Cinta Tahu Kemana Arahnya
Bagian 1
Dalam seminggu rasanya
tidak ada jeda bagi seorang Jenni yang setiap harinya akan selalu melakukan
rutinitas yang sama. Badannya terasa remuk tak karuan karena melakukan berbagai
macam aktivitas selain bersekolah.
Biasanya sepulang
sekolah Jenni akan bekerja paruh waktu untuk menjaga toko milik tantenya yang
merupakan saudara dari sang ibu. Ya, sudah sewajarnya Jenni bekerja kerasa
disamping bersekolah karena sejak kecil ia sudah ditinggalkan sang ayah.
Mungkin bisa dikatakan
Jenni tidak ingat lagi bagaimana wajah sang ayah karena waktu itu umurnya masih
sekitar 9 tahunan. Ayahnya pamit mencari pekerjaan ke luar negeri dan hingga
saat ini tidak tahu entah kemana.
Menurut sang ibu awal
bekerja ayahnya selalu rutin mengirimkan uang dan juga menelpon sang ibu
meskipun hanya satu kali dalam seminggu. Namun 2 tahun berselang kemudian
ayahnya secara perlahan menghilang entah kemana. Mungkin ayah sudah memiliki
keluarga baru disana, entahlah Jenni tak mau ambil pusing memikirkannya.
Bagi Jenni yang
terpenting sekarang ini adalah berusaha untuk membantu sang ibu mencari nafkah
bagi keluarganya. Ya itu harus! Karena masih ada dua adik kecilnya yang juga
butuh biaya untuk bersekolah. Mau tidak mau Jenni harus ikut membantu
meringankan beban sang ibu yang kini sudah menjadi figure ibu sekaligus ayah
bagi anak anaknya.
Sebenarnya sang ibu
sudah melarang Jenni untuk bekerja dan menyuruhnya untuk fokus bersekolah tanpa
memikirkan apapun. Namun, keinginan Jenni untuk membantu keluarga membuatnya
tidak menghiraukan perkataan sang ibu untuk tidak bekerja.
‘kring kring kring’
Alarm rasanya seperti
sebuah bom yang membuatnya harus segera berlari kabur dari tempat itu. Ya, hari
ini adalah hari senin dan setiap seminggu sekali akan di adakan sidak
keterlambatan bagi setiap siswanya.
Jenni memang ratunya
telat, wajarlah namanya juga sambil bekerja pasti akan sangat nyenyak untuk
tidur di malam hari. Apalagi selesai bekerja dia langsung menyelesaikan setiap
tugas sekolahnya.
“bu, Jenni berangkat
sekolah dulu ya”
“loh gak sarapan dulu?”
“gak usah bu, udah
telat” ujar Jenni sambil mencium kening kedua adiknya.
“assalamualaikum”
“waalaikum salam, hati
hati ya”
“siap bu” ujar Jenni
sambil berlari keluar rumah mengambil sepeda lalu mengayuhnya.
Ayunan pedal sepeda
terasa begitu keras Jenni lakukan karena takut ia akan terlambat masuk ke
sekolah dan kembali mendapatkan hukuman. Namun, ternyata usahanya sia sia. Di
tengah perjalanan tiba tiba ada sebuah mobil yang tidak sengaja menyerempetnya.
‘bruk’
Jenni bersama sepedanya
terpental ke pinggir jalan membuat kakinya terluka akibat tertimpa sepeda.
Dari dalam mobil tampak
keluar laki laki yang seumuran dengan dirinya begitu sopan dan meminta maaf
kepada Jenni.
“duh duh mbak. Maaf
maaf saya gak sengaja”
“iya gapapa mas, lagian
Cuma luka dikit aja kok” jawab Jenni sambil tersenyum
“maaf banget mbak saya
buru bur mau ke sekolah soalnya. Jadi takut telat”
“oh iya gapapa kok.
Silahkan lanjutkan perjalanannya mas”
“beneran nih mbak
gapapa? Tapi kaki mbak gimana?”
“gapapa saya bawa
plaster kok, jadi santai aja. Bentar lagi saya kasih plaster dan lanjut jalan
lagi”
“hmmm.. gimana kalau
saya pakaikan plasternya nanti kalau sudah saya langsung jalan”
“loh gak usah mas. Saya
bisa sendiri kok”
“udah kan cuma sebentar
aja. Saya juga gak enak mau ninggalin soalnya kan saya yang nyerempet”
Jenni hanya bisa pasrah
dan mengeluarkan plaster serta obat merah yang selalu ia bawa dari dalam
tasnya. Rasanya perih sekali saat pria itu meneteskan obat merah pada kakinya
tapi mau nangis malu.
“udah beres” jawab pria
itu sambil tersenyum
“terimakasih”
“yaudah saya duluan ya”
ujar sang pria yang belum tahu namanya
Jenni hanya mengangguk.
Sesampainya di sekolah
ternyata guru piket sudah siap menunggu depan pintu masuk sekolah dan
membuatnya terpaksa harus menerima hukuman.
“Jenni, telat lagi?”
tanya pak wiwik tegas
“iya pak maaf”
“baris sama temen teman
yang telat”
“baik pak”
Namun ketika Jenni
ingin membalikkan badannya dan bergabung dengan teman lainnya yang telat tiba tiba
diantara barisan itu terdengar suara.
“pak dia terlambat
karena tadi mengalami kecelakaan”
Jenni bingung tapi
tidak mau menoleh karena takut nantinya malah kenak marah lagi.
“Jenni apa benar itu?”
“i..ii…iya pak, tadi
waktu berangkat kesekolah saya diserempet mobil”
“coba tunjukkan
buktinya”
Jenni
menunjuk pada kaos kaki yang ada noda darahnya dan kemudian membuka bagian
dalam kaos kaki. Terlihat plester sudah menempel disana. Berkat itu semua Jenni
lolos dari hukuman dan masuk kedalam kelasnya.
“teng teng teng”
lantunan bel istirahat berbunyi dan Jenni masih saja duduk di bangkunya
berusaha menyelesaikan setiap tugas agar lebih gampang nanti di malam hari.
“Jen, lo gak mau ke
kantin?” tanya Cika yang merupakan sahabat karib dari Jenni
“ngga. Lo aja Cik”
“yakin gamau? Yaudah
deh gue ke kantin sendiri aja”
Ketika Cika ingin
beranjak pergi tiba tiba terdengar bunyi keroncongan dari perut Jenni ‘curt
curt curt’ tanda alarm untuk makan sepertinya sudah berbunyi.
Jenni ingat kalau tadi
pagi ia belum sempat sarapan karena terburu buru berangkat ke sekolah.
“eh cik, gue ikut deh.
Perut gue udah mulai nabuh gendang nih” sembari membereskan semua buku bukunya.
Di tengah perjalanan
menuju ke kantin tiba tiba mereka berdua di hadang oleh beberapa laki laki yang
sedang nongkrong. Sepertinya salah satu dari mereka memang selalu mengincar
Jenni dan mengajaknya untuk berkencan.
“Jenni, mau kemana
neng?” Ujar Rio sambil menghadang Jenni dan Cika.
“apaan sih lo,
kampungan banget” jawab Cika ketus
“apaan sih ikut ikutan
aja. Dasar kampret”
“Rio minggir ah, gue
mau lewat” jawab Jenni kemudian
“buru buru amat sih
Jen, gue mau ngomong bentar aja”
“udah nanti aja ya. Gue
lagi laper.. ya”
Tapi Rio kemudian
mencoba untuk menggenggam pergelangan tangan Jenni dan terasa sakit sekali.
“Rio, lo apa apaan sih.
Sakit” ujar Jenni meringis kesakitan
Tiba tiba dari
sekumpulan lelaki yang sedang duduk itu berdiri seorang pria yang ternyata
sebelumnya sempat menyerempet Jenni.
“bro, udah lepas kasian
dia cewek lo gituin”
Jenni melihat sambil
sedikit terkejut ternyata pria itu satu sekolah dengan dirinya tapi selama ini
dia tidak sadar. Ya, memang Jenni tidak pernah update mengenai apa saja info
terbaru yang ada di sekolahnya. Termasuk juga pria yang terkeren di sekolahnya,
yaitu Ikbal.
Tapi semuanya tidak
lagi ia hiraukan. Bisa lolos dari Rio saja sudah begitu lega untuk Jenni. Ia
langsung bergegas pergi bersama dengan Cika ke kantin. Disisi lain Rio dan
Ikbal berdebat karena masalah Jenni barusan.
“Jen, lo mau pesen
apa?”
“Nasi pecel aja, tadi
gak makan gue. Jadi laper banget” jawab Jenni
Pesanan sudah datang
dan mereka berdua menyantap pesanan masing masing dan begitu lahap memakannya.
Tapi hampir saja
selesai makan tiba tiba dari belakang muncul suara laki laki yang dan sambil
bertanya.
“boleh gabung” sembari
membawa sebotol mineral
“boleh” jawab Jenni
setelah menengok dan melanjutkan makannya
“gimana kakinya mbak?
Udah mendingan?”
Cika yang terheran
heran seorang Ikbal bisa menghampiri mereka berdua yang sejatinya bukan apa apa
di sekolah. Namun, Jenni yang biasa saja menjawabnya dengan santai.
“oh iya udah mendingan
kok, btw makasih tadi udah nolongin kita berdua”
“sama sama. Lagian saya
gak suka aja kalau ada cewek mendapatkan perlakuan kasar” sambil tersenyum
“udah gak usah pakai
kata ‘saya’ segala. Kita kan seumuran, satu sekolah lagi” jawab Jenni “santai
aja” imbuhnya
Ikbal mengulurkan
tangannya memulai perkenalan terlebih dahulu “kenalin, gue ikbal”
“ Jen” belum sempat ia
menjawab sudah terpotong oleh Ikbal
“Gue udah tau kok”
“ tau dari mana?
“tadi pas Rio nyapa lo”
“oh”
Tiba tiba bel masuk
kelas berbunyi dan mereka berpisah menuju kelas masing masing.
Seperti biasanya
setelah selesai sekolah Jenni akan langsung berangkat kerumah tantenya untuk
membantu menjaga warung.
“assalamualaikum tante”
“waalaikumsalam, eh
Jenni udah pulang sekolah nak”
“iya tante. Yaudah kan
Jenni udah datang tante istirahat aja biar Jenni yang jaga warungnya. Lagian
kan ini tugasnya Jenni”
“oh yaudah kalau gitu
tante mau shalat dulu baru setelah itu istirahat ya”
Pekerjaan menjaga
warung miliki tantenya memang benar benar melelahkan namun harus ia jalani
dengan hati yang senang. Sebab, Jenni yakin bahwa ini semua tidak akan selalu
ia rasakan pasti nantinya akan ada kebahagiaan yang bisa didapatkan.
Jam 19.00 WIB sudah
waktunya Jenni pulang setelah selesai bekerja dari warung milik tantenya dan
hari ini sudah tiba waktunya untuk gajian. Betapa senangnya ia setiap kali
sudah menerima gaji dari pekerjaannya menjaga warung. Meskipun tidak banyak
namun setidaknya sudah cukup untuk membantu sang ibu.
Jenni berinisiatif
untuk membeli berbagai bahan makanan di dapur dan kemudian membelikan ayam
goring kesukaan adik adiknya. Maklum kehidupannya yang serba pas pasan tentunya
membuat mereka harus selalu berhemat dan tidak bisa setiap hari makan ayam.
“bang ayam gorengnya 3
bungkus ya. Dipisah”
Jenni ingin duduk
menunggu pesanannya selesai dibuat. Namun ternyata disana ada Ikbal yang
kebetulan juga menyukai makanan pinggir jalan satu ini.
“loh kok pas banget
sih. Lo ngapain disini?” tanya jeni sambil mengambil kursi berhadapan dengan
Ikbal.
“ya, makan lah. Terus
ngapain? Masak gue nungguin abang abangnya yang jualan?” jawabnya sambil
ngakak.
“hhmmmm.. maksud gue lo
kenapa bisa makan disini juga. Kan lo termasuk dalam kalangan atas sih”
“yaampun. Emang
kalangan atas gak boleh makan pinggir jalan?”
“ya gak juga sih. Emang
lo gak gengsi gitu makan pinggir jalan?”
“ngga lah. Malahan
abang ini langganan gue. Iya kan bang” sapa Ikbal kepada sang penjual
“iya mas” jawab sang
penjual sambil tersenyum
Jenni hanya mengangguk.
“lo sendiri ngapain?”
Ikbal balik bertanya
“ini gue lagi beliin
ayam goring buat ibu sama adik adik gue”
“kok lo malem masih
keluyuran sih?” tanya Ikbal heran kenapa wanita bisa keluar malam sendiri, naik
sepeda lagi.
Jenni hanya terdiam dan
tidak merespon omongan Ikbal yang dirasanya tidak perlu dijawab secara detail.
Sebab, kehidupan keluarganya bukanlah sebuah informasi yang harus setiap orang
ketahui.
Cukup dia dan orang
orang terdekat yang tahu bagaimana kehidupannya selama ini dan tidak boleh lagi
yang ikut campur dalam kehidupannya. Tak lama kemudian pesanan Jenni sudah
siap.
“neng, ini pesanannya”
“oh iya bang” jenni
menghampiri dan langsung membayar pesanannya.
“eh. Gue anterin ya”
ikbal menawarkan tumpangan pada jenni
“gak usah, gue bawa
seperda. Duluan ya”
Ikbal yang kagum akan
sosok Jenni hanya bisa diam menatapnya hingga hilang sosoknya dari kejauhan.
Ada sesuatu hal yang membuat Ikbal begitu tertarik kepada sosok Jenni yang
menurut pandangannya ada kebaikan begitu luar biasa jenni miliki.
Disamping itu Jenni
yang sampai dirumah melihat adiknya yang begitu senang saat dibawakan ayam
goreng kesukannya terlihat puas.
Ibu beserta adik
adiknya makan malam bersama dan Jenni menemani mereka sambil tersenyum lega. Inilah
yang ia rasakan setiap kali melihat keluarga kecilnya itu begitu bahagia.
“kakak gak makan?”
tanya Dinda dan Amir
“udah kok, kakak udah
makan tadi dirumah tante”
“gak mau nyobain punya
adek kak?” tanya amir
“gak usah. Adek makan
aja yang banyak kakak udah seneng banget”
Setelah semuanya
selesai makan kemudian Jenni menyelesaikan pekerjaan terakhirnya yaitu mencuci
semua piring yang selesai makan malam. Kemudian lanjut ke kamar menyelesaikan
semua tugas sekolahnya hingga selesai.
Begitu setiap harinya yang
selalu Jenni lakukan dan sudah menjadi kewajibannya untuk melakukan semua itu.
Mulai dari sekolah, bekerja, menyelesaikan pekerjaan rumah yang belum
terselesaikan, mengerjakan tugas, dan kemudian tidur.
Alarm pagi sudah mulai
berbunyi kembali
Namun pagi ini terlihat
matahari begitu cerah, hatinya begitu senang dan juga bahagia karena tadi malam
sudah membuat semua keluarganya bahagia. Ia bangun lebih pagi dan bersiap untuk
pergi ke sekolah pagi itu.
Hari ini ia tidak lagi
terlambat masuk sekolah dan bisa sarapan bersama dengan keluarga kecilnya yang
begitu ia sayangi.
“selamat pagi kesayangan
kakak” sambil mencium kening Amir dan Dinda
“selamat pagi kakak”
“Jen, kamu hari ini mau
ke rumah tantemu lagi?”
“gak bu, kemarin udah
ijin ke tante hari ini gak kerja dulu. Soalnya ada tugas kelompok bareng Cika”
“oh, pulang jam berapa
nanti sayang?”
“gatau masih bu. Kalau
sudah selesai pasti langsung pulang bu” jawab Jenni “yaudah jenni berangkat
dulu ya. Sarapannya udah jenni habisin”
“iya hati hati loh”
“siap bos” “bye bye
sayang sayangku, kakak berangkat sekolah dulu ya”
“iya kak”
Akhirnya hari ini Jenni
tidak lagi terlambat sampai ke sekolah. Ia memarkirkan sepedanya pada tempat
parker sekolah dan kemudian jalan menelusuri koridor sekolah.
Jenni dan Ikbal kembali
bertemu tanpa sengaja, dan Ikbal mengikuti langkah kaki dari Jenni
“tumben lo gak telat?”
“emang lo tau gue
selalu telat?”
“iya pas waktu itu,
untung gue yang bilangin ke pak wiwik waktu itu”
“oh jadi itu lo, btw
makasih ya udah nyelamatin gue dari pak wiwik waktu itu” ujar Jenni
“emang kenapa pak
wiwik, gue bilangin pak wiwik baru tau rasa loh” Ikbal mencoba untuk menggoda
Jenni
“bakalan gue kejar lo
ke ujung dunia kalau itu terjadi”
Mereka berjalan
beriringan hingga berpisah pada kelas Jenni, sedangkan Ikbal terus melaju
menuju ke kelasnya.
Rio yang melihat
kedekatan mereka tampaknya mulai curiga dan merasa tidak senang akan hal
tersebut. Tanpa basa basi dia menanyakan kebenarannya kepada Ikbal
“bro, lo ada hubungan
apa sama Jenni?” tanya Rio
“gak ada hubungan apa
apa kali bro, kita kan satu sekolah. Dan juga gue pernah nyerempet dia waktu
itu”
“lo suka ya sama Jenni”
“ngga lah. Ngawur lo”
Tiba tiba terlintas di
pikiran Rio untuk melakukan taruhan bersama dengan Ikbal untuk mendapatkan
Jenni dalam waktu dekat. Siapa yang berhasil mendapatkan Jenni nantinya akan
mendapatkan kesempatan untuk dibayarin liburan ke bali.
Rio mencoba berbicara
kepada Ikbal dan dalam perdebatan yang panjang akhirnya Ikbal menyetujui
taruhan tersebut.
Sebenarnya dalam hati
kecilnya, Ikbal sudah memiliki rasa kagum kepada sosok Jenni namun ia sudah
terperangkap dalam taruhannya bersama dengan Rio.
Ini bisa jadi sebuah
masalah besar di kemudian hari dan mungkin saja Ikbal tidak menyadarinya. Ego
yang membuatnya menerima tantangan tersebut dan memilih untuk menyingkirkan
rasa yang ia miliki saat ini.
Sebab, jika ia
menggunakan rasa maka nantinya akan semakin sulit untuk bisa lepas dari Jenni
setelah taruhannya selesai.
Ini menjadi dilema yang
begitu besar bagi seorang Ikbal namun harus tetap ia jalankan agar tidak
dianggap remeh oleh seorang Rio Rahardian.
Bagian 2
Kedekatan antara
keduanya semakin terjalin dari waktu ke waktu. Kini Jenni dan juga Ikbal sudah
semakin dekat atau bisa dibilang sedang melakukan pendekatan.
Ini mengisyarakatkan
seakan akan tidak ada celah bagi Rio untuk dapat masuk dan menghuni hati dari
Jenni. Biasanya setiap minggu malam senin Jenni dan juga Ikbal bertemu di
tempat biasanya mereka berjumpa yaitu ayam goreng favorite mereka.
Namun malam itu ternyata
Jenni tidak kunjung datang menemui Ikbal pada tempat biasa mereka bertemu
tentunya. Ini membuat Ikbal menjadi jauh lebih gelisah dibandingkan biasanya
dan membuat hatinya menjadi tidak karuan.
Ada apa?
Apa yang terjadi?
Kenapa tidak datang?
Semua itu tentunya
terlintas di pikiran Ikbal dan membuat malamnya tidak karuan.
Keesokan harinya di
sekolah Jenni tampak tidak terlihat seperti biasanya, wajahnya begitu murung,
sedih dan juga gelisah. Seperti ada beban yang tidak dapat ia ungkapkan.
Ikbal mencoba berbicara
dan menemuinya namun tidak di hiraukan oleh Jenni. Entah apa yang terjadi, ini
membuat hadirnya kebingungan dalam hati Ikbal.
Sepulang sekolah
nampaknya Jenni tak lagi menaiki sepeda yang biasanya ia tumpangi ke sekolah
setiap harinya. Ini terasa berbeda dan seperti ada yang janggal dalam hal ini.
Ikbal yang melihat
Jenni tampak jalan kaki menuju taman dekat sekolah berusaha mengejar dengan
mobilnya dan memarkirkannya segera.
Terlihat Jenni tampak
duduk di taman tersebut dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya seperti
memikirkan sesuatu. Perlahan namun pasti Ikbal menghampiri Jenni yang duduk
sendirian.
“hey” sapanya lirih
“lo, ngapain disini?”
kaget tahu ikbal ada di sebelahnya “gue belum mau di ganggu bal, sebaiknya lo
pulang dulu” Jenni memalingkan wajahnya berusaha menutupi kesedihannya
“lo ada apa?” tanya
ikbal sembari duduk disamping Jenni
“gapapa kok, bukan
urusan lo juga”
“hey” ikbal meraih
wajah Jenni yang tadinya berpaling “ada apa?”
Tanpa banyak perkataan
yang muncul tiba tiba semuanya menjadi sunyi. Hanya ada tangisan Jenni yang
mulai memecah dan tidak terbendung lagi.
