi semua siswa. Mereka semua begitu menyukai kegiatan camping ini karena ada banyak sekali hal yang bisa dilakukan.

Para siswa laki laki mulai membangun tenda untuk tempat mereka beristirahat, sedangkan siswa perempuan menyiapkan keperluan makan mereka untuk nanti malam.

Semua siswa bekerja sama dalam camping ini dan berbaur satu dengan yang lainnya.

Malam itu setelah selesai menyalakan api unggu tiba saatnya untuk melaksanakan jurik malam. Ini membuat semua siswa merasakan ketakutan yang sama. Berjalan di tengah kegelapan menelusuri hutan yang pastinya akan membuat bulu kudu mereka berdiri.

Ikbal berjalan beriringan bersama dengan jenni, sedangkan sofia di belakang mulai membuntuti mereka. Rasanya sofia sudah seperti detektif yang ingin selalu mencari tahu mengenai hubungan dari jenni dan juga ikbal.

Namun, bagaimanapun sofia melakukan caranya untuk mendekati ikbal dan menyingkirkan jenni tidaklah bisa dilakukan. Sebab, memang ikbal sama sekali tidak melirik dirinya apalagi tertarik pada sosok seorang sofia.

Tentunya ini membuat sofia mulai menyerah dan memilih untuk kembali ke tenda. Namun di tengah perjalanan ternyata ia nyasar dan mulai mencari arah untuk pulang. Ketakutan mulai ada dalam hatinya dan ini menjadi hal yang paling dia benci.

Berjalan menelusuri hutan, namun tiba tiba ia merasakan benturan dari arah belakang. Mencoba membalikkan badan pelan pelan. Dannnnnnn….

“aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa” sofia menjerit ketakutan, begitupun raihan

“lo. Ihhh dasar” sofia mulai memukul raihan

“apaan sih”

“lo buntutin gue kan”

“eh gue itu disini nyasar. Dan ini mau cari jalan keluarnya”

“helehhhh.. bilang aja lo mau mesum kan disini”

“yaudahlah terserah lo. Gue duluan”

“ehhh.. ehhh..gue ikut”

“katanya gue mesum”

Sofia mulai membuntuti raihan yang mencoba mencari jalan keluarnya. Mereka menelusuri setapak demi setapak jalanan di hutan. Hanya berpegangan pada lampu senter kecil yang mereka punya mulai menelusuri semua jalanan yang ada disana.

‘ssssttttttttttttttt’ seperti ada suara ular di sekitar sana

“sof. Lo jangan bergerak”

“kenapa?”

“udah jangan banyak omong. Gue bilang jangan bergerak ya jangan bergerak”

Raihan kemudian meraih kepala ular yang mulai mendekat kearah sofia dan akhirnya tertangkap juga. Mulai ia lemparkan ular tersebut sejauh jauhnya agar tidak membahayakan mereka berdua.

Melihat aksi penyelamatan yang raihan lakukan pada dirinya membuat sofia begitu kagum terhadap sosoknya. Rasanya ingin mendekati raihan saja, daripada ikbal yang selama ini tidak pernah berbuat apa apa untuk dirinya.

Hingga mereka menemukan jalan menuju tenda dan bisa kembali berkumpul bersama dengan teman teman yang lainnya. Camping malam itu sungguh berjalan dengan sangat lancar. Ada banyak sekali acara yang dilakukan dan pastinya sangat seru untuk semua siswa ikuti.

Disisi lain jenni dan juga ikbal yang menikmati keindahan malam itu tentunya menjalin keromantisan bersama. Mereka mulai merajut asmara yang telah lama tertunda tersebut.

“Bal. Malam ini indah ya”

“iya. Coba lihat disitu”

“itu namanya bintang jatuh. Lo bisa minta apapun keinginan yang belum tercapai”

“serius?” tanya jenni

“serius”

Jenni langsung memejamkan matanya dan memulai pemintaannya didalam hati.

“lo minta apa?”

“gue minta supaya kita gak terpisah lagi. Kalau lo?”

“gue minta apapun yang lo minta semoga terkabul”

Mereka berdua kembali menikmati indahnya malam yang mungkin tidak akan pernah terlupakan tersebut. Tidak lupa keduanya mendengarkan lagu favorite yang menjadi pilihan jenni dan juga ikbal selama ini. Mendengarkan melalui headset yang membuat keduanya begitu menikmati setiap lantunan lagu tersebut.