Melihat begitu
terlukanya jenni, ikbal mulai mencoba menenangkan dan berusaha memeluk jenni
dengan kuat.
“nangis aja, nangis
sekenceng kencengnya. Biar lo lega”
“kenapa sih hidup ini
gak adil”
“kenapa? Coba cerita”
Ikbal mencoba menenangkan
“gue punya adek dua.
Kita semua selama ini sudah bahagia hidup bertiga doang. Ayah gue pamit kerja
tapi sampai sekarang gak pulang pulang” jawabnya sambil terisak
Ikbal mengelus pundaknya
mencoba menenangkan.
“gue gak pernah ngeluh,
gak pernah juga gue marah sama kehidupan ini. Gue ngejalanin semuanya dengan
ikhlas. Sumpah gue ikhlas. Asalkan keluarga gue bahagia”
“lo kenapa?”
“adik gue dinda dan
juga amir ketabrak motor. Mereka nungguin gue di depan gang ngarep gue cepet
pulang” Jenni berusaha menjelaskan
“emang lo tadi malem
kemana?”
“gue setiap hari kerja,
pulang sekolah gue langsung kerja. Pulang malem. Tapi kebetulan memang tadi
malam pembelinya rame banget. Jadi jam 19.00 WIB gue belum pulang”
Jenni kembali terisak.
Entah bagaimana hancurnya perasaannya saat ini yang mengalami kejadian yang
tidak ia sangka sangka. Adiknya harus masuk rumah sakit dan mengalami koma
karena tabrakan yang terjadi semalam.
Ini membuat Ikbal tidak
tahu harus berbuat apa untuk menenangkan Jenni yang begitu terpukul hatinya.
Rasa yang tulus Ikbal miliki kepada jenni ternyata juga membuatnya terluka
begitu dalam mendengar apa yang Jenni ceritakan.
‘wanita kuat’
‘wanita hebat’
Itulah yang muncul
dalam benak Ikbal saat itu. Jenni masih berada dalam tangisannya di pelukan
Ikbal dan mencoba menetralisir apa yang ia rasakan. Sebenarnya dia malu untuk
menceritakan semua keluh kesahnya kepada orang lain, tapi pada siapa lagi dia
harus bercerita.
Seperti sesak dalam
dadanya serasa hilang ketika sudah mencurahkan apa yang ada dalam benaknya. Ini
membuat keadaannya perlahan mulai normal dan ia mulai tidak merasakan sesak
lagi pada bagian dadanya.
“udah jangan nangis”
Ikbal mencoba mengusap air matanya
Jenni masih terlihat
sesenggukan
“kalau bukan lo, siapa
yang mau berjuang untuk keluarga lo. Kalau seorang Jenni jadi lemah terus
gimana sama ibu dan adik adik lo yang sekarang lagi berjuang untuk pulih”
Mendengar perkataan
Ikbal seperti mendapatkan sebuah motivasi besar baginya untuk kembali bangkit
dan tidak boleh mengeluh sekalipun. Ia mencoba untuk menghela nafas panjang dan
menetralkan perasaannya.
Setelah rasanya baikan
Jenni langsung berpamitan kepada ikbal untuk segera pergi kerumah sakit. Karena
ibunya hanya sendirian menunggu adik adiknya yang tengah terbaring di rumah
sakit.
“huuufffttt.. makasih
ya”
“makasih buat apa?”
“makasih udah mau
dengerin curhatan gue” Jenni tersenyum “dan maaf gue kebanyakan cerita ya, dan
maaf juga gue jadi cengeng gini” tambahnya
“udah lah gapapa. Lo
kan manusia, bukan robot” jawab Ikbal sambil mengelus rambut lembut Jenni. Baru
kali itu ia merasakan lembutnya rambut Jenni
“yaudah gue duluan ya,
mau kerumah sakit. Kasian nyokap sendirian di rumah sakit jagain adek adek gue”
Jenni beranjak dari tempat duduknya
“jen”
“iya?”
“boleh gue anter?”
“gak usah, gue bisa
naik angkot”
“udah ayo ikut gue aja.
Biar cepet”
“serius nih gapapa?”
“iya gapapa”
Perjalanan kerumah
sakit tempat adiknya dirawat kurang lebih sekitar setengah jam dari sekolah
Jenni. Jenni dan Ikbal melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang dan mulai
bercerita panjang lebar mengenai segala hal.
Disitulah ikbal mulai
mengetahui hal apa yang selama ini membuat dirinya sangat kagum pada sosok
Jenni yang terlihat begitu tulus dan juga penyayang. Benih benih rasa yang
semakin besar mulai muncul perlahan dan tanpa sadar ia menengok pada arah Jenni
sambil tersenyum.
“kenapa lo?”
“ehh.. ngga gapapa”
“ada yang salah sama
gue?”
“ngga kok. Gak ada.
Seneng aja lihat lo”
Perbincangan berakhir
ketika Jenni mendapatkan telepon dari sang Ibu.
Di sisi lain tepatnya
dirumah sakit suasana sedang sangat genting. Ini merupakan detik detik
mendebarkan bagi sang ibu. Melihat anak anaknya sedang terbaring lemah di kasur
rumah sakit tentu membuat hati setiap ibu akan sangat terluka.
Inilah yang membuat ibu
Jenni merasakan rasa sakit begitu dalam dan membuatnya semakin tidak berdaya.
Saat itu suster datang dan memanggil Bu sari keruangan dokter sekarang juga.
Dokter menjelaskan
panjang lebar mengenai kondisi kedua anaknya.
“ibu, kondisi anak ibu
sekarang sedang sangat terancam”
“maksudnya dok”
“setelah kami lakukan
anamnesa pada kondisi kedua anak ibu, kemungkinan besar tidak akan dapat
tertolong bu”
“dokter ini ngomong apa
sih? Anak saya gak mungkin gak selamat dok” “mereka anak yang kuat” Bu sari
begitu terisak berbicara dengan dokter
“begini bu. Kami sudah
melakukan penanganan dengan sangat baik kepada kedua anak ibu sejak tadi malam.
Namun adanya pendarahan hebat yang ada pada selaput otaknya membuat kemungkinan
selamat sangatlah kecil” jawab dokter Rico menjelaskan penuh ketelitian
“dok. Tolong lakukan
yang terbaik bagi anak saya dok. Tolong”
Setelah menemui dokter
bu sari kembali ke ruang tunggu dan mencoba menenangkan dirinya sendiri karena
tidak mau saat anak anaknya sadar nanti malah sedih melihatnya menangis.
Namun tidak lama
setelah itu terlihat dari kaca alat pendeteksi jantungnya tidak menunjukkan
reaksi. Ini tentu membuat bu sari begitu terpukul tiada terkira.
Ia berusaha memanggil
dokter dan juga suster yang ada di ruangan mereka untuk mengecek keadaan anak
anaknya.
Selain itu ia juga
berusaha menghubungi Jenni dan ingin memberitahukan keadaan gawat yang ada di
rumah sakit”
“ha…ha…halo” terdengar
suara bu sari terisak
“iya bu. Ada apa? Ini
jeni masih perjalanan mau kerumah sakit” “ adek gimana bu? Ada peningkatan”
tanya Jenni
Hanya terdengar
tangisan
Mendengar tangisan sang
ibu yang semakin menjadi membuat jenni menyuruh Ikbal mempercepat laju
kendaraannya. Dengan sekuat tenaga ia berlari menuju ruangan ICU tempat adik
adiknya dirawat dari semalam.
Ibunya yang sudah lemas
tidak bisa berdiri hanya bisa terduduk diam melihat ruang ICU.
“ibu kenapa? Ada apa?”
Jenni mulai panic
Ikbal hanya bisa
melihat Ibu dan anak itu saling bertatapan
Bu sari seperti tidak
bisa mengungkapkan apapun kepada Jenni. Suaranya serasa berat untuk berkata
kata.
Ia hanya bisa berkata
“kita udah sendiri”
berulang kali bu sari menyatakan hal tersebut
“maksud ibu apa?”
“kita udah sendiri”
Rasanya begitu berat
bagi bu sari dan juga Jenni untuk bisa kehilangan kedua anak malang yang memang
sedari kecil sudah kehilangan sosok ayahnya.
Jenni berlari menuju
ruang ICU dan ternyata kedua adiknya sudah tertutup oleh kain putih siap untuk dibawa
pergi menuju kamar mayat.
“dok dok”
“ada apa ini”
Tetap tidak ada jawaban
Jenni membuka kain
putih yang menyelimuti wajah dari kedua adiknya dan tertunduk lemas tak
berdaya. Ia seakan sudah tidak bisa mengeluarkan air matanya lagi.
Kepalanya begitu pusing
dan serasa berat, tubuhnya mulai lemas dan kemudian tak sadarkan diri. Ikbal
yang menemaninya di kamar ICU kemudian mencoba menghubungi Cika yang merupakan
sahabat dari Jenni.
“halo”
“iya halo”
“Cik, ini gue Ikbal”
“ikbal?” Cika terdengar
kegirangan mendengar suara Ikbal yang selama ini begitu di kaguminya
“halo, cik. Iya ini gue
ikbal”
“lo tau nomor gue dari
siapa”
“gak penting. Sekarang
gue sama Jenni dirumah sakit. Adik adiknya meninggal di kamar ICU. Sekarang
kondisi Jenni dan ibunya lagi down banget”
“yaAllah. Innalillahi
wainnailaihi rajiun, kok lo bisa tau?”
“panjang ceritanya. Lo
bisa kesini sekarang gak?”
“iya iya”
Cika segera meluncur ke
rumah sakit. Setelah semua administrasi selesai dilakukan jenazah kemudian di
pulangkan kerumah duka.
Telihat sang tante juga
datang melayat pada rumah duka dan mulai berusaha menenangkan sang kakak yang
begitu terpukul kehilangan kedua anaknya.
Bagaimana tidak. Selama
ini dia selalu menolak pekerjaan di kantor karena takut anaknya tidak ada yag
mengurusi. Memang benar, Jenni dan sang ibu memang sangat menyayangi kedua anak
kembar itu ‘Dinda dan Amir’
Penguburan Jenazah
dilakukan pada tempat tanah waqaf ayah dari bu Sari yang merupakan kakek dari
Jenni. Namun Jenni yang belum sadarkan diri terpaksa tidak bisa mengikuti
pemakaman kedua adiknya itu.
Ikbal mulai ikut
mengkat salah satu peti jenazah dari Dinda dan juga Amir sebagai bentuk
penghormatan terakhirnya kepada kedua adik Jenni yang belum sempat ia kenal.
Ikut menguburkan dan mendoakan kedua anak kembar tersebut agar tenang di alam
sana.
Disisi lain Cika mulai
memberikan minyak telon kepada hidung Jenni agar bisa segera mencium baunya dan
bisa sadarkan diri. Tak lama kemudian Jenni terbangun dan mulai kembali
histeris seakan akan tidak rela kedua adiknya diambil oleh Yang Maha Kuasa.
Bu sari sebagai seorang
ibu tentunya meskipun terpukul hatinya akan selalu ada untuk Jenni dan berusaha
menenangkannya.
Ia berusaha untuk
menenangkan jenni
“sayang” sambil memeluk
jenni
“ibu”
Terdengar suara
tangisan Jenni yang tidak bisa tertahan
Mendengar tangisan
Jenni tak sanggup rasanya bagi ikbal untuk tetap berada disana. Ia pergi keluar
dan menunggu diluar rumah.
“ibu”
“iya sayang”
“ibu kenapa dunia ini
jahat sama kita bu”
“gak kok. Ini semua
sudah takdir”
“ibu, aku gak jahat kan
bu?”
“ngga kok”
“kenapa semuanya jahat
bu. Ayah ninggalin aku, sekarang dinda dan amir juga ninggalin aku”
“hey, semuanya sudah
menjadi suratan takdir. Kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi sekarang,
besok, ataupun lusa”
Rasanya memang berat
untuk bisa kehilangan orang yang benar benar di sayang dan sudah di perjuangkan
sejak masih kecil. Kini Jenni dan Bu sari harus bisa melewati hidup berdua saja
tanpa ada lagi yang menemani mereka dalam suka dan duka.
Sudah tiba saatnya
mereka harus menjadi orang yang saling menguatkan.
“Jenni gak boleh lemah
gin dong sayang”
“ibu”
“kalau jenni lemah
nanti siapa yang mau nguatin ibu?”
Jenni hanya bisa
mengangguk lemas dan kembali menangis di pelukan sang ibunda.
Hari demi hari berlalu,
kini sudah sampai pada hari ke-7 tahlilan untuk kedua adiknya dan sekaligus
hari terakhir sebelum menunggu 40 hari mengenang kematian almarhum dan
almarhumah.
Setiap malam Ikbal
selalu datang mengikuti tahlilan dan menyiapkan semua kebutuhan yang di
perlukan. Jenni mulai merasa bahwa Ikbal adalah orang yang baik dan sangat
baik.
“Jen”
“hhmmm”
“gimana perasaan lo?”
“udah sedikit baikan”
“syukur deh”
“bal” lanjut Jenni
“hemm”
“makasih ya”
“perasaan lo makasih
terus, makasih buat apa?”
“makasih udah nguatin
gue dan juga ibu gue. Makasih juga udah peduli sama adik adik gue meskipun lo
gak pernah kenal sama mereka”
“udah seharusnya”
“seharusnya apa?”
“eh ngga. Gapapa.
Ngasal aja gue” jawab Ikbal “lo besok sekolah kan?”
“iya mungkin”
“gue jemput ya” ikbal
menawarkan diri
“gak usah gue naik
sepeda aja”
“gapapa gue jemput ya
besok”
“gausah bal, lagian gue
udah lama juga gak naik sepeda”
“yaudah gue tunggu di
sekolah ya” ikbal tersenyum dan berpamitan untuk pulang karena waktu sudah
menunjukka pukul 21.00 WIB.
‘kring kring kring’
Kembali alarm
keseharian Jenni mulai bordering dan ia harus mulai kembali ke sekolah seperti
biasanya.
Ia bersiap dan segera
keluar kamar untuk sarapan.
Namun setibanya di meja
makan ia tertunduk lesu dan ingin rasanya menangis. Ternyata sudah tidak ada
lagi yang membuat ramai meja makan dimana biasanya tempat mereka berkumpul.
Rasanya begitu aneh dan
membuat nafsu makannya kembali tidak karuan. Akhirnya Jenni memutuskan untuk
tidak melanjutkan makan dan memilih untuk berangkat kesekolah.
“bu Jenni udah selesai.
Jenni berangkat dulu ya”
“loh kok gak dihabisin
makannya nak?”
“udah kenyang bu” jenni
tersenyum menutupi kesedihannya
“yang sabar ya, kita
harus bisa bertahan”
Tanpa banyak berkata
kata Jenni mencium tangan ibunya dan memilih untuk langsung berangkat ke
sekolah. Rasanya ia ingin sekali untuk berada dirumah menemani sang ibu. Tapi
itu semua tidak bisa.
Sudah seminggu ini
Jenni tidak masuk sekolah. Pastinya akan ada banyak tugas dan mata pelajaran
yang ketinggalan. Ia harus mengejar ketertinggalan tersebut agar bisa
mendapatkan nilai yang bagus.
“jen” cika menyapa
Jenni
“hmmm?” Jenni
meletakkan tasnya pada bangku
“mau sarapan gue gak?
Gue bawa sarapan loh”
“ngga makasih cik. Gue
lagi gak nafsu makan”
“dikit aja masak gak
mau? Ayolah cik”
“ngga cika sayang.
Yaudah gue ke kamar mandi bentar ya. Lo habisin sarapan lo, nanti gue balik”
“oke deh”
Jenni menuju ke kamar
mandi dan ternyata Rio sudah menunggunya di koridor sekolah seperti ingin
mengatakan sesuatu.
“Jen”
“iya?”
“gue boleh ngomong gak
sebentar”
“gue lagi buru buru
ketoilet”
“bentar aja. Boleh kan?
Tapi gue gak akan maksa sih”
“yaudah apa?”
“gue turut berduka cita
ya atas meninggalnya dinda dan Amir. Maaf gue gak bisa datang”
“iya gapapa. Makasih
ya” Jenni menepuk pundak Rio
“oh ya Jen, ada satu
hal lagi yang mau gue omongin”
“duh nanti aja ya. Gue
kebelet nih”
Jenni langsung buru
buru ke kamar mandi dan menghiraukan apa yang ingin Rio katakan kepadanya.
Entah apa yang ada di pikiran Rio dan apa yang ingin ia sampaikan Jenni tidak
perduli lagi.
Bel masuk berbunyi
‘teng teng teng’
Semua murid masuk ke
kelas masing masing termasuk juga Jenni. Ia berusaha fokus pada mata pelajaran
yang sedang berlangsung. Berusaha dengan sekuat tenaga untuk memperhatikan apa
yang guru sedang ajarkan di depan kelas.
Rasanya sudah sangat
suntuk ia berada di dalam kelas karena pikirannya yang sedang kacau atau
mungkin karena kelelahan.
Bel istirahat rasanya
seperti udara surge bagi seorang Jenni hari itu. Ingin rasanya dia sejenak saja
tidur di kelas karena selama seminggu ini ia tidak bisa nyenyak tidur dirumah.
Namun belum sampai ia
terlelap tidur tiba tiba Ikbal datang membawa makanan kepada Jenni dan berusaha
membuatnya kembali untuk makan. Sebenarnya ikbal sudah mendapat informasi
sebelumnya dari bu sari bahwa Jenni tadi pagi tidak mau makan.
Itulah yang membuat
Ikbal berinisiatif membeli makanan di kantin sekolah dan membuat Jenni mau
untuk makan.
“jen”
“hmmm”
“bangun dulu dong”
“apa?” sautnya cemberut
“tada”
“gue udah kenyang
ikbal, udah makan tadi dirumah”
“kata siapa?”
“ya kata gue lah”
“boong, orang tante
sari tadi telpon gue kok”
Dalam hati Jenni
mengerutu. Kenapa sih ibu memberi tahu ikbal kalau tadi dia gak makan. Apa
hubungannya dengan ikbal coba.
Namun gerutunya tiba
tiba terhenti saat tiba tiba ikbal menyuapinya untuk makan. Rasanya seperti
meleleh hati dari seorang Jenni dengan perhatian yang begitu tulus dari ikbal.
Iya membuka mulutnya
dan akhirnya mau untuk makan walaupun tidak habiskan makanan tersebut. Ikbal
tersenyum puas tatkala melihat wanita pujaan hatinya mau untuk makan apalagi ia
yang menyuapinya.
Disisi lain, Rio yang
mengawasi gerak gerik ikbal dan Jenni serasa terbakar api cemburu dan ingin
rasanya menghancurkan hubungan keduanya. Ia memasang rencana jahat yang mungkin
saja akan merugikan kisah asmara ikbal dan jenni.
Rasa cemburu yang begitu besar tentu berhasil membuatnya tidak mampu berfikir panjang mengenai orang lain. Ego yang begitu besar untuk memiliki Jenni membuat ia ingin rasanya melakukan segala macam upaya untuk menghancurkan hubungannya.
Bagian 3
Seperti seorang yang sedang
di mabuk asmara tentunya Ikbal dan juga Jenni terus mendekat satu dengan yang
lainnya. Setiap hari mereka layaknya sebuah prangko yang seringkali terlihat
berdua baik di sekolah atau pada tempat favorit mereka.
Tidak terasa sudah
sampai pada 40 hari memperingati kematian dari kedua adik Jenni yaitu Amir dan
juga Dinda. Setidaknya ada kurang lebih 50 orang tamu undangan yang hadir
mendoakan termasuk juga Ikbal yang terlihat tampak terlihat disana.
Jenni, tante, beserta
bu Sari membereskan perabotan yang ada di dapur mulai dari mencuci piring
hingga pada peralatan lainnya. Bu sari menyuruh Jenni untuk keluar membereskan
ruang tamu setelah semua orang pulang kerumah masing masing.
“jenni sayang”
“iya bu?”
“udah gak usah bantuin
disini, beresin aja yang di ruang tamu ya nak”
“oh iya bu”
Jenni berjalan menuju
ruang tamu dan betapa kagumnya dia saat melihat Ikbal tanpa sungkan membereskan
ruang tamu sendirian. Jenni yang melihat hal tersebut tampak terpaku melihat
pesona Ikbal yang ditambah juga dengan kebaikan luar biasa ia miliki.
“bal, udah sini biar
gue aja yang beresin”
“udah santai aja”
“udah sini aja biar gue
yang beresin”
Debat terjadi antara
keduanya yang tanpa sengaja membuat kepala mereka berdua berbenturan satu
dengan yang lainnya.
‘awww’
Terdengar suara
kesakitan dari mulut keduanya yang membuat mereka saling menatap lalu kemudian
tertawa.
“sakit gak?”
“dikit” jawab Jenni
sambil tersenyum
“sama”
“udah sini gue aja,
ihh”
“yaudah kita bagi tugas
aja, biar cepet kelar”
“oke gue bagian nyapu
aja kalau gitu”
“oke siap bidadari
cantik”
Semuanya sudah beres
dan bersih secara keseluruhan membuat rumah Jenni tampak seperti sedia kala.
Ini membuat semua orang lega karena acara dapat berjalan dengan lancar sesuai
dengan harapan mereka semua.
Tidak lama setelah
beberes jenni menanyakan Ikbal seperti isyarat bahwa hari sudah malam. Hehehe.
Biasalah gak enak juga kan sampai malam punya tamu cowok.
“bal, lo gak mau
pulang?”
“bentar dulu gue masih
capek, cantik”
“oh, iya sih. Tapi udah
male ini”
“kok kayak ngusir ya?”
jawab Ikbal sambil tersenyum menggoda
“bukannya ngusir. Tapi
kan gak enak sama tetangga kalau sampai kemaleman disini”
“gue kan mau nginep
disini” terus Ikbal mencoba menggoba Jenni
“sehat pak?” Jenni
memegang dahi Ikbal
“becanda kali. Gue mau
pulang bentar lagi. Tapi kan sayang ini tante Ibu udah bikinin gue kopi”
“ibu? Ibu siapa?”
“ya tante Sari lah. Iya
kan tante?”
Melihat tingkah dua
anak remaja tersebut menjadikan bu Sari hanya bisa tersenyum dan menganggukkan
kepalanya.
“udah sana cepat
habisin kopinya”
“iya iya, gue pulang
ya”
“he’em”
“bye. Sampai jumpa
besok”
Ikbal berpamitan kepada
Jenni dan kemudian mulai berani mengelus rambut halus dan panjang milik Jenni.
Namun, tanpa di sangka ternyata ini membuat Jenni menjadi nyaman dan juga
menikmati elusan tangan Ikbal.
Jenni mulai merasakan
benih benih asmara yang sudah memuncak pada hatinya. Bunga bunga serasa
bermekaran membuat dirinya begitu bahagia.
Bahkan saat ingin tidur
layaknya seorang remaja yang sudah terpana asmara ia malah tersipu malu sendiri
merasakan kisah cintanya bersama Ikbal.
Disisi lain Ikbal juga
yang sudah merasakan cinta yang begitu luar biasa ia rasakan untuk Jenni.
Memang ini bukanlah cinta pertamanya, namun rasanya cinta ini begitu berbeda
dan membuatnya gelisah tak karuan.
Sebelumnya ia memang
sudah menjalin asmara dengan seorang wanita yang kini berada diluar kota, namun
ini sangatlah berbeda. Kesederhanaan yang Jenni miliki dan caranya
memperlakukan Ikbal membuatnya merasa di hargai.
Sama dengan yang Jenni
rasakan, Ikbal tak bisa tidur memikirkan Jenni. Hatinya begitu berbunga bunga
dan ingin sekali ia mengungkapkan isi hatinya tersebut.
Keinginan untuk
mengirim WA pada Jenni mulai terlintas di pikirannya.
‘nada suara WA
berbunyi’
Jenni yang masih belum
tidur membuka handphone. Kagetnya bukan kepalang, hatinya seperti lari 700 KM
mendapatkan pesan dari Ikbal. Ini membuatnya tidak langsung menjawab WA yang
ikbal tuliskan.
Disisi lain Ikbal yang
menunggu balasan atas pesan yang ia kirimkan tak karuan menunggu balasannya.
Hatinya begitu gelisah seakan akan ingin mengikuti tes seleksi saja.
Tiba tiba
‘hmmmm..iya?’
‘belum tidur?’
‘belum bisa tidur gue,
lo?’
‘sama. Lo mikirin gue
gak?’ tanya ikbal merayu
‘ngga’
‘masak?’
‘bener ihh..gak
percayaan banget’
‘padahal gue mikirin
lo’ balas Ikbal
Namun tak ada lagi
jawaban atas pesan yang ia kirimkan pada Jenni. Sepertinya Jenni sudah tidur
pulas dan wajar karena hari ini begitu sibuk dan membuatnya lelah.
Tanpa menunggu lagi
balasan dari Jenni maka Ikbal juga mulai memasang badannya dan bersiap untuk
tidur. Berharap Jenni muncul pada mimpinya dan menghiasi butiran butiran kisah
dalam tidurnya itu.
‘kring kring kring’
Ternyata suara alarm
terdengar kencang di telinga Jenni. Tidurnya terasa begitu pulas tadi malam dan
membuat tubuhnya tampak lebih segar.
Jenni bersiap untuk
pergi ke sekolah karena tidak ingin bermasalah lagi dengan pak wiwik yang
merupakan orang tergalak di sekolah Nusa Dua Bangsa.
Bu sari sudah menunggu
Jenni untuk sarapan bersama dan menikmati makan paginya dengan sangat bahagia.
Jenni duduk pada meja
makan dan mulai menyantap makanannya.
“ibu rencana mau kemana
hari ini?”
“rencana sih mau coba
cari lowongan pekerjaan biar gak bosan dirumah aja. Kamu juga kan sekolah”
“tapi janji ya jangan
cari pekerjaan yang berat ya”
“he’em”
Makanan segera habis
dan bersiap untuk pergi ke sekolah.
Tiba tiba terdengar
suara dari pintu ruang tamu.
“assalamualaikum, ibu”
“waalaikum salam,
masuk” jawab bu sari
“pagi Jen” sapa Ikbal
pada Jenni
“loh kok kesini? Kan
kita sekolah sekarang”
“emang mau ke sekolah.
Tapi mau jemput lo dulu”
Bu sari hanya tersenyum
dan meminta Ikbal untuk ikut sarapan bersama dengan Jenni dan menghabiskan
semua masakannya.
“bu, ini enak banget”
“yaudah tiap pagi
kesini aja biar ibu nanti masakin”
“siap bu. Boleh kan?”
“gak boleh. Lo Cuma
ngabisin beras ibu aja” jawab jenni sambil tersenyum menggoda
“yaudah besok gue bawa
beras ya”
“loh gak perlu gitu
dong. Nak Ikbal juga sudah saya anggap anak sendiri” sanggah bu sari
Percakapan itu berakhir
karena jam sudah menunjukkan pukul 06.30 yang membuat mereka harus bergegas
berangkat ke sekolah.
Ternyata hari ini
mereka bisa lolos dari pak wiwik karena beliau sedang sakit dan tidak masuk
sekolah. Jenni dan Ikbal berpisah menuju kelas mereka masing masing.
Namun sekolah dibuat
geger karena akan ada pertandingan basket antar sekolah yang yaitu SMA Nusa Dua
Bangsa dengan SMA pelita.
Ini membuat semua orang
bersiap untuk menyambut pertandingan tersebut, termasuk juga ikbal yang
merupakan kapten basket SMA Nusa Dua
Bangsa. Semua tim basket dikumpulkan dan bersiap untuk latihan rutin dalam
rangka mempersiapkan perlombaan.
Begitupun tim
cirledears yang juga bersiap untuk mendukung sekolah dalam ajang perlombaan
bergengsi tersebut tentunya. Latihan rutin mulai dilakukan dan mulai
mempersiapkan koreografi secara optimal.
Namun, itu semua tidak
membuat Jenni ikut terpengaruh dengan uforia yang ada di sekolahnya terkait
dengan perlombaan yang sedang berlangsung. Ia merasa itu semua hanya membuang
buang waktunya saja karena dia harus bekerja setelah pulang sekolah.
“Jen”
“hemmm”
“lo mau nonton gak
pertandingan basket minggu depan” tanya cika
“ngga deh. Gue kan juga
harus kerja”
“masak lo gak mau
nonton. Kan ikbal yang main”
“ya terus?”
“ya nonton dong”
“lihat nanti aja deh”
Percakapan itu berakhir
karena bel masuk sudah berbunyi dan pelajaran sudah mulai dilanjutkan kembali
oleh guru di depan kelas.
Sepulang sekolah ikbal
sudah bersiap untuk menunggu Jenni keluar dari kelas dan akan mengantarnya
pulang. Namun Jenni menolak karena masih harus kerumah tantenya untuk lanjut
kerja.
Tanpa basa basi Jenni
langsung meninggalkan Ikbal yang sejak tadi sudah menunggunya. Ikbal hanya bisa
pasrah dan mengikuti langkah kaki Jenni.
“heyy.. buru buru amat”
“ya kan gue kerja”
“iya tau. Gue anter ya”
“yaudah ayo”
Namun di tengah
perjalanan perut jenni yang sudah merasa keroncongan sampai terdengar di
telinga ikbal yang membuatnya tersenyum.
‘currrttttt’
“lo laper?”
“ngga. Ini cuma..hehe”
“yaudah kita berhenti
makan dulu ya”
“eh gak usah. Gue lagi
gak ada duit sekarang”
“biar gue yang bayarin.
Di depan ada tempat makan enak banget, kita kesana ya”
Jenni mengangguk karena
sudah tidak kuat lagi menahan rasa laparnya yang terasa sudah layaknya sebuah
dram yang berdendang.
Sampai di tempat makan tersebut
mereka langsung mengambil posisi duduk yang nyaman agar bisa menikmati
pemandangan di sekitarnya. Ya, memang harus pilih sport yang bagus sebab sangat
jarang bisa dapat tempat makan yang super eksotis seperti tempat ini.
Makanan sudah siap dan diantarkan
pada meja mereka.
Jenni dengan sangat
lahap menyantap makanannya seakan akan sudah setahun tidak makan. Ikbal hanya
bisa tersenyum melihat tingkah sederhana yang Jenni perlihatkan setiap harinya.
Dalam hati ia bergumam,
ini sosok wanita yang selama ini gue cari. Sederhana dan gak banyak tingkah.
Jenni bisa menjadi dirinya sendiri tanpa harus takut orang lain tidak suka pada
dirinya. Ya, memang ini menjadi kelebihan tersendiri dari sosok Jenni yang
sangat sulit bisa didapatkan dari wanita yang lain.
“mau nambah”
“ngga gak usah. Ini aja
udah cukup”
“oh ya. Lo jaga toko
tante lo sampe jam berapa?”
“paling nanti jam 19.00
WIB pulang kok”
“yaudah gue jemput lagi
ya”
“gak usah. Gue bisa
naik angkot nanti”
“jangan lah. Kalau
malam bahaya naik angkot. Apalagi lo cewe”
“segitu perhatiannya ya
lo sama gue? Udah kek pacar aja”
“emang lo pernah
pacaran?
“ngga pernah sih. Cuma
temen temen gue kan pada pacaran. Jadi bucin gitu”
“kalau kita pacaran
gimana?” tanya Ikbal
Jenni yang sibuk
menyantap makanannya langsung tersedak dan bingung untuk meminum air
menghilangkan rasa sakit di tenggorokannya.
Ia masih tercengang,
bingung, heran, dan tidak tahu ingin menjawab apa. Takutnya ikbal hanya
bercanda atau tidak serius dengan ucapannya tersebut. Rasa gengsi pasti ada
dalam dirinya yang membuat ia tak langsung menjawab.
“Jen. Lo gapapa?”
“eeee… iya gapapa”
wajah cantik Jenni tiba tiba langsung memerah mendengar kata yang terucap dari
Ikbal barusan. Rasanya seperti sebuah mimpi.
“gimana? Mau gak?”
“tapi kan gue gak selevel
sama lo”
“gak usah tapi tapian
ah.. kita jalanin aja”
“tapi lo gak lagi
becanda kan?”
“gue serius Jen”
Jenni mengangguk dan
juga tersenyum bahagia. Sejak saat itu mereka ingin memulai sebuah hubungan
yang bahagia bersama. Melewati semuanya bersama.
Ikbal mencium tangan
Jenni dan menampakkan raut wajah yang begitu bahagia luar biasa bisa
mendapatkan kekasih seperti Jenni.
Matanya berbinar binary
bahagia merasakan awal pertama pacaran bersama dengan Jenni yang merupakan
wanita yang selama ini ia inginkan.
Kabar hubungan pacaran
antara Jenni dan juga Ikbal tersebar ke seluruh penjuru sekolah, tidak
terkecuali Rio. Ini menjadi hal yang memang benar benar menjengkelkan bagi
dirinya karena sudah tidak bisa lagi mendekati Jenni.
Segala pintu sudah
tertutup rapat karena Ikbal sudah mengisi hati Jenni yang selama ini masih
kosong tidak ada penghuninya.
Disisi lain Jenni yang
awalnya sangat ogah untuk menonton pertandingan basket kemudian ingin selalu
menemani Ikbal mulai dari latihan hingga pertandingan. Setiap pagi sudah
menjadi rutinitas sehari hari untuk menjemput Jenni pergi ke sekolah dan juga
sarapan bersama sebelum berangkat.
Ini menjadi sebuah
energy baru bagi sosok ikbal yang seakan akan menemukan kebahagiaan kecil dalam
kehidupannya. Wajar karena selama ini papa dan mamanya selalu sibuk pergi
keluar kota menyelesaikan pekerjaan mereka masing masing. Jadi ikbal hanya
tinggal bersama bibik yang selalu melayani segala kebutuhan ikbal dari kecil.
Latihan terakhir
selesai dan besok adalah waktu yang ditunggu tunggu untuk kemudian sampai pada
ajang perlombaan yang sesungguhnya. SMA Nusa Dua Bangsa tentu harus menjadi
juara kembali dalam acara tahunan yang diadakan tersebut.
Jenni yang selalu
menunggu hingga ikbal selesai latihan tetap berada di posisi duduknya menunggu
hingga latihan selesai.
Setelah selesai latihan
sore itu ikbal datang menghampiri Jenni dan meminta air karena kehausan dan
keringatnya seakan membakar tubuh. Dengan perasaan cinta jenni memberikan
sebotol minuman dingin kepadanya dan ikbal meminumnya dengan jumlah banyak.
Tanpa berfikir panjang
mereka berdua pergi dari lapangan basket dan mengantar Jenni menuju rumah
tantenya untuk bekerja. Ya, memang Jenni sudah ijin kepada sang tante untuk
telat datang pada toko.
Suasana begitu hangat
saat ikbal mengantarkan jenni pada rumah sang tante. Tante yeni begitu ramah
dan juga menyapa ikbal dengan begitu hangat layaknya anak sendiri.
Sebenarnya ikbal
memiliki niatan untuk membantu Jenni menjaga toko dan berjualan.
Namun jenni menolak
karena kasian terhadap ikbal yang sudah berlatih kerasa selama beberapa hari
dan membutuhkan energy untuk pertandingan besok.
“aku bantu ya?”
“gak usah, kamu pulang
aja. Lagian butuh istirahat banyak kan buat besok pertandingan”
“gapapa bisa kok”
“heh, gak boleh ngeyel
ya. Harus istirahat. Inget besok harus menang”
“tapi aku kok lemes ya.
Butuh vitamin kayaknya”
“di depan ada apotik.
Mau aku beliin? Soalnya disini gak ada jual vitamin”
“gak usah minta vitamin
dari kamu aja”
“maksudnya”
Tiba tiba ikbal mencium
kening Jenni dan memuluknya dengan pelukan yang begitu hangat. Jenni yang
begitu bahagia di cium keningnya spontan langsung membalas pelukannya.
Sang tante yang melihat
adegan romantis tersebut langsung teringat pas waktu beliau masih muda dulu.
“ehhmmm… ehhhmmm”
“eh maaf tante”
Jenni hanya terdiam dan
tersipu malu
“yaudah tante ikbal
pamit ya”
“iya hati hati ya”
“iya tante. Jen aku
pulang duluan ya”
“iya hati hati di
jalan”
Ternyata Ikbal tidak
lantas pulang kerumahnya. Ia langsung menemui ibu dari Jenni yaitu bu sari sembari
membawakan ayam goreng kesukaannya.
Bu sari sontak terkejut
melihat ikbal yang tiba tiba datang kerumahnya.
“assalamualaikum”
“waalaikum salam”
membuka pintu “loh ikbal? Jenninya masih belum pulang”
“iya bu. Jenni masih
jaga toko di rumah tante yeni bu”
“oh terus?”
“ini ikbal bawain ayam
goreng buat ibu. Kita makan bareng ya bu”
“kamu ini bisa aja. Ayo
masuk”
Mereka berdua bercerita
panjang lebar mengenai berbagai macam hal mulai dari karakter Jenni yang memang
cuek tapi penyayang, bahkan sisi buruk keluarganya. Hingga pada kejadian dimana
ayah Jenni yang meninggalkan mereka sewaktu jenni dan adik adiknya masih kecil.
Bu sari tidak enak
untuk menyuruh ikbal pulang ke rumahnya sedangkan ikbal terlihat sangat lelah
dan juga seperti butuh istirahat.
Sampai malam ikbal
tertidur pulas di kasur yang ada pada ruang tv rumah Jenni. Jenni yang melihat
mobil Ikbal terparkir di mobil kaget kenapa bisa ada disini.
Perlahan dia mulai
memasuki rumah dan melihat sang ibu sedang duduk di ruang tamu mengerjakan
beberapa pekerjaan.
“assalamualaikum”
“waalaikumsalam. Udah
pulang sayang”
“iya bu. Ibu itu kok
ada mobilnya ikbal di depan”
“iya ikbal dari tadi
sore udah disini. Dia nemenin ibu, bawain ayam goreng terus kita makan bareng
deh”
Jenni yang kebingungan
mencoba untuk mencari keberadaan ikbal dan ingin menyuruhnya untuk pulang.
Namun sang ibu mencegahnya karena kasian sepertinya ikbal begitu kelelahan.
“Jenni. Udah gak usah
di bangunin kasian”
“tapi kan ini udah
malem bu. Gak enak sama tetangga”
“gapapa. Gak usah peduliin
tetangga. Biarin dia nginep disini mala mini”
Jenni hanya bisa
menurut patuh pada sang ibu karena juga khawatir kalau ikbal harus pulang dalam
keadaan mengantuk.
Diambilnya selimut dari
lemari tempat penyimpanan dan mulai menyelimutinya pada ikbal yang terlihat
tidur pulas.
Ia berusaha untuk
menyelimutinya perlahan supaya ikbal tidak kaget dan tidak bangun dari
tidurnya. Karena kasian juga besok harus bertanding dan membutuhkan energy yang
cukup besar.
Perlahan ia menatap
wajah tampan ikbal yang begitu mempesona dan tersenyum manis penuh cinta
menatapnya. Baru saat ini ia merasakan bagaimana rasanya pacaran karena selama
ini memang tidak pernah merasakan indahnya pacaran.
Malam seakan begitu
cepat berlalu, alarm kembali berbunyi. Padahal belum sempat rasanya ia
merasakan kasurnya dalam waktu yang lama. Seakan baru saja ia meletakkan
punggungnya di kasur.
Seperti biasa ritual
pagi ia lakukan mulai dari mengguling gulingkan badannya hingga kemudian
bersiap untuk mandi dan pergi ke sekolah.
Dibawah ikbal sudah
bersiap dan bahkan telah membantu bu sari memasak sarapan untuk mereka semua.
Rasanya kedekatan antara bu Sari dan juga Ikbal sudah semakin dekat dan ini
menjadi lampu hijau bagi hubungan mereka berdua.
Jenni yang sudah
selesai bersiap kemudian keluar dari kamarnya untuk sarapan bersama dengan ibu
dan juga ikbal.
Niatnya sih ingin
membangunkan ikbal, tapi ternyata ikbal sudah sedari tadi siap bersama dengan
sang ibu.
“selamat pagi cantik”
sapa ikbal
“pagi” saut Jenni “aku
pikir kamu belum bangun”
“udah dari tadi dong
sayang” celetuk bu sari
“ikbal udah bantuin ibu
dari tadi loh” tambahnya
“masak? Emang bisa bu?”
“bisa lah. Bisa kan
bu?” ikbal ingin mendapatkan dukungan dari bu sari
“ya begitulah”
Jenni hanya bisa
tersenyum dan ikbal begitu menikmati senyuman manisnya itu. Saat ini tidak ada
kegiatan di sekolah dan hanya berisi pertandingan basket saja antara SMA Dua
Nusa Bangsa dan Juga SMA pelita.
Selesai sarapan mereka
berdua langsung berpamitan dan berangkat ke sekolah agar tidak telat dalam pertandingan
yang berlangsung. Jenni yang sudah berjanji untuk mensuport ikbal terpaksa
harus melihat pertandingan basket tersebut.
Ini merupakan sebuah
vitamin penguat energy bagi seorang ikbal dalam menghadapi pertandingan yang
begitu menegangkan ini.
Sebelum pertandingan ia
menemui Jenni untuk meminta semangatnya supaya bisa menang. Seperti biasa ia
ingin mendapatkan vitamin dari Jenni yang membuatnya bisa memenangkan
pertandingan.
“Jen”
“apa?”
“butuh vitamin”
Memegang pipi ikbal
sambil berkata “banyak orang, malu”
“sun jauh aja”
“gimana caranya?”
“gini” ikbal meletakkan
telapak tangannya di bibir dan menempelkannya pada dahi Jenni
Jenni tersenyum dan
melakukan hal yang sama
Pertandingan akan
segera berlangsung. Ikbal masuk ke lapangan dan melihat pada arah Jenni yang
berada pada barisan depan.