Rasanya tidak ingin malam itu cepat berlalu karena begitu nyaman dan juga sejuk suasana yang membuat mereka semakin dekat. Namun putaran rotasi bumi memang akan terus terjadi dan pagi pasti akan datang.

Semua siswa telah menyelesaikan kegiatan camping hari itu dan kembali ke rumah masing masing, begitupun juga ikbal bersama dengan jenni. Setelah berpamitan ikbal langsung pulang kerumahnya dan ingin rasanya untuk beristirahat.

Ternyata mama rose sudah memasakkan menu spesial kesukaan dari ikbal yang pastinya selama ini sudah jarang ia masakkan untuk anak kesayangannya tersebut. Disamping itu tentunya ada beberapa hal yang harus mereka bicarakan berdua.

Ikbal duduk di meja makan dan mulai menyantap setiap masakan yang mama rose buatkan untuk dirinya. Rasanya sudah lama tidak menikmati menu masakan tersebut. Dengan lahapnya ikbal menyantap setiap sendokan makanan yang masuk ke mulutnya.

Sembari makan mama rose mulai membicarakan hal yang serius kepada ikbal. Ini terkait dengan kepindahannya ke bandung karena masalah pekerjaan. Perlahan mama rose mulai menjelaskan semua kepada ikbal dan ini membuat ikbal tidak menemukan pilihan lain.

“ikbal. Kalau seandainya kita pindah ke bandung gimana?”

“tapi ma. Kenapa harus pindah? Ikbal suka kok disini”

“gini. Mama ada pekerjaan tetap di bandung dan harus pindah kesana. Kalau ikbal sendirian disini kan nantinya mama gak akan fokus kerjanya nak”

“emang kapan kita mau pindah?”

“rencananya hari kamis”

“kok mendadak banget sih ma. Seharusnya kan jauh jauh hari udah di omongin”

“sebenernya mama juga baru dapat panggilan nak. Jadi gak ada pilihan lain”

Ikbal hanya terdiam memikirkan bagaimana nasib percintaannya bersama dengan jenni. Rasanya tidak mungkin ia meninggalkan jenni sendirian. Karena baru saja mereka kembali dekat dan menjalin asmara seperti dulu.

Tapi mau bagaimana lagi. Hidup adalah pilihan.

Semuanya tergantung pada waktu. Sekuat apapun mereka mempertahankan hubungan pastinya akan terlepas juga jika takdir tak menghendaki.

Ingin rasanya ia menelpon jenni dan menyampaikan bahwa dirinya akan pindah ke bandung kamis nanti. Namun, perasaan cemas dan juga tidak tega membuatnya mengurungkan niatnya untuk menelpon.

Ini membuat dirinya begitu galau segalau galaunya. Sebab, tidak ada yang bisa membuatnya begitu bahagia kecuali sosok jenni. Ini membuatnya menjadi tidak karuan.

Pagi itu ikbal tidak masuk sekolah dan di wakilkan oleh mama rose yang pergi ke sekolah untuk mengurus kepindahan sekolah ikbal. Sedangkan ikbal mengurus perlengkapan kepindahan mereka menuju ke bandung.

Tidak lupa juga ia menuliskan secarik surat untuk jenni.

 

Hari itu ikbal ingin memberikan surat itu sendiri kepada jenni. Namun sayang seribu sayang, ternyata jenni belum juga pulang kerumah.

Kurang lebih selama satu jam ikbal menunggu di rumah jenni dan menantikan kepulangannya. Namun, ternyata semuanya tidak sesuai harapan.

Akhirnya ikbal memberikan surat itu kepada bu Sari dan berharap Jenni akan membaca suratnya tersebut.

“ibu, kalau gitu saya pulang dulu ya”

“loh mau kemana? Jenni kan belum pulang”

“gapapa bu. Saya titip ini ya bu untuk jenni”

“oh yaudah. Kamu hati hati ya dalam perjalanan”

“iya bu. Assalamualaikum” mencium tangan bu sari

“waalaikum salam”

Ikbal langsung melanjutkan perjalannya menuju ke bandung. Semua barang barangnya sudah siap dan bersama mama rose ia pergi ke bandung. Sebenarnya kepindahannya ini sangat sulit bagi dirinya. Sebab, dia tidak ingin meninggalkan jenni sendirian di Jakarta.

Disamping itu jenni yang mulai membuka surat dari ikbal tentu akan menangis melihat isi yang ikbal tuliskan.

Dear

Jenni..

Jen, gue gak bisa mengungkapkan apa yang ada dalam hati gue saat ini. Gue seneng, bahagia bisa kembali menjadi pacar lo.

Jen, gue selalu mengharapkan kebahagiaan dalam kehidupan lo. Namun, saat ini gue belum bisa mewujudkannya.

Keadaan membuat gue harus bisa menentukan sikap. Sebagai anak laki laki satu satunya gue tentu harus selalu berada di sisi nyokap gue.

Hari ini gue pindah ke bandung.

Gue gak bisa janji apa apa sama lo. Tapi satu hal yang pasti, nanti gue pasti balik.

Jika ada sisa harapan di hati lo. Tolong tunggu gue.

Selalu bahagia ya. Jaga kesehatan.

Jangan lupa, lo harus kejar mimpi lo bahkan keujung dunia sekalipun.

Gue sayang banget sama lo.. love you

 

Ikbal,

Ini memang benar tulisan tangan dari ikbal, namun rasanya masih tidak percaya bahwa ikbal akan pergi meninggalkan dirinya. Mencoba untuk menghubungi ikbal karena khawatir ikbal ternyata hanya mengerjai dirinya. Namun, memang benar nomor ikbal tidak dapat dihubungi dan ini menjadi guncangan kuat bagi seorang jenni.

Namun hidup ini pastinya akan terus berlanjut. Jenni hanya memegang satu hal dari ikbal yang ditulis dalam suratnya itu. Ia pasti akan menunggu ikbal. Bahkan jika bisa sampai dia menjadi keriput sekalipun.

Mulai saat ini jenni harus belajar giat demi janjinya kepada dirinya sendiri dan juga kepada seorang ikbal. Jenni harus bisa mengejar mimpinya dan bisa membahagiakan semua orang yang dia sayangi.

Kehidupan terus berjalan dan tiba saatnya bagi jenni untuk menerima surat kelulusannya. Ternyata dia lulus ujian sekolah, disamping itu juga dia lolos dalam tes seleksi bidikmisi yang di selenggarakan oleh pemerintah.

Ini menjadi kabar yang begitu mengembirakan baik untuk dirinya ataupun untuk sang ibu. Rasanya tidak hanya ibu sari saja yang ingin dia berikan kabar gembira itu, namun juga ikbal.

Tapi sayangnya hingga saat ini ikbal masih belum dapat dihubungi dan membuat jenni harus bisa menahan untuk memberitahukan akan kabar gembira tersebut.

 

Bagian 8

Sudah kurang lebih selama satu tahun ikbal meninggalkan jenni dan tidak terdengar kabar sedikitpun juga. Namun, selama itu pula jenni berusaha untuk selalu menanti ikbal untuk kembali ke pelukannya.

Jenni yang merupakan mahasiswa dengan beasiswa yang diberikan oleh pemerintah tentu harus selalu belajar giat agar ipk.nya tidak turun.

Memang benar, selama kurang lebih dua semester ini jenni selalu mendapatkan ipk terbaik di kampusnya dan ini membuat teman temannya bangga. Tidak terkecuali dengan kakak tingkat yang juga sudah mulai mengagumi sosok jenni.

Reno yang merupakan senior di kampusnya tentu sudah barang tentu ada banyak sekali wanita yang menyukainya. Namun, ia masih saja terus mengejar Jenni yang selama ini tidak merespon perasaan seorang Reno, bahkan jenni hanya menganggap reno sebagai teman.

“jen. Nanti malam ada acara gak?”

“gak ada kak. Emang kenapa?”

“rencananya gue mau ajak lo ke pensi kampus”

“boleh juga kak”

“yaudah nanti gue jemput ya”

“oke”

Sebenarnya bukan hal yang sulit bagi jenni untuk bisa mendapatkan laki laki yang jauh lebih tampan dari ikbal. Namun, namanya juga perasaan. Semuanya tidak dapat di paksakan.

Bagaimanapun jenni masih menyimpan perasaan yang begitu mendalam kepada sosok ikbal yang selama ini begitu ia cintai. Menunggu ikbal kembali dan memulai kisah yang baru lagi seperti sebelumnya.

Malam itu, setidaknya pukul 18.00 WIB tentunya Reno menjemput jenni ke rumahnya dan berpamitan kepada sang ibu. Sosok Reno yang begitu sopan mengingatkan bu Sari kepada sosok seorang ikbal.