Selama pertandingan
berlangsung tidak sedikitpun Jenni pergi dari tempat itu dengan tujuan untuk
memberikan dukungan pada sang kekasih. Skor terus berjalan dan SMA Dua Bangsa
berhasil mencetak gol dan mengalahkan SMA pelita.
Ini menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi ikbal sebagai kapten basket dari SMA Dua Bangsa, begitupun Jenni. Dari jauh Jenni memberikan selamat kepada ikbal karena berhasil memenangkan pertandingan.
Bagian 4
Sejatinya sebuah
hubungan percintaan tidak akan pernah berjalan dengan mulus, pasti akan ada
berbagai macam benturan yang terjadi. Begitupun dengan apa yang terjadi pada
Ikbal dan juga Jenni yang menjadi sebuah prahara dalam hubungan mereka berdua.
Tersebarnya video yang
berisi percakapan Rio dan juga Ikbal membuat seluruh sekolah gempar. Bahkan
video itu tersebar di grub sekolah yang membuat Jenni otomatis juga tahu
mengenai video tersebut.
‘kasian ya’ terdengar
bisik bisik teman satu kelasnya
‘ngarep banget.
Nyatanya Cuma jadi bahan taruhan’
‘terlalu gampang sih’
Cika yang duduk di
samping Jenni hanya bisa mencoba menenangkan hatinya yang mungkin saat ini
sudah merasa sangat kecewa.
Mengapa tidak?
Jenni berfikir ikbal
adalah orang yang benar benar mencintainya..
Namun, ternyata dia
hanya menjadi bahan taruhan saja..
‘Tuhan’
Ingin rasanya Jenni
menjerit sekeras kerasnya, tapi tak bisa..
Ia berusaha menahan
segala kekecewaan dalam hatinya dan menenangkan sendiri apa yang sedang hatinya
rasakan.
Sakit? Bukan lagi..
rasanya seperti di tusuk oleh sebuah belati.
Bahkan selama ini ikbal
sudah sangat baik sekali kepada keluarganya, kepada ibunya. Rasa tidak percaya
akan sifat dari ikbal sedikit melintas di pikiran Jenni.
Disisi lain ikbal yang
juga mendapatkan video itu di grub langsung berlari menghampiri Jenni. Rasanya
ingin dia menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
Namun, semuanya sudah
terlambat..
Sudah terlambat..!!!
Bahkan semua anak di
sekolah sudah mengetahuinya..
Rasa malu, kecewa,
sedih bercampur aduk dalam hati Jenni.
Perlahan ikbal mencoba
menghampiri Jenni yang berusaha menenangkan hatinya dengan cara menulis di
secarik kertas miliknya.
“Jen”
Tidak ada sahutan
“Jen”
Cika berpindah
memberikan ruang untuk Jenni dan ikbal berbicara
“Jen” ikbal mencoba
meraih tangan Jenni
Namun ternyata semuanya
tidak sesuai dengan harapan. Yang terjadi justru sebaliknya, Jenni justru
menghindar darinya.
“cik gue ke kamar mandi
bentar ya” berpamitan kepada cika sembari melepas genggaman tangan ikbal
Rasanya seperti
tersambar petir hati ikbal.
“Jen, dengerin
penjelasan aku dulu”
“penjelasan apa lagi?”
“Jen”
“lo mau jelasin kalau
itu semua bohong? Iya kan?”
Ikbal terdiam
“itu video, gak mungkin
video ada yang ngedit. Gila lo ya”
“Jen, tapi aku bisa
jelasin. Tolong”
“udah ikbal. Semuanya
gak ada yang perlu di jelasin. Udah jelas juga kan”
Seketika Jenni langsung
pergi meninggalkan ikbal yang masih berusaha untuk menjelaskan apa yang
terjadi.
Di kamar mandi jenni
menumpahkan semua air matanya. Serasa sudah tak terbendung lagi.
Sakit hati lagi!
Di khianati lagi?
Dulu ayahnnya
meninggalkannya, sekarang?
Ahhhhh… rasanya sudah
tidak kuat lagi menanggung semua ini
Baru pertama kali
merasakan cinta dan ternyata!!!
Semua perkataan itu
berkecamuk di benak Jenni.. rasanya ingin mencaci maki orang orang yang sudah
menyakitinya.
Nyatanya tidak bisa..
Dia tidak berdaya,
hingga bel sekolah berbunyi Jenni masih belum keluar kamar mandi
Cika berusaha
menghampirinya, memberitahu bahwa pelajaran akan segera di mulai.
“Jen bel udah bunyi.
Masuk yok”
“he’emm..”
“lo yakin?”
“iya gue gapapa”
“kalau lo masih butuh
waktu sendiri biar nanti gue ijinin lo sakit ke pak Santoso ya”
“ngga gak usah. Lagian
Cuma masalah beginian doang. Ayo masuk”
Jenni berusaha membasuh
mukanya dan mengelap dengan selembar tissue, berusaha tidak menampakkan kesedihannya.
Dari kejauhan ikbal
masih memperhatikan, berusaha memastikan bahwa Jenni baik baik saja.
Memang berat, tapi mau
bagaimana lagi?
Nasi sudah menjadi
bubur. Semuanya sudah terjadi. Andai waktu itu ikbal tidak menyepakati taruhan
itu…
Arggghhhhh… ingin
rasanya dia mengamuk
Mencoba untuk memberi
pelajaran kepada Rio yang mungkin adalah penyebar video tersebut. Tapi dia
sadar dirinya juga bersalah atas hal tersebut
“lo kurang ajar banget
ya”
“kenapa bro? kan emang
bener kita taruhan”
“tapi gak gini caranya”
“udahlah bro. Lagian
masih banyak cewek lain yang nungguin lo”
“sarap emang lo”
Rio hanya bisa tertawa
puas dengan apa yang terjadi antara Jenni dan juga Ikbal. Setidaknya tidak ada
yang mendapatkan jenni.
Ya, meskipun harus
kalah taruhan tapi nyatanya Jenni sekarang tidak lagi bersama dengan ikbal.
Ego yang Rio miliki
memang menjadikannya kehilangan arah. Bahkan ia tidak mau tahu apa yang Jenni
rasakan sekarang ini.
Jenni pulang dengan
perasaan sedihnya. Hari ini dia tidak masuk kerja, dan mungkin tidak akan
pernah masuk kerja lagi..
Karena dia ingin
menenangkan dirinya. Berusaha dengan sekuat tenaga ikhlas menghadapi semuanya.
Sang ibu yang ada di ruang tamu cemas akan keadaan Jenni.
Bagaimana tidak? Jenni
yang baru pulang sekolah terlihat sangat murung dan langsung mengunci kamar.
Mencoba menanyakan apa
yang terjadi tapi Jenni tak menjawab.
Didalam kamarnya, Jenni
hanya bisa menangis dan terus menangis. Dia tidak bisa mengutarakan apa isi
hatinya kepada orang lain. Ini menjadikan harga dirinya menjadi turun. Dia
tidak mau di remehkan orang lain.
Tapi hatinya berkecamuk
‘apa yang terjadi’
‘kenapa begini’
‘kenapa dia yang selalu
menjadi korban’
Tangisannya pecah,
kepalanya pening bukan main. Ingin rasanya dia tertidur pulas. Namun tak bisa.
Di kotak obatnya dia
menemukan obat tidur yang biasanya ia konsumsi jika tidak bisa tidur.
Namun kali ini dia
tidak hanya meminum satu butir saja. Dia meminum ada setidaknya 10 biji obat
tidur. Hal tersebut membuat tubuhnya bereaksi melakukan penolakan.
Dadanya begitu sesak,
mulutnya berbusa. Mungkin ini adalah akhir dari hidupnya.
Disisi lain Ikbal
berusaha menemui Jenni di rumahnya. Namun tidak berhasil!
“assalamualaikum”
“waalaikumsalam, ikbal”
“ibu Jenni ada? Soalnya
saya cari di toko tante gak ada”
“ada. Tapi dia aneh
banget. Mulai dari tadi gak keluar kamar, wajahnya juga kelihatan murung
banget”
“boleh saya bertemu
Jenni bu”
“coba aja”
Ikbal berusaha mengetuk
pintu Jenni, namun tidak ada suara. Sekali lagi mengetuk pintunya, tidak ada
jawaban.
Perasaan khawatir
menghampiri hatinya, ingin tahu bagaimana keadaannya sekarang di dalam kamar
itu.
Bu sari yang juga ikut
cemas mencoba membuka kamar jenni, tapi ternyata di kunci. Mencoba mengetuk
berkali kali tapi tidak ada jawaban. Takut ada apa apa didalam yang tentu tidak
mereka harapkan.
Akhirnya satu satunya
solusi adalah mendobrak pintu kamar agar bisa masuk kedalam. Sekuat tenaga
ikbal mendobrak pintu kamarnya. Mencoba membuka pintu.
‘brakkkk’ pintu
terbuka.
Betapa kagetnya saat
melihat Jenni sudah terkapar di samping tempat tidurnya. Mulutnya yang penuh
dengan busa akibat obat tidur yang ia minum terlalu berlebihan membuatnya harus
segera dilarikan kerumah sakit.
Memang tidak di sangka
kejadian ini akan sangat melukai Jenni. Rasa bersalah yang bertubi tubi membuat
Ikbal tidak lagi bisa berkata apa apa. Penyesalan luar biasa tentu ia rasakan
sangat dalam.
Apalagi dia yang
menyebabkan semuanya terjadi.
Bu sari begitu
ketakutan, beliau tidak ingin lagi kehilangan anak. Sebab, anaknya hanya
tersisa satu Jenni seorang.
Dengan sigap Jenni
langsung dilarikan kerumah sakit untuk memberikan pertolongan dengan segera.
Ikbal terus melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi agar bisa sampai di
rumah sakit.
Ini menjadi masa masa
kritis bagi Jenni.
Tidak disangka,
konsumsi obat yang ia lakukan bisa membuat terjadinya dampak besar bagi
tubuhnya.
Sang ibu hanya bisa
menangis dan berharap anaknya bisa segera pulih. Doa dan harapan selalu ia
lantunkan untuk bisa menenangkan hatinya.
Begitupun dengan ikbal,
dia panik tidak karuan. Mondar mandir melihat kaca ICU berharap Jenni bisa
membuka matanya. Menunggu dokter membuka pintu dan memberikan kabar gembira.
Tapi……..
Dokter memberitahukan
bahwa hari ini adalah masa kritis Jenni.
Selama 1x24 jam Jenni
harus sadarkan diri
Jika tidak maka tidak
tahu apa yang akan terjadi.
Tangisan sang ibu
langsung pecah seketika tidak sanggup mendengar kabar tersebut. Ikbal berusaha
menenangkan sang ibu. Namun ia mengerti dan memahami, hati seorang ibu yang
anaknya dalam kondisi kritis.
Hanya doa dan juga harapan
yang ia terus panjatkan agar ada keajaiban yang bisa membantu Jenni untuk bisa
pulih kembali.
Hingga malam Jenni
belum juga sadar. Bu sari meminta Ikbal untuk pulang saja, biar beliau yang
menjaga Jenni
“ikbal”
“iya bu?”
“ikbal pulang aja ya
nak, biar ibu yang jaga Jenni”
“gapapa bu, ikbal
disini aja. Ibu istrihat dirumah saja ya, biar gak sakit juga”
“tapi ibu gak bisa
tidur kalau gak lihat jenni baik baik aja”
“nanti kalau ada
perkembangan dari Jenni, ikbal kabarin ibu ya”
“yaudah deh, besok pagi
ibu kesini lagi ya”
Ikbal mengangguk pelan
namun pasti. Mencoba memberikan semangat kepada sang Ibu yang hatinya memang
sedang lelah.
Malam ini ikbal yang
menunggu Jenni. Ia menggenggam tangan kurusnya dan tidur di kursi samping
ranjang rumah sakit.
Pagi itu saatnya bagi
Jenni membuka matanya dan berhasil lolos dari masa kritis yang harus ia lewati
sejak kemarin sore. Ini menjadi kabar gembira bagi Ikbal yang mendapatkan
reflex dari kejutan tangan Jenni yang sejak semalam sudah dia genggam.
Ingin rasanya untuk
memeluk sang kekasih dan meminta maaf untuk segalanya. Namun semuanya tidak
sesuai dengan rencana.
Jenni yang sudah
membuka matanya berusaha untuk mengelilingi ruangan inapnya, mencari sosok
ibunya.
“ibu, bu” Jenni
memanggil dengan sangat lemah
“hey, sudah bangun?”
sapa ikbal lirih
“ibu, bu” kembali Jenni
memanggil
“tadi malam ibu aku
suruh ibu pulang. Kasian beliau kalau menginap disini”
“lo ngapain ada disini?
Belum puas lo”
“hey, gak boleh gitu.
Ya,,” mencoba mengusap rambutnya dan menenangkan
“mendingan lo pulang
sekarang”
“Jenni” sang ibu yang
baru saja masuk pintu kamar rumah sakit bingung ada apa itu
“bu, suruh dia pulang
sekarang bu. Aku gak mau dia disini”
“Jenni ikbal dari
semalem yang jagain kamu loh”
“ibu suruh dia pergi
bu” Jenni menangis serasa sesak dadanya melihat ikbal ada disana
“yaudah bu. Aku pamit
pulang ya bu” jawab ikbal mengalah
“gak mau sarapan dulu,
ibu bawa bekal kesini”
“gak usah bu, nanti aku
sarapan dirumah aja” ikbal mencium tangan bu Sari dan berpamitan
“assalamualaikum”
“waalaikumsalam”
Sebagai seorang ibu
sudah sepantasnya untuk bertindak bijaksana, baik kepada sang anak atau teman
dekat yang selama ini hadir di sekitar anaknya. Itulah yang dilakukan oleh Bu
sari, ia tidak ingin menjadi seorang ibu yang egois.
Rasanya jika dia
bertanya lebih dalam mengenai permasalahan antara anaknya dan juga ikbal itu
bukanlah ranahnya. Bu sari memilih untuk diam dan tidak memaksakan Jenni untuk
bercerita apa yang terjadi.
Mencoba memberi asupan
nutrisi kepada Jenni, namun Jenni menolak untuk makan. Ini membuat sang ibu
menjadi sangat cemas. Namun dokter mengatakan kalau Jenni tidak mau untuk makan
terpaksa harus lebih lama lagi berada di rumah sakit.
Tentu ini menjadi
sebuah kabar buruk bagi Jenni. Bagaimana tidak, jika ia berada lebih lama lagi
di rumah sakit maka pastinya biayanya akan semakin membengkak. Inilah yang dia
khawatirkan.
Meskipun rasanya pahit
untuk makan sedikit saja, namun Jenni harus memaksanya.
“ayo sekali lagi”
“udah bu. Gak mau lagi”
“ayo dong sayang. Inget
gak apa kata dokter?”
“he’em” Jenni mulai
mangap untuk menghabiskan makanannya
Cika datang menemui
jenni, kebetulan hari ini hari minggu dan sekolah libur. Tadi pagi Ikbal
menelponnya mengabari kalau Jenni masuk rumah sakit.
“lo kok bisa masuk
rumah sakit sih?”
“pengen ngerasain kasur
rumah sakit..hehe” jawabnya tersenyum simpul
“ada ada aja lo. Gak
usah lama lama disini. Rumah sakit mahal”
“kurang ajar lo”
Mereka berdua tertawa
dan ini sedikit melegakan bagi Jenni karena bisa tertawa setelah kemarin
seharian penuh ia menangis. Namun hal itu tidak menjadikan hatinya kembali
normal.
Ya, memang benar sih.
Menyembuhkan hati itu
bukan hal yang mudah. Semuanya butuh proses
Jika mau berproses maka
jauh lebih mudah untuk melewati semuanya.
Disisi lain ikbal terus
mengirimkan pesan kepada cika menanyakan bagaimana kondisinya saat ini.
‘cik, lo udah kerumah
sakit?’
‘iya udah. Ini lagi
sama Jenni’
‘gimana keadaannya?’
‘udah mendingan kok’
Tiba tiba cika
mengirimkan fotonya bersama dengan Jenni yang tersenyum begitu manis. Ini sudah
cukup bagi seorang ikbal. Setidaknya ia sudah lega melihat orang yang ia
sayangi dengan tulus sudah berangsur pulih.
Setiap hari ia selalu
berharap ada kabar terbaru mengenai kondisi Jenni.
Namun ia tidak berani
untuk pergi kerumah sakit.
Ia takut jika
memaksakan diri pergi kerumah sakit malah menjadi beban untuk Jenni.
Pagi itu di sekolah
sudah ramai lagi info yang beredar mengenai Jenni yang masuk rumah sakit karena
minum obat tidur. Ini kembali membuat siswa satu sekolah gempar.
Ikbal yang sudah tidak
tahan lagi dengan semua ini langsung memperingati seluruh siswa di sekolah.
‘kalau ada yang berani
beraninya nge bully Jenni. Lo semua berurusan sama gue’
Kata kata ini membuat
siswa sekolah Nusa 2 Bangsa menjadi bungkam tentunya. Bagaimana tidak, selain
menjadi orang paling populer di sekolah, dia juga menjadi orang yang di takuti.
Wibawanya yang begitu
luar biasa membuat semua siswa di sekolah menjadi sungkan pada dirinya.
Begitupun Rio.
Ikbal datang
menghampiri Rio
“sekali lagi lo
ngelakuin hal rendah kek gini, abis lo sama gue”
“santai dong bro. gue
emang yang nyebarin videonya, tapi gue gak tau kalau ini semua bakalan terjadi”
“anjing lo emang ya.
Gak mau ngaku juga lo”
Ikbal menarik kerah
baju dari Rio mencoba memulai perkelahian.
“bro bro sabar. Lo kok
sensi amat gitu sih” ujar Rio “lagian cewek masih banyak bro”
“bangsat lo”
Pukulan pertama
melayang pada muka Rio
“denger baik baik ya,
Jenni bukan kayak cewek lainnya. Ngerti lo”
“kenapa bro? buktinya
dia gampang banget lo kibulin”
Brukkkk.. ikbal tidak
dapat menahan emosinya
Baku hantam antara
ikbal dan juga Rio kemudian terjadi dan menyebabkan mereka berdua masuk ke
ruang BK.
Namun, semuanya tidak
berakhir sampai disitu saja. Ikbal kembali memberi peringatan keras kepada Rio
untuk tidak lagi mengganggu Jenni.
Cika merekam semua
kejadian itu dan memberikannya kepada Jenni dengan tujuan agar Jenni mau
memaafkan Ikbal.
Di kamar rumah sakit..
“Jen, coba lihat ini”
“apaan”
“liat aja udah”
Setelah menonton rasa
khawatir Jenni kepada Ikbal mulai muncul kembali. Dalam hatinya begitu sedih
melihat ikbal sampai terlibat pertengkaran dengan teman karibnya.
“Jen, ikbal itu sayang
sama lo”
“gak mungkin”
“beneran jen. Satu
sekolah tadinya ngomongin lo”
“gue udah biasa kok di
omongin”
“tapi ikbal yang jadi
garda depan ngebela lo jen”
Jenni terdiam
“nih ya, dia peringatin
anak anak semua buat gak ganggu lo. Bahkan sampai berkelahi sama si Rio”
“ya itu urusan mereka”
“lo itu bener bener ya.
Susah lo cari cowok kayak ikbal”
“terus?”
“lo bakalan nyesel
kalau nyia-nyiain orang kayak dia”
“lah kan gue yang di
sia-siakan”
“sebenarnya dia gak
nyia-nyiain lo. Tapi lo sendiri yang milih buat pergi”
Percakapan itu berhenti
tatkala dokter akan menyuntikkan obat untuk Jenni.
Tiba saatnya bagi Jenni
untuk merasakan empuknya kasur rumah. Setidaknya sudah 4 hari ia berada di
rumah sakit.
Badannya terasa sakit
semua dan ingin segera masuk kamar untuk bersiap istirahat. Hari ini dia ingin
istirahat seharian supaya besok bisa langsung sekolah.
Disisi lain Ikbal
tengah di kenalkan dengan teman ayahnya yang besok akan pindah ke sekolah
tempatnya belajar. Ini tentunya menjadi beban tersendiri bagi ikbal.
Bagaimana tidak? Dia
harus menjaga Sofia selama berada di
sekolah. Ya, namanya sofia. Dia adalah anak dari rekan kerja ayahnya.
“Ikbal sini sayang”
“iya pa”
“kenalin ini om Suryo,
dan ini anaknya”
“halo om, halo” menyapa
ramah pada kedua tamu papanya
“pa ikbal keatas dulu
ya”
“eh mau kemana, buru
bur amat”
“ya mau istirahat pa”
jawabnya sambil berbisik
“duduk dulu dong. Ini
sofia besok mau pindah ke sekolah kamu”
“ya terus?”
“besok jemput sofia ya”
“he’em..” jawab ikbal
singkat agar tidak menimbulkan masalah
Sebenarnya ikbal tidak
mau untuk menjemput sofia, karena tau sendiri lah dia anaknya sangat manja.
Justru jika ikbal menjemputnya besok bisa jadi beban mental nantinya.
Namun mau bagaimana
lagi.
Jika keinginan papanya
tidak terkabul bisa bisa uang jajannya ditahan selama sebulan.
Namun, Sofia bukanlah
satu satunya masalah yang mengganggu pikirannya. Sebab, dia sama sekali tidak
penting untuk ikbal. Satu satunya yang dia pikirkan hanyalah tentang jenni.
Rasa rindunya tentu
mengalahkan semuanya.
Ingin rasanya ia
bertemu dan menikmati kebersamaan seperti beberapa waktu lalu.
Namun ketakutannya
menghalanginya untuk pergi kerumah Jenni. Ia takut nantinya jenni malah tidak
nyaman dengan keberadaan ikbal disana.
Ikbal yang memiliki
nomor bu sari memilih untuk menelpon ibunya saja.
Ini jalan satu satunya
bagi dia untuk bisa tahu kabar Jenni.
‘tutt…tutttt…tuttttt’
Lama tak ada jawaban
sehingga membuat ikbal menyerah untuk menelpon bu sari. Mungkin saja beliau
masih sibuk menyelesaikan pekerjaannya.
Namun siapa sangka, 15
menit kemudian ada telfon masuk dari nomor Ibu Jenni yaitu bu sari. Langsung
saja tanpa berfikir panjang ikbal mengangkatnya.
“halo, assalamualaikum”
terdengar suara di seberang telepon sana
“waalaikum salam, ibu”
“ada apa ikbal? Tumben
telponnya ibu. Bukan Jenni”
“gapapa bu, jenni masih
marah sama saya”
“oh gitu. Terus ini
tujuannya telpon ibu untuk apa?”
“hehe. Mau nanya kabar
jenni bu”
“Jenni baik baik aja
nih. Mau ngomong sama jenni ngga?”
“ibu ih, bilang aja
jenni gak ada” terdengar suara jenni di seberang telepon sedang mengomeli bu
sari.
“udah gapapa. Gak baik
loh ngambek lama lama”
Tiba tiba telepon sudah
berpindah tangan pada jenni dan ini membuat rasa dag dig dug kembali ada
diantara keduanya
“halo. Apa?”
“lo gimana kabarnya?
Sehat?”
“baik aja gue. Gak ada
masalah”
“lo masih marah ya sama
gue”
“ya lo pikir aja
sendiri. Kenapa harus nanya gue. Heran deh”
“iya gue ngaku gue
salah”
“nah itu paham”
“tapi itu gak seperti
yang lo tangkep. Waktu itu gue emang taruhan sama Rio, tapi itu pas waktu kita
gak sedeket ini”
“ya tapi sama aja kan”
“tapi sekarang beda
Jen. Gue bener bener sayang ama lo”
“preeetttt. Gak percaya
gue”
“gimana sih caranya
bikin lo percaya”
“udah dulu ya. Gue
masih sibuk. Bye”
Belum sempat menjawab
tiba tiba teleponnya sudah terputus. Namun, setidaknya ini sudah menjadi sebuah
kesempatan bagi Ikbal untuk kembali baikan dengan jenni.
Mendengar suaranya yang
sudah beberapa hari ini tak terdengar membuat hatinya kembali sejuk dan
tidurnya begitu nyenyak. Sedikit beban fikirannya sudah mulai hilang dan
membuatnya kembali bersemangat.
Rencananya besok pagi
dia ingin menjemput Jenni untuk berangkat bersama ke sekolah. Sekalian bentuk
permintaan maaf dan menunjukkan seberapa sayangnya dia kepada Jenni.
Namun tiba tiba ia
teringat bahwa besok harus menjemput sofia untuk berangkat bersama ke sekolah.
Apalagi sofia juga masih anak baru dan mungkin saja dia belum hafal jalanan
Jakarta. Jadi akan lebih baik jika besok pagi dia menjemput sofia.
Pagi ini Ikbal hanya
sarapan dengan segelas susu saja, sebab dia takut terlambat berangkat ke
sekolah.
Disisi lain jenni
justru santai menikmati sarapannya bersama dengan sang ibu dan menghabiskan
seluruh jatahnya untuk sarapan.
Setidaknya di sekolah
nanti dia tidak perlu membeli makanan dan bisa menghemat uang yang ia miliki
sekarang ini.
Ikbal pergi ke rumah
sofia dengan bantuan google map yang dikirimkan sofia semalam. Entah mengapa
anak itu tiba tiba memiliki nomor telepon ikbal. Padahal kenal saja baru
kemarin sore.
‘argghhhhh.. wanita
menyebalkan’
Gerutu ikbal dalam
hatinya karena pagi pagi sekali harus mencari lokasi rumah orang yang bisa
dikatakan tidak ia kenal.
‘haloo’
Tiba tiba pesan wa
masuk. Sofia mengirimkan pesan
Tak ada satu jawabanpun
dari ikbal. Kenapa tidak? Ikbal sudah tidak menyukainya sejak pertama kali
bertemu dirumahnya kemarin sore.
Tingkahnya yang
bagaikan ratu membuat Ikbal menjadi hilang feeling kepada sosok dari sofia.
Maklum lah ikbal lebih suka wanita seperti jenni, yang sederhana, manis, dan
juga cantik natural tanpa adanya polesan.
Sampai juga dirumah si
drama queen.
Tiba tiba langsung
membuka mobil dan duduk di bangku depan
“loh kok di depan?”
“terus mau dimana
dong?”
“di belakang aja.
Soalnya masih mau jemput orang”
“gak mau ah. Maunya di
depan aja”
Dengan sangat terpaksa
ikbal menuruti kemauannya dan membatalkan untuk menjemput Jenni pagi ini. Ia
memutuskan untuk langsung pergi ke sekolah saja.
Ikbal yang pergi ke
sekolah bersama dengan sofia ternyata akan menjadi masalah baru yang mungkin
saja akan membuat hubungannya dan Jenni menjadi lebih renggang. Apalagi kabar
tersebut sudah tersebar pada anak satu sekolah Nusa Dua Bangsa.
Bagaimana tidak?
Ikbal yang merupakan
pentolannya SMA Nusa Dua Bangsa sudah pasti banyak orang yang mengenalnya.
Pastinya bakalan mudah banget lah informasinya tersebar di seluruh penjuru
sekolah tanpa terkecuali.
Jenni yang duduk di
Bangku kelasnya sedikit mendengar teman temannya bergosip tentang ikbal. Ini
sedikit membuat Jenni menjadi kepanasan dan semakin marah pada ikbal.
“eh lu tau gak, ikbal
tadi bawa cewek”
“seriusan lo”
“iya bener”
“yaampun, berarti Jenni
beneran gak di anggap dong”
“sssttttttt”
“lo pada ngomongin
apaan sih?” jawab cika
“udah udah cik” Jenni
mencoba menenangkan cika
“Jen lo di omongin.
Apalagi omongannya gak bener”
“yaudah ngapain ladenin
mereka”
Percekcokan mereka
semua langsung berakhir tatkala guru bahasa Indonesia datang dan pelajaran
segera di mulai. Pembicaraan tadi pagi sebenarnya tidak terlalu membuat Jenni
khawatir apalagi kepikiran. Sebab, namanya orang bisa saja bergosip tanpa bukti
kan.
Bel sekolah berbunyi
dan seperti biasa Cika membawa Jenni untuk pergi makan siang ke kantin sekolah.
Awalnya Jenni tidak mau karena satu dan lain hal, namun akhirnya ia menyetujui
ajakan dari cika.
Namun saat akan pergi
ke kantin ternyata mereka berdua berpapasan langsung dengan Ikbal dan juga
sofia yang ternyata mereka satu kelas. Sofia yang merupakan anak baru ternyata
satu kelas dengan ikbal dan mungkin saja ini akan menjadi masalah baru.
Jenni yang melihat
ikbal dan juga sofia berjalan beriringan mulai terbakar api cemburu, namun
tidak sama sekali menampakkannya. Bahkan terlihat ia memasangkan wajah acuh
kepada ikbal seakan akan tidak mengenalnya sama sekali.
“lo kenal dia bal?”
tanya sofia penasaran melihat ekspresi ikbal melihat Jenni
“dia cewek gue”
“oh. Kok gak kenalin ke
gue”
“ngapain. Emang lo
siapa?”
“ya calon pacar lo yang
baru lah”
“najis”
Ikbal berjalan
meninggalkan Sofia, namun layaknya sebuah ekor dia terus saja membututi ikbal
kemanapun pergi. Bahkan saat ikbal akan pergi ke kantin masih saja terus di
buntuti.
Ini membuat ikbal
sedikit tidak nyaman akan sikap dari sofia yang seakan akan menjadikannya
selayaknya pacar.
“lo ngapain sih ikut
ikutin gue terus?”
“ya kan gue masih baru
disini”
“yak an bisa minta
kenalan sama temen temen lainnya”
“gak mau. Maunya sama
ikbal aja”
Ternyata Cika dan juga
Jenni duduk di seberang bangku dimana ikbal dan juga Sofia duduk. Ini membuat
rasa cemburu mulai ada pada Jenni. Bahkan bukan itu saja, ini membuatnya
semakin kecewa pada ikbal.
Salah faham terus saja
bergulir diantara mereka berdua yang kemungkinan besar tidak akan pernah
terselesaikan. Tentu ini akan membuat hubungan mereka menjadi lebih rumit.
Hari ini Jenni tak
banyak berbicara dan memilih untuk diam. Ia berusaha memendam semua yang
dirasakannya. Termasuk juga rasa kecewanya kepada ikbal.
Bahkan cika saja yang
merupakan teman dekat jenni merasa sangat emosi melihat ikbal bersama dengan
cewek baru yang bernama sofia itu.
‘dasar buaya darat’
umpat cika sambil makan
“lo ngomong apa barusan
cik?”
“eh ngga. Cuma lagi
pengen ngomel aja”
“kenapa?”
“coba lihat kesono”
Jenni menoleh pada arah
yang ditunjukkan oleh cika. Ternyata disana ada Ikbal dan sofia. Sebenarnya
Jenni juga ingin marah, tapi apa haknya. Dia sudah tidak punya hak apapun pada
ikbal, karena menurutnya mereka berdua sudah putus.
“udah biarin aja” ucap
Jenni sambil menyantap makanannya
“segitu doang lo”
“ya terus mau gimana
lagi?”
“apa kek. Labrak kek.
Yaampun, lo tuh polos banget jadi orang”
“ngga lah. Gue males
rebut. Kalau cowoknya gak mau kan gak akan jadi mereka berdua”
“tapi kan baru aja
kemarin yang putus Jen”
“ya terus? Kalau
dua”nya mau masak gue halang halangin”
“bener juga sih lo”
“udah lanjutin
makannya”
Sehabis makan mereka
berdua tidak berlama lama di kantin karena sangat malas bertemu dengan ikbal.
Ini membuat cika rasanya ingin muntah melihat sikap ikbal yang terlihat tidak
memperdulikan Jenni.
Cika yang sebelumnya
sangat kagum dengan sosok ikbal tiba tiba saja langsung ilang feeling. Itu
semua karena menurut pandangannya ikbal sama saja dengan laki laki lainnya.
‘brengsek’ kata itu
yang tercatut dalam hati cika
Sebenarnya Jenni masih
memiliki rasa kepada ikbal, namun ini mungkin sudah menjadi jalannya bagi
mereka untuk berpisah. Jenni harus merelakan kebahagiaan dari ikbal.
Dia juga harus maju
bukan?
Setidaknya bisa move on
dari ikbal itulah yang harus menjadi skala prioritasnya saat ini.
Memang bukanlah hal
yang mudah bagi Jenni melupakan segala kenangannya bersama dengan ikbal. Karena
bagaimanapun ikbal adalah cinta pertamanya.
Ada banyak sekali
kenangan yang terlintas dalam benak jenni mengenai ikbal. Kebaikannya,
perhatiannya. Mungkin itu akan menjadi sesuatu hal yang sulit bagi Jenni.
Namun dia harus
berusaha. Mau bagaimanapun juga, orang yang punya tanggung jawab bagi dirinya
adalah jenni sendiri. Tidak ada satu orangpun yang bisa mengatasi dirinya jika
dia sendiri tidak mau mengatasi apa masalah yang ada dalam dirinya.
Cika dan Jenni segera
pergi meninggalkan kantin tanpa satu dua patah kata untuk ikbal yang masih
duduk sembari menatap Jenni dengan dalam.
Tatapannya langsung
terhenti dengan tingkah sofia yang selalu saja membuatnya menjadi geram.
“lo ngeliatin pacar lo
itu?”
“kalau iya emang
kenapa? Masalah buat lo”
“ya masalah lah. Dia
aja cuekin lo”
“ya terus apa
masalahnya sama lo?”
“lo kek kambing congek
tau gak. Mau aja digituin sama cewek”
“itu bukan urusan lo.
Sekali lagi lo ikut campur urusan gue, awas lo”
Ikbal pergi
meninggalkan sofia yang masih terduduk di bangku kantin sambil berfikir keras
apa yang harus dia lakukan agar ikbal mau untuk menerimanya.
Pikiran liciknya mulai
datang dan membuatnya merencanakan sesuatu yang mungkin saja tidak ada satu
orangpun yang akan tahu. Ia ingin bermain halus untuk mendapatkan ikbal.
Caranya adalah dengan
membuat jenni semakin marah kepada ikbal dan tidak ada lagi ruang bagi ikbal
untuk kembali pada jenni. Itu akan membuatnya lebih mudah untuk mendapatkan
ikbal menjadi kekasihnya.
Senyum simpul penuh
kelicikan tiba tiba keluar dari bibir mungil sofia. Memang sebenarnya sofia
sendiri adalah orang yang bisa dikatakan cantik. Bahkan kecantikannya melebih
Jenni.
Jika dia mau pastinya
sudah banyak pria yang mengantri untuk menjadi pacarnya. Namun incarannya saat
ini adalah ikbal.
Bagaimanapun caranya
dia harus mendapatkan kesempatan untuk bisa dekat dan menjadi kekasih dari
ikbal.
Disisi lain ikbal yang
masih bingung harus berbuat apa hanya bisa pasrah untuk mengikuti alurnya
terlebih dahulu. Baru setelah itu dia akan mencari moment yang pas untuk bisa
berbicara berdua saja dengan Jenni.
Ini mungkin cara yang
pas untuk kemudian bisa membuat Jenni mengerti bahwa dirinya begitu perduli dan
menginginkan yang terbaik untuk Jenni.
Harapannya tidak lain
adalah bisa kembali bersatu dengan Jenni tanpa adanya tekanan dari siapapun
juga.
Bagian 4
Kurang lebih sudah satu
bulan sejak sofia datang ke sekolah Nusa Dua Bangsa dan membuat keributan
antara Jenni dan ikbal semakin panjang. Pasalnya sofia selalu membuntuti ikbal
kemanapun dia pergi.
Ini membuat anak anak
satu sekolah justru mengira bahwa ikbal dan juga sofia menjalin hubungan
seperti layaknya orang pacaran. Padahal sebenarnya tidak.
Sofialah yang terobsesi
untuk memiliki ikbal dan menjadikannya sebagai kekasih.
Disisi lain Jenni yang
mulai ikhlas melepas ikbal bahagia bersama dengan sofia mulai tidak
mempermasalahkan apa apa lagi. Hatinya mulai terasa lega dan berharap bisa
memulai kehidupannya yang baru.
Ya, meskipun tanpa
pasangan J
Namun, ikbal sudah
merasa jenuh dengan keadaan ini. Ia tidak ingin lagi berada dalam situasi yang
seperti ini. Sebab, keadaannya sekarang bukanlah apa yang dia harapkan.
Sudah genap 1 bulan
sofia berada di sekolah Nusa Dua Bangsa, dan menurutnya sudah sepantasnya bagi
sofia untuk beradaptasi. Setidaknya sofia sudah mengenal beberapa cewek di
kelasnya. Mereka akan membantu dia untuk beradaptasi dengan mudah.
Ini sudah waktunya bagi
ikbal untuk bisa bersikap tegas kepada sofia. Termasuk menyuruhnya untuk tidak
selalu mengintilinya kemanapun dia pergi.
“sof, mulai besok gue
gak akan jemput lo lagi”
“kenapa?”
“tugas gue udah
selesai. Lo juga udah bisa beradaptasi di sekolah”
“tapi bal”
“udah gak usah tapi
tapian. Kehidupan gue gak hanya mikirin lo doang kan”
“bal, tapi gue sayang
sama lo”
“sof, sadar dong sof.
Gue udah punya pacar”
“tapi pacar lo gak
peduli sama lo. Gue yang peduli sama lo”
“dia bukan gak peduli.
Dia sekarang lagi marah sama gue. Dan itu wajar”
“tapi bal”
“udah ya. Gue mohon
sama lo”
Ikbal keluar dari
mobilnya begitupun juga sofia, tanpa menoleh sedikitpun ikbal langsung pergi
meninggalkan sofia. Ini membuat hati sofia menjadi sangat kesal.
Ia berfikir apa
kurangnya dia. Cantik ia, perfeksionis iya. Kurang apa lagi coba.
Kok bisa mau sama cewek
sederhana yang setiap harinya Cuma naik sepeda doang ke sekolah. Bener bener
diluar nalar sofia.
Ini membuat sofia ingin
sekali melabrak Jenni dan mencakar cakar mukanya agar ikbal tidak lagi mau pada
Jenni. Tanpa berfikir panjang ia menuju ke kelas Jenni.
Jenni yang duduk santai
bersama dengan cika dan memulai obrolan ringan tiba tiba kaget bukan main.
Sofia yang tiba tiba masuk dan menarik rambut Jenni membuat situasi kelas
menjadi tegang.
“awwww” Jenni menjerit
kesakitan
“eh pelakor. Lo sadar
gak lo tuh gak pantes buat ikbal”
“lo apaan sih. Sakit”
“masih berani gak ngaku
lo. Pake pelet apa lo sama ikbal”
“lo ngomong apa gue gak
ngerti”
Cika berusaha
melepaskan cengkraman tangan sofia yang begitu kuatnya sehingga membuat jenni
meringis kesakitan. Usaha cika sia sia saja. Ia terus saja menjambak rambut
panjang Jenni seakan akan seperti macam yang sedang mengamuk.
Melihat hal tersebut,
ada satu teman yang kemudian memberitahu ikbal akan kejadian itu. Ikbal yang
sedang duduk santai bersama dengan teman temannya langsung bergegas pergi ke
kelas Jenni.
Berusaha melepaskan
cengkraman sofia yang begitu kuatnya. Sedangkan jenni yang tidak bisa melawan
dan hanya bisa menangis di perlakukan se memalukan itu.
“dasar pelakor lo”
“sofia. Udah lepas”
ikbal mencoba melepaskan tangan sofia
“ikbal” sofia kaget
melihat ikbal ada disana
Sedangkan Jenni hanya
bisa menangis setelah sekian menit di jambak rambutnya hingga meringis
kesakitan.
“bawa tuh pacar lo
pergi. Bikin rusuh aja” ujar cika geram
“lo apaan sih cik. Dia
bukan pacar gue”
Mendengar itu sofia
hanya bisa diam, dan memilih pergi dari kelas Jenni karena tidak ingin imagenya
menjadi jelek di depan ikbal.
Ikbal yang melihat
jenni menangis langsung duduk disampingnya dan mencoba menenangkan.
“gue bukan pelakor”
ucapnya sambil menangis
“udah udah..huussttt”
ikbal meraih jenni dan mencoba memeluknya
“gue bukan pelakor. Lo
tau itu kan”
“udah ya. Tenangin
dulu”
“emang gue pernah
ganggu hubungan lo sama sofia. Ngga kan? Gue bukan pelakor bal”
Ikbal memeluk Jenni
yang masih menangis dan mencoba menenangkannya. Jenni merasakan kehangatan itu
kembali, dia merasa begitu tenang setelah ikbal memeluknya setelah sekian lama
itu tak terjadi lagi.
Tapi tidak lama ia langsung
melepaskan dirinya dari pelukan ikbal. Tidak ingin masalah bertambah runyam.
Jenni mengusap air matanya dan mencoba menenangkan diri.
“udah bal. lo mending
pergi aja” cika menyuruh ikbal pergi
“tapi gue butuh ngomong
sama jenni”
“udah bal. jangan maksa.
Kalau lo sayang sama jenni, please. Kasih dia kesempatan buat nenangin diri
dulu. Kejadian ini gak mudah buat dia”
Ikbal menyetujui
perkataan dari cika. Sebab, ini memang bukanlah hal yang mudah bagi seorang
Jenni. Di permalukan di depan teman satu kelasnya itu menjadi sebuah tontonan
yang sangat tidak layak.
Rasa geram semakin
menjadi jadi dalam hati ikbal kepada sofia. Jika saja sofia itu laki laki maka
ingin saja dia meninjunya dan membuatnya babak belur. Sayangnya dia hanya
wanita dan juga anak dari rekan bisnis ayahnya.
Ikbal tidak mau karena
kemarahannya maka ayahnya yang kena getahnya. Sebab, ikbal tahu kalau sofia
adalah anak tunggal dari pak santoso. Jadi mau bagaimanapun pasti dia akan di
perlakukan selayaknya seorang putri ratu oleh ayahnya.