Jenni dan Reno pergi ke kampus dan menonton acara pensi sekolah hingga kurang lebih pukul 21.00 WIB acara telah selesai.

Karena merasa sudah terlalu malam Reno mengantarkan jenni pulang kerumahnya dan pastinya akan meminta maaf kepada bu Sari.

“ibu maaf ya pulangnya kemaleman”

“iya gapapa. Lain kali jangan terlalu malam ya”

“iya bu. Yaudah saya langsung pamit ya bu”

“iya. Hati hati di jalan ya”

Jenni masuk kedalam kamarnya dan mulai berbaring diatas ranjang tempat tidurnya. Sembari sesekali melihat ponsel.

Dia masih saja berharap ikbal akan menghubunginya. Setidaknya hanya untuk menanyakan kabarnya apakah baik baik saja.

Namun usahanya sia sia. Ikbal masih belum memberikan kabar kepada dirinya. Hampir saja harapannya pupus namun masih tetap berdiri tegap menunggu.

Menunggu bukanlah sebuah hal yang menyenangkan bagi setiap orang karena ini menjadi sebuah hal yang menantang bagi sosok jenni. Jenni masih kukuh dengan harapannya bahwa ikbal akan datang mencari dirinya.

“jen” suara bu sari mengetuk pintunya

“iya bu”

“ayo makan malam dulu. Ibu sudah siapin makanan buat kamu”

“iya bu. Sebentar”

Bu sari dan juga jenni mulai menikmati makan malam mereka dan memulai obrolan ringan mengenai bagaimana perkembangan kuliahnya.

“Jenni gimana kuliahnya? Lancar?”

“iya bu, lancar. Tapi ya ada lah beberapa kesulitan”

“jangan terlalu berlebihan ya belajarnya. Kamu juga butuh istirahat”

“iya bu”

“yaudah lanjutin makannya. Setelah itu istirahat”

Jenni mengangguk dan mulai menghabiskan sisa makanan yang ada di piringnya. Ini membuat perut jenni merasa sangat kenyang dan ingin rasanya istirahat.

Setiap hari tentunya selalu jenni lewati dengan perasaan yang sama dan juga aktivitas yang sama pula.

Mungkin pada hari libur saja jenni menyempatkan waktunya untuk datang berkunjung ke tempat yang pernah ia kunjungi bersama ikbal. Ia berusaha menikmati pemandangan indah dari pinggiran danau hingga sore menjelang.

Setidaknya ini bisa mengobati kerinduannya kepada sosok seorang ikbal yang selama ini menjadi sosok yang selalu ia rindukan. Ini sudah lebih dari cukup bagi seorang jenni yang selalu menantikan kedatangan ikbal.

Hari demi hari jenni lalui dengan perasaan yang begitu tenang dan menjalani kehidupan seperti biasanya. Kuliah, mengerjakan semua tugas kuliah, berkumpul bersama teman, dan masih banyak hal lainnya lagi.

Setidaknya sekarang ini jenni tidak hanya memiliki teman cika saja, bahkan sofia saat ini telah menjadi teman akrab dari jenni.

Ternyata sofia dan juga raihan keduanya sudah meresmikan hubungannya seminggu yang lalu. Kabar itu sontak membuat jenni merasa sangat bahagia.

“sof, lo beneran jadian sama raihan”

“iya jen”

“mmmmm..selamat ya sof. Gue ikut seneng dengernya” jenni memeluk sofia

“makasih ya jen. Lo gimana?”

“gimana apanya?”

“masih aja nungguin ikbal”

“sof cinta itu tahu kemana arahnya”

“maksudnya?”

“ya meskipun seandainya ikbal gak datang lagi ke gue. Pasti nanti gue dapat yang terbaik. Bener kan?”

“ya bener sih. Tapi gimana caranya kalau lo aja gak mau buka hati lo untuk orang lain”

“semuanya hanya masalah waktu aja. Gue masih menikmati kesendirian gue saat ini”

“yaudah tapi jangan berlarut larut. Nanti lo jadi perawan tua loh”

“kurang ajar lo”

Jenni dan sofia berjalan menyusuri koridor kampus ingin menuju ke kelas mereka dan ternyata raihan sudah menunggu di ujung koridor. Ini membuat jenni kembali menggoda keduanya yang memang masih baru jadian dan masih berbunga bunga.

“ciee ciee.. udah di tungguin pangerannya”

“jen lo apaan sih” berbisik kepada jenni

“udah sana lo pergi aja sama raihan”

“terus lo gimana?”

“udah gue gak bakalan diculik maling kok”

“yaudah gue duluan ya”

“ya. Bye”

Sofia dan Raihan justru tidak pergi ke kelas melainkan ke kantin kampus untuk melepas kerinduan mereka setelah dua hari kemarin tidak bertemu. Jenni yang melihat tingkah keduanya hanya bisa geleng geleng kepala saja.

Jenni kembali menelusuri koridor kampus untuk bisa sampai ke kelasnya. Tapi dari arah belakang tiba tiba ada seorang laki laki yang dengan sengaja menabrak dirinya.

Ini sontak membuat jenni menjadi marah karena buku buku yang ia bawa jatuh ke lantai.

“lo bisa jalan gak sih”

“maaf mbak gak sengaja. Mbaknya galak amat sih”

Suaranya terdengar tidak asing di telinga jenni. Sepertinya suara itu merupakan suara dari sosok yang selama ini dia kenal.

Menoleh kearah laki laki yang memungut semua buku jenni. Betapa terkejutnya dia bahwa ternyata itu ikbal

“ikbal”

“iya ini gue”

Tanpa basa basi jenni langsung memeluk ikbal melepas kerinduannya tersebut. Semua orang melihat kearah mereka.

“jen. Orang orang pada liatin kita nih”

“biarin”

“jen. Lepas dulu dong. Hey”

“gamau. Nanti ngilang lagi”

“udah gak akan ngilang kok”

Jenni melepaskan pelukannya kepada ikbal dan mulai merengek seperti ingin di manja oleh ikbal. Ingin meluapkan semua kerinduannya yang selama ini ia pendam sendiri.

“lo jahat banget sih. Pergi gak bilang bilang”

“ya kan sekarang gue udah balik”

“eh. Tapi kenapa lo tau gue kuliah disini?”

“gue udah seminggu yang lalu pindah ke kampus ini. Dan juga selama seminggu ini gue selalu perhatiin lo”

“tapi lo kok gak nyamperin gue? Jahat banget sih”

“ya mana mungkin gue nyamperin lo. Sedangkan lo lagi deket sama kakak tingkat. Iya kan?”

“udah jangan sotoy. Kakak tingkat yang mana? Kak reno?”

“ya mana gue tau”

“yaudah kita pergi yuk ke danau biasanya kita kesana. Gue bakalan jelasin semuanya”

“gak mau ah. Gue ada kuliah hari ini” ikbal menggoda jenni

“yaudah gimana kalau selesai kuliah”

“gak bisa juga. Lagi sibuk” terus menggoda

“ikbal kok gitu sih..” jenni mulai cemberut

“iya iya nanti kita ke danau. Udah jangan ngambek dong”

Sore itu keduanya berjalan menyusuri danau tempat pertama kali mereka kembali dekat setelah sebelumnya ada prahara besar dalam hubungan mereka. Duduk di tepi danau dan menikmati pemandangan yang begitu indah.

“oh iya. Gue lupa. Kak reno itu”

“iya gue tau dia suka sama lo. Tapi lo nolak dia kan”

“kok tau?”

“iya kan gue detektif”

“ihhhh..nyebelin banget sih” memukul manja ikbal

“tapi bal, lo masih sama tau”

“sama gimana?”

“tetep nyaman gue peluk”

“dasar” ikbal kembali mengacak acak rambut Jenni. Ini membuat jenni merasakan apa yang selama ini di rindukannya.

“tapi lo beda sekarang tau”

“beda gimana?”

“sekarang lo bisa bikin gue makin cinta”

“ikbal”

Mereka kembali berpelukan dan menikmati indahnya nuansa sore di pinggir danau yang memberikan sejuta kenangan bagi mereka berdua.

Memang benar, cinta tahu kemana arahnya!

Cintalah yang membawa orang yang kita sayangi kembali. Tanpa harus di paksa apalagi merendahkan diri kita.

Semuanya hanya masalah waktu. Jenni dan ikbal kembali menyatukan hati mereka dan memulai semuanya dari awal lagi. Setiap kerikil permasalahan dalam hubungan saat ini bisa mereka atasi dengan baik. Sebab, kedewasaan diantara keduanya mampu membuat mereka merasakan cinta yang sesungguhnya.

 

;;;;;;;;;;;; Selesai ;;;;;;;;;;;

Posting Komentar untuk "Cinta Tahu Kemana Arahnya"