Rasanya memang tidak
mudah berada dalam situasi tersebut. Ada banyak hal yang berkecamuk dalam
diamnya itu. Perasaan marah, kesal, dan juga perasaannya yang tidak karuan
melihat Jenni di perlakukan tidak adil.
Namun mau bagaimana
lagi?
Nasi sudah menjadi bubur.
Semuanya sudah terjadi. Masalah sudah semakin runyam dan ini menjadi babak baru
dalam permasalahan cintanya bersama dengan jenni.
Malam itu perasaannya
semakin tidak karuan. Ia tidak bisa tidur semalaman memikirkan tentang
hubungannya bersama dengan jenni. Ia memutuskan untuk mengirimkan pesan.
Setidaknya meskipun nantinya tidak ada balasan, namun sedikit ada kelegaan
dalam pikirannya.
‘malam jen’
Tidak ada balasan
Kurang lebih 15 menit
setelah mengirim pesan, ikbal kembali mengirim pesan
‘jen?’
‘hmmm’
‘kok gak dibales pesan
gue tadi?’
‘gue lagi sibuk’
‘sibuk ngapain?’
‘kepo lo’
Tidak ada balasan
lanjutan dari ikbal, dan kemudian jenni memutuskan untuk pergi istirahat. Dia
tidak ingin nantinya dia tambah di cap sebagai pelakor oleh pacar baru ikbal.
Namun setengah jam
kemudian ikbal kembali mengirimkan pesan kepada Jenni.
‘Jen’
‘Jen’
‘Jen’
‘Apa?’
‘gue kagak bisa tidur’
‘terus?’
‘gapapa sih. Kalau lo
gak sibuk gue telfon ya’
Jenni tidak menjawab
pesan yang ikbal kirimkan terakhir. Namun jari ikbal serasa sangat gatal
rasanya tak bisa di tahan untuk mengubungi Jenni.
Entah ada angina apa,
jenni tiba tiba mengangkat telfon ikbal dan pastinya itu membuatnya sangat
senang. Coba menyapa dan ternyata di jawab tanpa adanya ketegangan dari arah
Jenni.
Sepertinya Jenni sudah
mulai menerima ikbal kembali dan ini menjadi lampu hijau bagi dirinya untuk
maju. Namun, hati manusia tidak ada yang bisa tahu apa yang mereka rasakan.
Ikbal tidak mau terlalu berharap Jenni akan kembali lagi pada dirinya.
Baginya, menjalin pertemanan
kembali bersama dengan Jenni sudah cukup membuatnya merasakan kebahagian. Dia
bahagia akhirnya Jenni mau untuk kembali berbicara dengan dirinya.
Mereka membicarakan
banyak hal dalam telfon tersebut. Mulai dari keadaan ibu, keadaan Jenni, dan
masih ada banyak hal lainnya lagi yang mereka bicarakan.
Jenni juga mengingatkan
bahwa satu minggu lagi adalah acara 100 hari meninggalnya kedua adiknya
tersebut yaitu Amir dan juga Dinda. Tentu saja ikbal adalah orang yang tidak
akan pernah melupakan acara peringatan kematian kedua adik dari Jenni tersebut.
Pembicaraan mulai
melebar dan sepertinya es yang dulunya sudah seakan akan membeku kini mulai
terasa cair. Canda tawa hangat mulai terdengar di seberang telepon. Namun ada
yang terlintas dalam benak Jenni yang mulai merasa penasaran akan hubungan
antara sofia dengan ikbal.
“oh iya bal. Lo gak
bakalan di amuk sofia kalau telepon gue?”
“emang kenapa? Lo takut
ya”
“ya iyalah. Bukan Cuma
takut aja, dia udah kayak macam kelaparan”
“hahahaha…gue bilangin
sofia lo ya”
“eh jangan jangan. Lo
mah bocor orangnya. Gue tutup ya teleponnya”
“becanda doang kok”
“emang kalau gue
beneran pacaran ama sofia lo gak marah?”
“ngga lah. Kita kan
udah selesai. Ngapain marah”
“lo gak cemburu gitu?”
“ngga lah. Ngapain juga
cemburu. Kayak cowok Cuma lo doang di dunia ini”
“yakin?”
“ihhhh.. lo ribet amat
sih, tinggal jawab iya apa ngga”
“ya sebenarnya sih
sofia gak punya hak buat marah ke gue. Karena dia itu Cuma anak rekan kerja
bokap gue”
“oh jadi….. kalian?”
“ya ngga lah. Gue gak pacaran
sama dia”
Jenni tersenyum
mendengar suara dari telepon ikbal yang mengatakan bahwa ternyata tidak ada
hubungan apapun antara ikbal dengan sofia. Ini tentu saja membuat jenni merasa
lega.
Sebab, jujur ataupun
tidak. Jenni masih memiliki rasa kepada ikbal yang tidak lagi dapat di pungkiri
mau bagaimanapun caranya. Meskipun rasa kecewa karena dia hanya menjadi bahan
taruhan tapi dari sikap ikbal kepadanya dia bisa merasakan cinta.
Itulah yang hingga
sekarang ini masih melekat dalam hati Jenni dan ingin rasanya untuk kembali
menjadi pacar dari ikbal. Namun, rasa gengsi dan juga ego yang tinggi membuat
jenni tidak berani mengungkapkan perasaannya saat ini kepada ikbal.
Ia memilih untuk
mengikuti alur dan menikmati masa masa kedekatannya kembali bersama dengan
ikbal.
Mereka berdua ngobrol
panjang lebar hingga setidaknya sudah sampai pada pukul 22.30 WIB. Tidak terasa
mereka menghabiskan waktu 1 jam setengah hanya untuk ngobrol ngalor ngidul
tentang segala hal.
Rasa ngantuk mulai
terdengar dari seberang telepon sana. Ikbal menyuruh Jenni untuk tidur saja
agar besok tidak terlambat pergi ke sekolah.
“Jen”
“hmmm”
“lo udah ngantuk?”
“belo,,,mmmmm”
“lo bobok gih. Udah
malem”
Tiba tiba terdengar
hembusan nafas jenni seperti layaknya orang yang sudah tertidur pulas. Ikbal
memang sengaja tidak mematikan teleponnya karena ingin mendengar hembusan
nafasnya. Mungkin itu bisa menjadi obat tidur yang dapat membuatnya terlelap
dan merasakan nyenyaknya tidur malam itu.
Mungkin itulah yang
dinamakan cinta, rasanya apapun kelakuan orang yang kita cintai telah menjadi
obat penawar bagi lara yang sedang dialami. Itulah yang mungkin ikbal alami
sekarang ini.
Hembusan nafas Jenni
mungkin akan menemani tidurnya di malam hari dan ini menjadi sebuah keuntungan
tersendiri bagi ikbal. Dia bisa tertidur lelap dan tidak mengalami insomnia
malam itu.
Ya, begitulah indahnya
cinta. Serasa semuanya menjadi lebih indah dari apa yang kita bayangkan..
Jenni tidak sadar bahwa
dirinya tidur sembari memegang handphone yang ternyata masih tersambung
teleponnya dengan ikbal. Jenni mencoba untuk menyapa orang yang ada di seberang
telepon sana. Ingin menanyakan apakah ikbal sudah bangun ataukah belum.
“haloo”
“halloo”
Masih tidak ada sautan.
Ternyata ikbal masih tidur dan belum bangun, sebab semalam dia tidur pukul
23.00 WIB pas setengah jam setelah jenni tertidur.
Jenni mematikan
teleponnya yang masih tersambung tersebut dan kemudian bersiap untuk pergi ke
sekolah. Hari ini mata pelajaran matematika dan pastinya gurunya sangat kiler
sekali, sehingga dia tidak boleh telat ke sekolah.
Ternyata bukan hanya
pak wiwik yang menjadi ancaman bagi seorang Jenni. Ini juga berkaitan dengan
guru matematika yang terkenal akan ke kilerannya.
Jenni memilih untuk
tidak sarapan karena dirinya sudah telat berangkat ke sekolah dan memilih untuk
tidak sarapan. Tentu saja sang ibu yang tanggap dengan tingkah Jenni yang
seperti itu langsung mengambilkannya bekal untuk di makan di sekolah.
Sesampainya di sekolah
jenni sama sekali tidak melihat ikbal seliweran. Entah ada apa yang terjadi,
atau mungkin ikbal sedang latihan basket.
Jenni mengirimkan pesan
kepada ikbal karena takut jika dia menghampiri ikbal nantinya sofia bakal
mengamuk lagi.
‘bal’
‘hmmm’
‘lo tumben amat gak
seliweran, lagi latihan basket ya?’
‘iya gue lagi main
basket nih diatas kasur’
‘ngacok. Serius dong’
‘gue lagi sakit sayang’
‘loh sakit apa? Udah
minum obat? Udah periksa’
‘perhatian banget sih’
‘beneran gue nanyak
ini?’
‘gapapa kok mungkin
Cuma kecapean aja’
‘yaudah istirahat’
‘lo gak mau jenguk
gue?’
‘gue aja kagak tau
rumah lo dimana?’
Tiba tiba ikbal
mengirim lokasi rumahnya dan ini menjadi skakmat untuk seorang Jenni. Mau tidak
mau sepulang sekolah dia harus menjenguk ikbal dirumahnya.
Bel pulang sekolah
berbunyi
Ini menjadi tanda bagi
jenni untuk segera menjenguk ikbal ke rumahnya. Rasa deg degan mulai muncul
dalam hati Jenni. Selama ini Jenni belum pernah bertemu dengan orang tua dari
ikbal, apalagi status keluarga mereka berbeda.
Rasa takut bercampur
aduk dalam hati jenni dan membuatnya serasa tidak ingin pergi kerumah ikbal.
Namun wa dari ikbal yang terus memintanya untuk datang menguatkan dirinya untuk
segera datang ke rumahnya.
Ternyata apa yang jenni
bayangkan tidak sesuai dengan kenyataannya. Kenyataannya mama ikbal begitu
ramah kepada Jenni. Sejak kedatangannya ia sudah disambut hangat oleh mama
ikbal.
Ya memang sudah
seharusnya begitu, ikbal yang merupakan anak semata wayang dari mereka selama
ini tidak pernah membawa wanita kerumah. Baru kali ini ada wanita yang datang
kerumahnya dan ingin menjenguk ikbal.
Sambutan hangat sudah
barang tentu harus mereka berikan karena bagaimanapun ini adalah kali pertama
ada teman wanita ikbal yang datang kerumah.
Ikbal turun kebawah
untuk menemui Jenni yang sedari tadi mengobrol panjang lebar dengan sang mama.
Perasaan senang muncul dalam hati ikbal melihat jenni datang untuk menjenguknya
kerumah.
Melihat sang anak sudah
turun, mama Rose kemudian meninggalkan mereka berdua untuk berbincang bincang.
Sebab, ia masih ada urusan diluar dan harus segera di selesaikan.
“tante keluar dulu ya
sayang”
“iya tante”
“ikbal awas, gak boleh
nakal ya”
“he’emmm”
Mama Rose yang diantar
oleh supirnya kemudian keluar meninggalkan rumah dan mulai melakukan aktivitas
kerjanya kembali. Sedangkan ikbal hanya ditinggal berdua saja bersama dengan
jenni.
Ya, sebenarnya tidak
berdua sih. Ada bik inah yang ada dirumah itu, serta juga tukang kebun yang
sedang membersihkan taman belakang rumah.
“Lo kapan dateng”
“agak tadi sih. Lo
gimana? Udah baikan?”
“iya udah. Tapi masih
sakit lagi nih”
“kalau masih sakit ayo
periksa”
“gak usah. Dokter gue
kan udah datang”
Dengan kepolosannya
Jenni menjawab “oh disini ada dokter juga?”
Ikbal tersenyum dan
mengorek dahi Jenni menandakan bahwa Jenni kurang cerdas dalam hal ini.
“duhh sakit”
“ya maaf maaf. Habisnya
lo polos banget sih”
“yak an gue nanyak
emang ada dokternya juga dirumah ini”
“iya ada. Nih
dokternya”
Ikbal menunjuk pada
arah jenni yang membuat jenni bereaksi. Satu pukulan meluncur pada bahu ikbal
yang membuatnya meringis kesakitan. Tidak hanya itu saja, jenni juga mencubit
bagian perut ikbal dan membuatnya meminta ampun pada jenni.
“awww..awww..Jen gue
kan yang sakit. Kok gue yang diamuk”
“biarin, lo nakal”
“ehh ehh.. ampun ampun.
Gue bilangin kak seto lo ya”
“gue laporin lo ke
komnasham..weekkkkk”
Mereka berdua saling
pukul pukulan satu dengan yang lainnya dan tertawa bersama. Ini membuat
keduanya merasakan apa yang sebelumnya sudah hilang.
Pandangan cinta antara
keduanya kembali hadir dan pastinya ini menjadi hal yang paling Jenni rindukan,
apalagi untuk seorang ikbal. Ada banyak hal yang pastinya ingin mereka ulangi
kembali dan bisa membuat mereka merasakan kebahagiaan.
Nuansa itu tiba tiba
hilang saat jenni teringat bahwa sang ibunda membawakannya makan unuk sarapan.
Kebetulan saat itu dia sedang sangat lapar karena sejak pagi belum menyentuh
makanan sama sekali.
Ia membuka tasnya dan
mengeluarkan bekal yang ada didalamnya. Membuka penutup wadah bekalnya dan
kemudian ingin merasakan kenikmatan masakan sang ibunda.
Ikbal yang melihat
makanan bawaan Bu sari ternyata juga ingin mencicipinya dan serasa ludahnya
sudah ngences banget. Meminta Jenni untuk menyuapinya.
“Jen, suapin dong”
“enak aja. Ini kan gue
yang dibawain sama ibu”
“yaelah. Gue kan sakit
jen. Butuh nutrisi yang banyak”
“bilang aja ngarep buat
di suapin”
Jenni kemudian
menyodorkan satu sendok makanan ke mulut ikbal dan kemudian ikbal menganga
dengan senangnya. Menyuapi ikbal sembari makan sendiri untuk dirinya hingga
kemudian bisa kenyang keduanya.
Jenni tidak sadar bahwa
ikbal yang memainkan handphone tersebut ternyata mengambil angle terbaik untuk
mempotret Jenni. Mungkin itu adalah foto pertama Jenni pada handphone ikbal dan
ingin ia abadikan sebagai latar belakang handphone.
Tapi ternyata jenni
menyadari hal tersebut dan kemudian mengambil handphone yang ikbal mainkan.
Ternyata ada foto jenni yang barusan ikbal potret tanpa meminta ijinnya
terlebih dahulu.
Jenni meminta ikbal
untuk menghapus foto tersebut karena gak sopan kalau mempotret orang tanpa
minta ijin.
“hapus gak foto itu”
“ngga ah.. sayang. Gue
Cuma punya ini aja tau”
“ya tapi kan gak sopan
bal foto orang tanpa ijin”
“yaudah gue minta ijin
ya gue mau foto lo”
“gak boleh”
“nah itu gue minta ijin
malah gak boleh”
Akhirnya jenni
menyetujui ikbal untuk mempotret dirinya. Namun, pada bagian terakhir ikbal
memaksa jenni untuk foto berdua. Ini menjadi sebuah foto pertama mereka berdua
dan harus di abadikan.
Tentunya tanpa basa
basi ikbal langsung mempostingnya pada instagram yang pastinya akan semua orang
ketahui. Ini tentunya membuat sofia juga mengetahui foto yang ikbal post pada
instagram miliknya.
Tidak terasa hari sudah
mulai menjelang jam 14.00 WIB dan ini pastinya membuat Jenni harus segera
pulang kerumahnya. Ia berpamitan pada ikbal yang masih sibuk memainkan
handphone miliknya.
“bal gue pulang ya”
“he’em”
“taruh dulu ah
handphonenya” Jenni merampas handphone ikbal dan menaruhnya di meja
“entar dulu ah, gue
lagi liatin foto kita”
“perezz lo. Yaudah ah
gue balik dulu”
Jenni keluar dari rumah
Ikbal dan menelusuri jalanan untuk kemudian pulang ke rumahnya. Namun, di
tengah jalan ia terhenti tatkala ada segerombolan preman yang mencoba untuk
mengganggu dirinya.
Betapa takutnya Jenni
mengalami kejadian yang tidak pernah ia sangka sangka sebelumnya. Ini menjadi
sebuah hari buruk bagi dirinya karena tidak di sangka sangka bisa di hadang
oleh para preman.
Ternyata para preman
itu merupakan suruhan dari sofia yang meminta para preman itu untuk memberikan
pelajaran kepada jenni. Namun, Allah masih menyayangi Jenni, ada seorang laki laki
yang mungkin seumuran atau bisa jadi lebih tua setahun dari dirinya.
Lelaki itu menghajar 3
preman yang tadinya menghadang jenni. Betapa leganya dia bisa mendapatkan
kesempatan untuk tetap hidup.
“lo gak papa kan?”
tanya laki laki tersebut kepada jenni
“ngga gak papa. Makasih
ya”
“iya sama sama. Lain
kali hati hati ya. Sekarang emang udah jamannya”
“oh ya kenalin. Gue
Jenni”
“Eko”
Mereka berdua saling
berjabat tangan dan berkenalan satu dengan yang lainnya yang ternyata eko
adalah murid dari SMA pelita. Ya, SMA pelita yang merupakan saingan dari SMA
Nusa Dua Bangsa.
Sebagai ucapan
terimakasihnya Jenni mengajak eko untuk makan terserah eko mau makan dimana.
Eko yang sebenarnya tidak enak dan tadinya menolak tentu dengan terpaksa
menerima ajakan dari Jenni.
Karena Jenni sudah
memberitahu bahwa eko bebas ingin makan dimana saja tentu ekolah yang memilih
tempat makannya. Namun, siapa sangka ternyata eko juga menyukai tempat makan
ayam goreng kesukaannya bersama dengan keluarganya.
Mereka banyak bercerita
sembari makan makanan yang sudah di siapkan oleh abang penjualnya. Perbincangan
dimulai oleh Jenni.
“lo suka makan di
tempat kayak gini”
“iya, emang kenapa?”
“ya gapapa. Ini
sebenernya juga jadi tempat favorit gue sama keluarga”
“ohhh” eko
menganggukkan kepalanya dan kembali menyantap makanannya
“btw lo anak Nusa Dua
Bangsa kan?”
“kok tau?” jawab Jenni
“iya gue sempat liat lo
pas pertandingan kemarin”
“oh lo.. pemain basket
juga”
“kurang lebihnya sih
gitu”
“mmmmm.. yay a ya”
Oke semuanya sudah
habis dan sekarang saatnya bagi mereka untuk pulang dan beristirahat di rumah
masing masing. Eko yang masih khawatir jikalau nantinya ada yang mengganggu
jenni lagi memutuskan untuk mengantarkannya pulang sampai rumah.
Awalnya Jenni menolak
tawaran dari eko untuk mengantarkannya sampai di rumah karena takut nantinya
malah menjadi merepotkan. Namun eko dengan santainya menjawab kalau memang
merasa tidak enak ya kapan kapan boleh lah traktir lagi.
Mendengar jawaban dari
eko tersebut sontak membuat Jenni tersenyum dan mengiyakan tawaran eko untuk
mengantarkannya pulang sampai kerumah. Mereka mengemudikan sepedanya masing
masing.
Jenni menaiki sepeda
pedal yang ia naiki, sedangkan eko membawa motornya dengan pelan membuntuti
Jenni. Sampai pada rumah sekitar pukul 18.00 WIB yang kurang lebihnya
bertepatan dengan ba’da maghrib.
Sang ibu yang sejak
tadi telah menunggu Jenni pulang kemudian keluar dan menanyakan kemana saja
Jenni dari tadi siang.
“Jen, kok sampai malam
pulangnya”
“iya bu, tadi ada
preman yang ngadang Jenni”
“yaAllah tapi kamu gak
papa kan nak?”
“gapapa kok buk. Oh ya
kenalin ini eko. Tadi dia yang nolongin Jenni”
“hallo tante. Eko”
Senyuman hangat dari bu
Sari memberikan kesan ramah kepada eko yang merupakan teman baru dari Jenni. Bu
sari mengajak eko untuk makan malam bersama dengan keluarganya dan sebentar
saja beristirahat.
Namun ajakan bu Sari
eko tolak dengan alasan tadi sudah makan bersama dengan Jenni. Akhirnya eko
berpamitan ke bu Sari dan pulang kerumahnya.
Disisi lain ada ikbal
yang sejak tadi sore mulai mengkhawatirkan Jenni. Sebab, pesannya tidak sama
sekali Jenni baca sejak sore tadi. Ya, bagaimana Jenni mau membaca pesan dari
ikbal sedangkan keadaannya tadi sangatlah genting.
Belum sempat jenni
untuk membuka handphone bahkan membalas pesan dari ikbal. Jenni saja yang baru
pulang rumah langsung di perintahkan oleh ibunya untuk membersihkan badannya
dengan mandi dan kemudian diminta untuk makan malam.
Barulah setelah selesai
makan malam Jenni bisa membuka handphonenya, dan ternyata sudah ada setidaknya
10 pesan masuk, dan 5 panggilan tak terjawab. Jenni membalas pesan dari ikbal
sekilas dan kemudian meletakkan handphonenya kembali pada meja.
Rasa lelah setelah
seharian full dia tidak menikmati kasur empuknya membuatnya langsung terlelap
begitu saja tanpa memikirkan apapun juga. Sedangkan ikbal yang senang karena
jenni tidak apa apa kemudian tidak ingin mengganggunya malam ini.
Ikbal ingin agar Jenni
bisa beristirahat dengan nyaman agar besok tidak kembali terlambat datang ke
sekolah. Begitu perhatiannya ikbal kepada Jenni hingga ia rela menurunkan
egonya untuk tidak mengganggu Jenni terlebih dahulu.
‘kring kring kring’
Bunyi alarm kembali
berbunyi di kamar Jenni dan membuatnya terbangun setelah semalaman suntuk ia
tertidur pulas. Ia melihat handphonenya dan tidak ada jawaban kembali dari
ikbal.
Jenni memutuskan untuk
langsung mandi dan bersiap untuk berangkat sekolah. Namun, betapa kagetnya dia
saat mengetahui bahwa ternyata ikbal sudah ada di meja makan bersama dengan
sang ibu.
“yaampun. Kaget gue. Lo
udah kayak jin aja ya. Nongol gak bilang bilang”
“hussttt.. ayo kita
makan” bu Sari mencoba menengahi
Setelah selesai makan
kemudian ikbal berpamitan kepada bu Sari begitupun juga Jenni. Sampai diluar
rumah Jenni mengambil sepedanya dan ingin pergi ke sekolah menaiki sepeda
pedalnya itu. Namun ikbal yang mulai kesal tentunya langsung mengemposkan
sepeda jenni agar tidak lagi menggunakan sepedanya.
“nah, dah selesai”
“lo apa apaan sih.
Jadinya kemps kan”
“ya terus?”
“y ague gak bisa ke
sekolah”
“ya kan ada gue”
“terus tiap hari gue
harus nunggu lo jemput gitu?”
“ahhh... lo kebanyakan
cing cong. Mau ikut gak?”
“gak gue naik angkot
aja”
“lo kalau naik angkot
jam segini pasti bakalan telat ke sekolah”
Akhirnya karena Jenni
takut nantinya malah berhadapan dengan pak wiwik yang super galaknya maka
langsung mengiyakan ajakan ikbal. Ikbal melihat tingkah laku jenni langsung
tersenyum puas dan juga lebar.
Perjalanan dari rumah
Jenni ke sekolah tentunya hanya perlu ditempuh dalam waktu 10 menit jika
menaiki mobil. Tentu ini membuat Jenni maupun ikbal tidak lagi telat untuk
datang ke sekolah. Setidaknya hari ini mereka aman dari pak wiwik.
Sofia yang memang sejak
awal sudah tidak suka dengan jenni kemudian membuat drama baru yang justru
menyulitkan Jenni. Dengan dramanya tersebut ia berhasil membuat Jenni di
panggil ke ruang BK.
Sofia mencoba
menghampiri Jenni dan meminta maaf seakan akan ia yang bersalah dalam hal ini.
Jenni yang begitu polosnya langsung saja mau memaafkan sofia dan menerima
uluran tangan yang sofia berikan.
Namun siapa sangka
ternyata sofia membalikkan keadaan dan memposisikan Jenni sebagai orang yang
telah menamparnya. Hingga guru BK datang dan menuduh jenni telah melakukan
tindak kekerasan di sekolah.
“Jenni. Kamu tahu kan
disini bukan tempat tawuran”
“pak tapi saya gak
ngelakuin itu”
“terus apa? Kamu tadi
jelas jelas nampar sofia. Kalau orang tuanya sampai tau gimana?”
“pak saya beneran gak
salah pak”
“sudah cukup. Sekali
lagi kamu ngelakuin kekerasan lagi di sekolah ini saya tidak segan segan
memanggil orang tua kamu kesini”
Jenni hanya bisa
terdiam, dan guru BK memintanya untuk keluar dari ruangannya. Memang ini
menjadi sebuah situasi yang sulit bagi Jenni.
Marah, kesal, dan juga
bingung bergabung menjadi satu dalam benaknya. Ia tidak tahu kenapa sofia
melakukan hal tersebut padahal sebelumnya sofia sudah meminta maaf kepada
dirinya.
Ikbal dengan sigap
menunggu di depan ruang BK hingga Jenni keluar. Jenni berusaha menjelaskan
bahwa dirinya tidak bersalah. Ikbal yang tahu mengenai kelicikan dari sofia tentu
sangat mempercayai Jenni, ia sangat paham bahwa dalam hal ini jenni tidak
bersalah. Berusaha menenangkannya memang menjadi sesuatu hal yang seharusnya.
Sepulang sekolah ikbal
berniat untuk mengantar Jenni pulang namun ternyata Jenni sudah tidak ada di
sekolah. Sepertinya Jenni berusaha menghindar dari seorang ikbal.
Jenni sedang menunggu
angkutan umum di halte dekat sekolah. Tidak sengaja eko lewat dan kemudian
memutuskan untuk berhenti di halte. Mencoba memberikan tumpangan kepada Jenni.
Namun, sayangnya Jenni
menolak tumpangan yang diberikan oleh eko. Ia memilih untuk naik angkutan kota
saja, namun ternyata pas jenni mau masuk dalam angkot sudah penuh penumpang.
Ini membuat jenni memilih untuk mengalah dengan yang lainnya dan berniat
menunggu angkutan yang lainnya.
Namun tanpa berbasa
basi eko langsung memberikan helmnya dan menyodorkannya pada Jenni. Sofia yang
kebetulan akan keluar dari gerbang sekolah bersama supirnya melihat situasi
tersebut dan menjadikannya sebagai sebuah kesempatan.
Tanpa segan ia memvideo
kejadian tersebut dan kemudian mengirimkannya kepada ikbal.
‘dreett.. dreeet’
Tiba tiba handphonye
bergetar, menandakan ada pesan masuk.
Melihat video Jenni
sedang menerima helm dari laki laki lain dan kemudian berboncengan dengan laki
laki tersebut sontak membuat Ikbal cemburu. Tentu saja seperti di terbakar api
di siang bolong, ia berusaha menghubungi Jenni namun tidak tersambung juga.
Tanpa berfikir panjang
tentunya ikbal memutuskan untuk langsung datang ke rumah Jenni dan menunggunya
di rumah.
Ya namanya juga cinta.
Pastinya apapun akan ia lakukan untuk mempetahankan Jenni menjadi miliknya.
Bahkan ada pepatah mengatakan, sebelum janur kuning melengkung semuanya masih
bisa berubah.
Bagian 5
Ternyata ikbal sampai
lebih dahulu dibandingkan dengan Jenni, ini menjadi sebuah kesempatan bagi
dirinya untuk memergoki dengan laki laki tersebut. Perasaan cemburu tentu sudah
menyelimuti dirinya. Seakan akan dia ingin langsung menghajar sang pria dan
mengatakan untuk tidak lagi dekat dekat dengan Jenni.
Tak lupa ikbal
mengucapkan salam kepada bu Sari dan menunggu Jenni di dalam rumah. Tapi tak
lama ikbal duduk dan mengobrol dengan ibunya tiba tiba terdengar suara motor,
dan ini membuat ikbal terbangun.
Ia langsung
memposisikan dirinya dan keluar dari dalam rumah Jenni berniat untuk menyapa
sang pria.
“lo” Jenni kaget ada
ikbal
“hallo bro, lo pemain
basket dari SMA pelita itu kan?”
“iya bener”
“waahhh.. kebetulan nih
bro, kenalin gue Ikbal pacarnya Jenni” menyapa sok akrab kepada eko
Jenni berbisik kepada
ikbal “lo kok ngomong pacar gue sih”
“bro lo gak mau masuk
dulu?”
“oh gak usah. Gue
langsung pulang aja” jawab eko “Jen gue duluan ya”
“iya hati hati” belum
sempat Jenni melambaikan tangan ikbal sudah meraih tangannya.
Perdebatan mulai
terjadi antara ikbal dan juga Jenni. Seperti biasa mereka beradu mulut dan
berdebat seakan masing masing adalah yang paling benar.
Tapi sebenarnya jika di
pikir pikir tentunya pertengkaran yang terjadi antara keduanya dapat dikatakan sangatlah
lucu. Adu mulut yang seakan akan menampakkan bahwa mereka adalah anak kecil
membuat bu Sari hanya bisa tersenyum.
Inilah yang biasa
terjadi pada anak muda yang sedang terlibat percekcokan dalam percintaan
mereka. Gemas sekali melihatnya..
Video yang sofia
kirimkan ternyata berbalik membuat ikbal kemudian semakin dekat dengan Jenni.
Bosa katakana bahwa rencananya kali ini gagal 100% karena Ikbal dan juga Jenni
tidaklah bertengkar.
Bu sari menyiapkan
makan malam untuk Jenni dan juga ikbal dan mereka berdua mencoba membantu sang
ibu untuk masak. Ternyata ikbal yang sebelumnya belum pernah sama sekali
memotong apapun itu, termasuk juga tomat begitu kesulitan melakukannya. Sampai
sampai jarinya tersayat oleh pisau dapur yang ia gunakan untuk memotong. Hal
tersebut tentu membuat Jenni sangatlah takut dan spontan melakukan hal yang
dianggapnya benar.
Jenni meraih tangan
ikbal dan mencucinya pada wastafel. Namun darah masih terlihat mengucur dari
jari ikbal yang membuatnya dengan spontan langsung mengecupnya. Ini merupakan
pertolongan pertama yang biasanya orang awam akan lakukan agar darahnya bisa
berhenti keluar.
Namun, semua itu
ternyata begitu berharga bagi ikbal. Ingin rasanya setiap hari dia tersayat
pisau agar Jenni bisa bersikap romantis seperti itu kepadanya.
“masih sakit gak?”
“ngga”
“beneran?”
“iya kalau di kecup lo
jadi gak sakit”
“dasar lo” menepak jari
ikbal yang tersayat pisau
“awww” terdengar
teriakan ikbal
“eee.. maaf maaf..
yaudah gue ambilin obat merah dulu ya”
Ikbal mengangguk dan
menunggu jenni di ruang tamu rumah tersebut. Jenni dengan segera mengambil kota
P3K yang selalu tersedia didalam rumahnya. Untungnya plaster dan juga obat
merah masih ada di kotak tersebut.
Perlahan Jenni mulai
memberikan obat merah dan diikuti dengan pemberian plaster pada jari ikbal yang
terluka. Ini menjadi sebuah pemandangan yang begitu menyenangkan bagi ikbal
karena bisa melihat cantiknya Jenni ketika sedang cemas.
“gimana udah gak
sakit?”
“udah ngga. Udah
baikan”
“yaudah lo disini aja,
biar gue sama ibu yang masak”
“iya”
Ikbal terpaksa menuruti
keinginan Jenni karena sebenarnya dia juga takut nantinya akan kembali teriris
oleh pisau. Sebab, dia saja tidak tahu bagaimana cara untuk menggunakannya.
Maklum saja, dia adalah
seorang pria dan tidak mungkin melakukan pekerjaan dapur. Apalagi ada bibik
yang selalu siap siaga melakukan pekerjaan rumah, termasuk juga memasak. Jadi
tidak ada kesempatan bagi ikbal untuk belajar memasak.
Semua makanan sudah
siap di meja makan dan dapat mereka nikmati selagi masih hangat, ketiganya
langsung menyantap makanan dan memulai obrolan ringan bersama. Setelah selesai
makan ikbal langsung berpamitan pulang kerumah karena hari sudah mulai malam.
Ia takut nantinya malah kemalaman sampai dirumah.
Sepertinya kedatangan
eko dalam hubungan Jenni dan juga Ikbal menjadi sebuah bumbu yang menambah cita
rasa yang tercipta. Tentu jenni tidak berhak melarang eko untuk bisa menjalin
pertemanan dengan dirinya.
Bagaimanapun juga Jenni
adalah manusia sosial yang juga butuh untuk bersosialisasi dengan orang lain.
Terlepas itu dalam hal pertemanan ataupun percintaan.
Tentu saja ini tidak
sejalan dengan pemikiran Ikbal yang sudah mencium bau bau tidak menyenangkan
pada eko. Rasanya eko sudah mulai menaruh rasa kepada Jenni dan berharap untuk
bisa menjadi pacarnya.
Upaya pendekatan tentu
menjadi sebuah hal wajar yang setiap orang akan lakukan untuk mendapatkan
kesempatan bisa dekat dengan orang tersayang. Itulah yang sekarang ini sedang
gencar eko ataupun ikbal lakukan.
Pagi itu sebenarnya
Jenni sangat malas keluar rumah.
Bayangkan saja, dirinya
harus beraktivitas mulai dari hari senin hingga pada hari sabtu, dan ini
membuat tubuhnya menjadi remuk. Namun, tiba tiba tanpa di sangka Ikbal sudah
mempersiapkan perjalanan yang luar biasa untuk dirinya.
Sebenarnya ingin
rasanya Jenni menolak, namun karena sang ibu yang begitu menyukai ikbal
memaksanya untuk pergi. Dengan sangat terpaksa ia mengikuti kata kata sang ibu
dan mulai melakukan persiapan sebelum kemudian berangkat.
Jenni tidak tahu, akan
dibawa kemana dirinya. Memang sih, suasananya begitu cerah hari ini. Namun, dia
tidak mau menebak nebak ingin dibawa kemana dirinya.
Ikuti alur saja sudah
cukup. Di mobil dia mulai mendengarkan lagu yang menjadi pilihan favoritnya dan
ini membuatnya begitu senang. Ikbal yang kaget mendengar lagu itu juga merasa
bahagia sebab ini merupakan lagu favoritnya juga.
“lo juga suka lagu
ini?”
“iyalah ini lagu
favorite gue tau”
“kalau gitu berarti
sama dong. Ini tuh lagu favorite gue dari SMP”
Mereka berdua bernyanyi
bersama menikmati alunan musik yang di putar pada radio mobil dan ini
mencairkan suasana.
Akhirnya sampai pada
tempat yang sudah di persiapkan oleh Ikbal untuk dirinya dan juga Jenni. Tempat
wisata?
Ya, bisa dibilang
seperti itu. Lebih tepatnya adalah wisata desa kecil yang masih belum begitu
banyak pengunjungnya. Ini merupakan sebuah wisata danau yang masih saja baru di
buka.
Kesempatan pas untuk
mereka mengabadikan moment.
Ikbal mengajak Jenni
untuk duduk pada sebuah bebek bebekan dan mulai mengelilingi danau. Perasaan
sejuk dan juga keindahan alam yang ada disana membuatnya begitu menikmati
liburan tersebut.
Setelah selesai. Mereka
berdua memutuskan untuk membeli sepotong es wawan dan dibagi dua antara satu
dengan yang lainnya.
Ini juga membingungkan
sih. Antara irit atau ingin terlihat romantis. Namun, ini menjadi sebuah
kesempatan besar bagi mereka untuk kembali memulai obrolan.
“seru juga ya disini”
“he’emm”
“lo sering ke tempat
wisata kek gini?” tanya jenni
“gak juga sih. Cuma
lagi pengen aja”
“ohh..”
“pemandangannya bagus
ya. Gimana kalau kita ambil foto”
“ahh ngga ah males”
Jenni menolak
“ayolah Jen. Ini Cuma
buat kita berdua kok. Kapan lagi ya kan?”
“boleh deh”
Mereka mempotret
kebersamaan mereka berdua di tepi danau yang berlatar pepohonan begitu rindang.
Pemandangannya begitu apik sehingga menjadi faktor yang dapat mempengaruhi
kualitas gambarnya.
“bagus juga ya”
“coba mana gue lihat”
“nih, coba lihat. Bagus
kan?”
“iya bagus banget. Gue
minta dong”
“eitss.. gak boleh”
“yaudah sini hapus. Kan
itu ada foto gue”
“yaampun selalu deh lo
ngancem ngancem gue. Iya iya bentar lagi gue kirim”
Foto tersebut dikirim
ke ponsel jenni sehingga saat ini mereka berdua sudah memiliki foto kenangan
satu dengan yang lainnya.
Menikmati pemandangan
yang begitu indah membuat mereka begitu nyaman berada disana. Rasanya tidak
ingin segera pergi pulang dan menikmati malam di pinggiran danau tersebut.
Mereka bercerita
mengenai banyak hal termasuk juga terucap kata maaf dari mulut ikbal yang
selama ini belum bisa ia ungkapkan. Ini merupakan kesempatan emas bagi mereka
berdua untuk bisa meluapkan semua yang dirasakan.
Ini juga berlaku untuk
jenni. Ia menumpahkan segala keluh kesahnya tentang ikbal yang sudah membohongi
dirinya. Padahal sebenarnya ikbal sudah tahu kalau Jenni paling tidak suka jika
dirinya dibohongi.
Ikbal memeluk jenni
yang meluapkan emosinya pada hari itu, seakan tidak tahu harus bagaimana lagi
untuk menenangkan hatinya. Tentu melihat Jenni menderita sama halnya seperti
ikbal melukai dirinya sendiri.
Jenni masih nyaman
berada di pelukan ikbal. Namun, sore sepertinya tidak mau berkompromi dengan
mereka berdua.
“Jen”
“hmmm”
“pulang yuk. Udah sore,
nanti loe dicariin sama ibu”
“masih nyaman”
“besok besok gue janji
kita bakal kesini lagi. Ya?”
“beneran?”
“iya beneran”
“lo gak bakal bohongin
gue lagi kan?”
“ngga dong. Yaudah ayo
pulang”
Tanpa berfikir panjang
keduanya langsung berdiri dan bergegas masuk mobil untuk kemudian melanjutkan
perjalanan pulang. Namun di tengah jalan, jenni mulai merasa kelaparan dan ini
membuat perutnya menjadi sakit.
Ikbal yang begitu
khawatir tentunya memutuskan untuk memarkirkan mobilnya dulu ingin mengecek
keadaan dari Jenni.
Jenni hanya mengatakan
bahwa dirinya saat ini sudah lapar, dan biasanya kalau dia sedang lapar
perutnya akan terasa sakit. Ikbal kemudian langsung mengemudikan mobilnya
kembali menuju pada sebuah warung makan pecel lele yang ada di sekitar sana.
Sebenarnya memang sudah
ada niatan ikbal ingin membawa Jenni pada warung kaki lima penjual ayam goreng
kesukaan mereka berdua. Namun, sepertinya untuk bisa sampai disana masih cukup
jauh dan ini akan membuat Jenni semakin tersiksa.
Sampai pada warung
tersebut ikbal langsung memesan dua lalapan ayam beserta juga teh hangat yang
akan membuat perut Jenni membaik. Ikbal menyodorkan teh hangat tersebut untuk
Jenni minum agar dapat menetralisir rasa sakit pada perutnya itu.
“gimana? Udah baikan?”
“udah mendingan”
“maaf ya gue telat bawa
lo buat makan. Sebenernya gue…”
“udah ini bukan salah
lo kok. Gue aja yang bandel”
“bandel gimana?”
“ya bandel aja,
sebenarnya gue gak bisa es. Tapi tadi gue pengen banget makan es wawan. Dan
posisinya gue belum makan..hehe”
“jen. Lo gak boleh
kayak gitu dong. Lo harus perhatiin juga kesehatan”
“iya iya”
“yaudah maem dulu. Biar
gak tambah sakit”
Keduanya menikmati
lalapan ayam goreng yang mereka pesan dan semua pesannya ludes habis dimakan
oleh Jenni. Sebenarnya yang dipesan bukan hanya lalapan ayam goreng saja, namun
juga udang krispi, jamur krispi, dan juga rempelo hati.
Melihat begitu lahapnya
Jenni menyantap makanannya tersebut itu membuat ikbal begitu senang melihatnya.
Wajah menggemaskan Jenni ketika makan selalu menghipnotis dirinya dan
memberikan nuansa baru bagi penglihatannya.
Ya, begitulah cinta.
Ini membuat semua orang menjadi buta karena cinta. Meskipun terlihat Jenni
sebagai seorang wanita memiliki hoby untuk makan dalam porsi banyak, namun ini
bukan masalah bagi ikbal. Dia menyukai semua yang ada pada diri jenni dan tidak
ingin ada yang dirubah dari diri wanita pujaannya itu.
Setelah selesai makan
mereka langsung memutuskan untuk pulang kerumah. Hal itu mereka lakukan karena
tidak ingin membuat bu sari menjadi khawatir.
Setidaknya mereka
sampai di rumah pada pukul 18.15 WIB yang berarti bahwa waktu belum begitu
malam. Namun, dirumah ternyata sudah ada eko yang menunggu kepulangan jenni
dengan membawakan martabak sebagai sogokan untuk ibunya.
Ikbal yang melihat hal
tersebut lantas menjadi sangat kesal dan sudah tahu akan akal bulus dari eko
yang ingin selalu mencari perhatian. Namun, ia tidak dapat berbuat apa apa.
Sebab, sekarang ini jenni bukan lagi sebagai pacarnya.
Jadi sudah sepantasnya
ikbal juga memberikan ruang bagi eko untuk mendekati jenni. Dia tidak bisa
memaksakan semua keinginan yang ada dalam hatinya. Karena itu akan membuat
semua orang merasa tidak nyaman nantinya.
“yaudah gue pamit ya
jen” ikbal memutuskan untuk pulang
“loh ikbal mau kemana?
Gak disini dulu?” jawab ibu
“gak bu. Udah malam.
Dirumah juga ada mama sama papa baru pulang. Takutnya dicariin”
“oh yaudah. Salam buat
papa dan mama kamu ya”
“iya bu” mencium tangan
bu sari
Tanpa berlama lama
ikbal langsung membalikkan badan dan menuju ke mobilnya. Namun, saat akan masuk
mobil tiba tiba jenni mengejarnya. Satu dua kata yang jenni ucapkan sudah
membuat hatinya menjadi berbunga bunga.
‘terimakasih untuk hari
ini’
Ya itu kata kata yang
memang selalu ingin ikbal dengar dari mulut jenni. Sebab, kebahagiaan jenni
merupakan hal yang paling penting untuk dirinya.
Bahkan jika boleh.
Ikbal ingin berkorban jiwa dan raganya hanya untuk membahagiakan Jenni.
“hati hati ya”
“iya. Gue balik dulu
ya”
“he’emm. Sampai jumpa
besok”
“bye”
Ikbal masuk kedalam
mobilnya dan melaju pulang kerumahnya karena tidak ingin berlama lama berada di
rumah jenni. Karena terlalu lama berada dirumah jenni dengan situasi dimana ada
eko disana justru membuat hatinya menjadi terbakar api cemburu.
Sampai dirumah ingin
rasanya ikbal beristirahat dengan tenang dan menikmati kasur empuknya itu.
Namun, semuanya serasa tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan.
Orang tuanya memang
tidak memikirkan tentang apa yang ia rasakan dan ini menjadikan ikbal selalu
tidak kerasan berada dirumah. Rasanya ingin pergi jauh dan tidak ingin kembali
kerumah itu lagi.
Terdengar suara
teriakan dan juga percekcokan yang memang selalu rutin terjadi dalam keluarga
ikbal. Meskipun sudah terbiasa namun ikbal juga manusia biasa yang memiliki
emosi didalam dirinya.
Mendengar percekcokan
yang rasanya tidak akan pernah usai membuat ikbal begitu geram dan memutuskan
untuk turun kebawah. Menyuruh kedua orang tuanya untuk menghentikan pertengkaran
tersebut.
Namun, keduanya semakin
menjadi. Pasalnya, sang ayah yang merupakan pengusaha sukses terciduk oleh
mamanya sedang melakukan hubungan intim bersama selingkuhannya. Sontak ini
membuat mama Rose begitu marah sejadi jadinya. Begitupun sebaliknya, sang ayah
yang merasa tidak bersalah dengan apa yang sudah dilakukannya justru balik
menyalahkan mama Rose.
Papanya menyalahkan
mama Rose yang selalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak pernah mengurus
keluarganya. Ia terlalu sibuk dengan karir sehingga suaminya tidak pernah
terurus baik dari segi fisik ataupun rohaninya. Kepuasan biologisnya akhir
akhir ini tidak terpenuhi karena mama Rose terlalu sibuk dan sering pergi ke
luar kota.
Percekcokan yang sudah
mencapai puncak klimaks tentunya membuat sang ayah justru menjadi tidak
terkendali.
‘bugggg…’
Ikbal melihat sendiri
mamanya di pukuli oleh papanya dan ini menjadi hantaman besar bagi dirinya.
Seakan tidak diberikan
ampun oleh sang ayah, mama rose terkapar lemas di lantai setelah babak belur
dipukuli oleh sang ayah. Ikbal yang melihat semua itu sontak terbakar emosi dan
mulai membenci sang ayah.
Seorang ayah yang
selama ini selalu dia jadikan sebagai panutan sudah berani menyakiti wanita,
dan wanita itu adalah mamanya.
“mama”
Ikbal langsung berlari
kea rah sang mama dan menelfon ambulan untuk segera di bawa kerumah sakit.
Sang ayah yang tersadar
akan perbuataannya itu sontak langsung meminta maaf kepada ikbal dan juga sang
istri.
“ikbal. Maafin papa
nak. Papa gak sengaja”
“papa bilang gak
sengaja? Papa bener bener keterlaluan”
“ikbal maafin papa.
Tolong”
“stop pa. stop jangan
buat drama baru lagi. Ikbal udah capek”
“rose bangun. Aku minta
maaf” berpindah memegang tangan mama rose
“cukup pa. sekali lagi
papa nyentuh tangan mama. Ikbal akan beri pelajaran ke papa. Camkan itu” ikbal
menunjuk muka sang ayah dengan penuh amarah.
Rasanya tidak percaya
ayah yang selama ini selalu dia sayangi dan hormati tega berbuat serendah itu.
Memang keluarganya tidak pernah akur selama ini, namun bukan berarti sang ayah
bebas memperlakukan mamanya seperti apa yang di inginkan.
Ambulance datang dan
segera membawa mama rose yang sudah sedari tadi terkapar dengan luka lebam pada
bagian tubuhnya. Ikbal menemani sang mama untuk dibawa kerumah sakit dan ini
menjadi malam yang berat bagi dirinya.
Sebab, terjadi
pembekuan di kepala mama rose dan membuatnya harus segera di operasi malam itu
juga. Bagaimana tidak terjadi pembekuan? Ayahnya dengan sangat keras
membenturkan kepala mama rose pada tembok.
Ikbal menjadi
penanggung jawab dari tindakan operasi yang harus segera diambil untuk mamanya
tersebut. Ia rasa tindakan ini sudah
sangat tepat untuk menyelamatkan nyawa mamanya yang begitu ia sayangi selama
ini.
Tidak
ikhlas rasanya jika melepaskan mamanya pergi saat ini.
Bagian 6
Semuanya telah berubah,
kehidupan ikbal, kebahagiaannya dan segalanya sudah berubah. Ia sudah menjadi
seorang anak yang harus dengan sekuat tenaga menjaga sang mama yang sekarang
ini sedang berada dalam masa masa kritisnya.
Pagi itu ikbal
memutuskan untuk tidak masuk sekolah karena ingin menunggu sang mama untuk
memastikan keadaannya hingga siuman. Jenni sama sekali tidak melihat ikbal di
sekolah dan ini membuatnya kembali merasa khawatir.
Sofia yang saat ini
masih belum menyukai jenni terlihat begitu ketus menjawab setiap pertanyaan
jenni mengenai ikbal.
“sofia. Tunggu”
Sofia membalikkan
badannya dan terlihat wajahnya menjadi masam
“sof. Gue boleh nanyak
gak?”
“nanyak apalagi lo?”
“sebenarnya hubungan lo
sama ikbal itu gimana sih?”
“anjing. Gue gampar lo.
Udah sana pergi sebelum gue emosi”
“tapi sof..”
“gue bilang pergi ya
pergi” sofia mulai menggerutu akibat dari pertanyaan Jenni yang seperti menekan
dirinya.
Jenni yang tidak ingin
mencari keributan dengan sofia memutuskan untuk mengalah dan tidak melanjutkan
pembicarannya. Mendengar ucapan dari sofia tersebut jenni yakin bahwa ikbal
tidak ada hubungan apapun dengan sofia.
Ini bisa dipastikan
dari omongan sofia barusan. Tentu ini membuat hati seorang jenni lega karena
tidak ada penghalang yang dapat memisahkan kisah cinta mereka berdua. Jenni
mulai mencari ikbal dan memutuskan untuk membicarakan hal penting dengannya.
Jenni mulai menanyakan
pada teman teman terdekat ikbal saat ini dan tidak ada satupun yang tahu ikbal
dimana. Ini membuatnya menjadi bingung dan tidak tahu harus berbuat apa sebab
ikbal juga tidak dapat dihubungi.
Ia berencana sepulang
sekolah nanti akan pergi kerumah ikbal dan membicarakan hal penting tersebut
secepatnya. Namun, jika dirinya langsung pergi kerumah ikbal maka nantinya akan
terasa tidak nyaman.
Sebab, jenni sendiri
belum terlalu dekat dengan orang tua ikbal dan tidak tahu harus berbicara apa
jika mereka bertemu. Terpaksa jenni menunggu hingga esok paginya ikbal masuk
sekolah dan kemudian membicarakan hal penting yang harus segera mereka
bicarakan.
Namun hingga beberapa
hari ia menunggu ikbal masuk sekolah ternyata tidak muncul batang hidungnya
juga.
Cika yang melihat jenni
begitu galau dan hanya mengaduk ngaduk makanan yang telah dibelinya di kantin memutuskan
untuk memulai pertanyaan
“lo kenapa sih jen?”
“ehh. Ngga gapapa kok”
“gue perhatiin beberapa
hari ini lo galau banget”
“sebenernya ini tentang
ikbal”
“ikbal lagi? Kan lo
udah selesai sama dia”
“ya justru itu. Selama
ini gue tuh salah paham sama dia”
“salah paham gimana?”
“udah lah lo gak akan
ngerti. Makan aja, nanti keburu gak enak”
Mereka berdua
menghabiskan beberapa suapan makanan tersebut dan kemudian memutuskan untuk kembali
ke kelas.
Disisi Ikbal masih
dengan setia menunggu dan menemani sang mama yang sekarang ini sedang terbaring
koma di rumah sakit. Ia berharap jika mamanya bisa segera pulih dan dapat
kembali bersamanya.
Begitu hancur hati
ikbal menerima kenyataan bahwa keluarganya tidak seindah apa yang ia bayangkan
selama ini. Sosok ayah yang selama ini begitu ia agung agungkan ternyata adalah
manusia yang tidak punya hati.
Beberapa hari ini ikbal
memang tidak pernah pulang kerumah dan memutuskan untuk tetap berada di rumah
sakit apapun yang terjadi. Ia tidak ingin meninggalkan mama Rose yang sekarang
ini sedang membutuhkan dirinya.
Namun hari ini seakan
akan keajaiban datang.
Mama rose mulai sadar
dan perlahan membuka matanya.
Tentu ini menjadi kabar
yang begitu menggembirakan bagi ikbal dan pastinya ia sontak langsung memanggil
dokter. Ucap syukur selalu ia panjatkan karena mamanya sudah berhasil keluar
dan berjuang pada masa masa sulitnya.
Setelah dokter
melakukan beberapa pemeriksaan ternyata tidak ada kendala apa apa dan semuanya
aman. Namun memang mama rose membutuhkan istirahat yang cukup. Sebab,
kondisinya masih begitu lemah.
“ma”
“hmmm”
“gimana rasanya? Ada
yang sakit”
“gak ada sayang”
“yaudah mama istirahat
dulu ya. Ikbal tebus obat dulu”
“he’emmm”
Ternyata pada apotek
rumah sakit sendiri ada salah satu obat yang tidak ada dan ia harus menebusnya
diluar rumah sakit. Ia berjalan menelusuri trotoar menuju pada apotek dekat
dengan rumah sakit.
Dalam perjalanannya ia
teringat dengan Jenni yang selama beberapa hari ini memang tidak mendengar
kabar tentangnya. Mencoba meraih ponsel pada sakunya, namun sayang seribu
sayang. Baterai ponselnya ternyata sudah beberapa hari yang lalu habis dan
ikbal tidak menyadarinya.
‘Pantas saja tidak ada
bunyi ponsel’ gumamnya dalam hati
Setelah selesai membeli
beberapa obat ikbal langsung kembali pada rumah sakit karena khawatir sang mama
membutuhkan sesuatu.
Ikbal mulai menyuapi
sang mama dan memberikan obat yang harus di konsumsi oleh mama rose. Barulah
setelah semuanya selesai ikbal duduk di sofa rumah sakit dan mencargher ponsel
yang sebelumnya kehabisan baterai.
Mulai di aktifkanlah
ponsel yang sebelumnya kehabisan baterai dan ternyata ada pesan wa masuk dari
Jenni. Berulang ulang kali ternyata beberapa hari ini Jenni berusaha
menghubungi Ikbal namun tidak berhasil.
Melihat beberapa pesan
yang Jenni kirimkan tentunya membuat dirinya tersenyum sendiri melihat tingkah
Jenni yang begitu menggemaskan.
Coba menghubungi Jenni
karena memang beberapa hari ini sudah tidak lagi mendengar suaranya yang begitu
merdu terdengar di telinga ikbal.
“halo”
“halo bal, lo kemana
aja sih”
“gue disini jen”
“ihhh gue gak lagi
becanda ya”
“iya kenapa cantik?”
“gue beberapa hari ini
khawatir tau sama lo”
“emang gue kenapa?”
“ya lo gak ada kabar.
Ngilang gitu aja. Emang lo kemana sih? Disekolah juga gak ada”
“lo kangen ya am ague”
“iihhhh.. jawab dulu lo
kemana”
“Gue sekarang ada
dirumah sakit”
“lo sakit? Sakit apa?”
“bukan gue. Tapi mama”
“tante rose. Sakit apa
bal?”
“panjang ceritanya Jen”
“yaudah lo juga jaga
kesehatan ya. Oh ya, gue boleh kesana gak?”
“udah gak usah. Besok
juga udah pulang kok”
Mereka berbicara
panjang lebar dan terdengar suara bu Sari yang memanggil Jenni untuk keluar
dari kamarnya. Jenni terpaksa harus mengakhiri perbincangannya di telepon
bersama dengan ikbal.
Jenni keluar dari
kamarnya dan menghampiri sang ibu yang memanggilnya sedari tadi. Ternyata
diluar ada eko yang menunggunya.
‘oh my god’
Hari ini jenni sangat
malas untuk bertemu dengan siapapun. Perasaannya juga khawatir kepada ikbal
yang hanya seorang diri menemani mama Rose.
“hai jen. Apa kabar?”
“hee.. baik. Lo apa
kabar?”
“baik juga. Gue ganggu
gak?”
“nggak kok. Emang lo
ada perlu apa?”
“rencananya hari ini
gue mau ngajak lo nonton”
“tapi gue lagi banyak
tugas sekolah hari ini. Maaf ya”
“bentar aja kok”
“emmmm..yaudah deh gue
siap siap dulu ya”
Jenni memutuskan untuk
jalan bareng dengan eko yang sebenarnya tidak dia harapkan sama sekali. Ini
menjadi sesuatu hal yang benar benar tidak ia inginkan.
Bagaimana tidak?
Ikbal yang sibuk
mengurus mama rose yang sedang sakit di rumah sakit, sedangkan jenni malah
pergi berkencan bersama eko. Rasanya tidak adil.
Jenni serasa tidak
betah menonton film yang di tontonnya bersama eko. Sedangkan eko terus mendekat
pada jenni dan berusaha mencari celah untuk bersikap romantis.
Hingga pada suatu
adegan eko dengan berani mencium Jenni dan membuat jenni menjadi sangat marah.
Tidak segan segan Jenni menampar eko yang sudah bertindak kurang ajar terhadap
dirinya.
Terdengar suara
tamparan keras melayang dari tangan jenni
“kurang ajar lo ya”
“apa sih jen?”
“lo masih bilang apa?
Lo nyium gue tanpa seizin dari gue”
“yaudah lah jen. Kan
Cuma nyium doang”
“lo tuh emang bener
bener bajingan ya”
“yaudah gue minta maaf
ya”
“gue
mau pulang. Hiks hiks hiks” jenni menangis sampai sesenggukan
Sementara itu ikbal
kembali mengurus mamanya yang masih terlihat lemah di ranjang rumah sakit.
Selayaknya anak yang baik dan selalu memberikan support kepada sang ibu maka
itulah yang ikbal juga lakukan.
Jenni yang sudah sampai
dirumah langsung pergi menuju kamarnya dan menangis sejadi jadinya. Rasanya ia
telah di rendahkan oleh seorang eko yang baru saja dia kenal tidak lama.
Sungguh, rasanya
perlakuan eko dan juga ikbal sangatlah berbeda jauh. Rasanya tidak ada orang
lain yang bisa membuat jenni merasa sangat terhormat dan juga bahagia kecuali ikbal.
Belum selesai jenni
memikirkan tentang ikbal tiba tiba ponselnya berdering. Ternyata ikbal yang
menelpon dirinya.
“halo”
“hiks hiks hiks”
terdengar suara tangisan jenni
“halo. Lo kenapa jen?”
“gapapa. Cuma kenak
pisau aja barusan”
“kenak pisau masak ampe
sesenggukan gitu?”
“gue benci banget sama
eko”
“kenapa? Ada apa?
Cerita ama gue”
“dia berani kurang ajar
ama gue”
“bangsat emang tuh
anak. Udah lo tenang aja. Gak usah khawatir ya”
“hik hiks hiks” masih
terdengar sesenggukan
“udah. Tidur aja gih
biar tenang, gue temenin deh”
Jenni mulai tenang dan
tertidur didalam tangisannya, sedangkan ikbal dengan emosinya yang sudah
memuncak ingin sekali menghajar seorang eko. Rasanya sudah tidak sabar menunggu
pagi datang dan memberi pelajaran pada si brengsek eko.
Pagi pagi sekali ikbal
sudah pamit kepada mama Rose untuk pergi keluar sebentar dan ternyata ia
menemui eko. Terlihat eko baru saja keluar dari rumahnya untuk menjalankan
rutinitas paginya yaitu berolahraga.
Tidak jauh dari rumah
eko, ikbal turun dari mobil dan langsung menghampirinya untuk memberikan
pelajaran. Agar kemudian dia tidak berani lagi memperlakukan seorang wanita
dengan tidak pantas.
‘brukk’ satu pukulan
melayang dari tangan ikbal
Rasanya tidak puas jika
hanya satu pukulan saja yang melayang dari tangan ikbal. Dia harus benar benar
memberikan efek jera pada eko agar tidak berani lagi mengganggu Jenni.
“hey ada apa ini?”
tanya eko kebingungan
“lo masih tanya ada
apa? Dasar anjing lo”
‘bruk’ pukulan kedua
melayang kembali dan kali ini mengincar bagian perut eko
“kalau lo sampe berani
lagi nyentuh Jenni. Lo bakalan berhadapan sama gue”
Eko hanya bisa terdiam
mendengar perkataan ikbal yang saat ini sedang emosi. Sepertinya satu pukulan
terakhir akan melayang kembali pada wajah eko.
“ini tambahan buat lo
karena udah berani cium Jenni tanpa ijin”
‘bruk..brukkk’
Terlihat eko meringis
kesakitan dan tidak dapat melawan ikbal yang memang menjadi orang yang selama
ini banyak anak SMA takuti. Ikbal pergi meninggalkan eko yang masih meringis
kesakitan dan kembali ke rumah sakit.
Ikbal khawatir karena
mama rose tidak ada satupun orang yang menjaganya. Mulai melajukan mobil menuju
ke rumah sakit.
Namun, betapa kagetnya
ikbal tatkala melihat jenni tengah duduk disamping ranjang kamar tidur mamanya.
Ia bingung, tahu dari mana jenni kalau mamanya sedang dirawat di rumah sakit
ini.
“jen. Lo kok disini?”
“kenapa? Gak boleh?
Tante rose aja bolehin kok”
“ya bukan gitu maksud
gue”
“terus apa?”
“ya lo tau dari mana
kalau mama dirawat disini?”
“dari bibi”
“lo tadi kerumah gue?”
“he’eemmmm”
Jenni mulai menyuapi
jeruk kedua yang sedari tadi ia kupaskan untuk mama rose dan memberikannya
penuh kasih sayang. Sementara ikbal hanya bisa tersenyum puas melihat kedekatan
diantara keduanya.
Inilah sosok yang benar
benar ia cari selama ini. Sosok yang selalu menghargai orang tua dan menyayangi
dengan setulus hati. Rasanya tidak ingin kehilangan sosok itu. Sebab, sosok
seperti jenilah yang mampu membahagiakan hidupnya.
Mama rose terlihat
sudah kembali beristirahat dan tertidur pulas. Jenni bersama dengan ikbal
memutuskan untuk pergi ke taman rumah sakit. Mereka duduk pada bangku taman dan
membicarakan banyak hal. Kerinduan diantara keduanya tentu sudah terobati
dengan kedatangan jenni kerumah sakit.
“lo tadi kemana?”
“ada urusan dikit”
“ya kemana?”
“ketemu sofia. Ngapelin
dia” ikbal berusaha untuk membuat jenni cemburu
“ohh.. sofia. Bagus deh
kalau gitu”
“lo gak cemburu”
“ngga lah. Ngapain juga
cemburu. Ya kan” dengan muka sewotnya berusaha menutupi rasa cemburu yang jenni
alami
“ngga kok cantik. Gue
tadi ada urusan bentar”
“iya ngapelin sofia
kan?”
“yaampun. Ngga dong.
Gue kan sayangnya sama lo doang. Lo aja yang gak sayang am ague”
“sayang kok” jenni
keceplosan mengatakan bahwa dirinya juga sayang kepada ikbal
“apa? Gue gak denger”
“iihhhh..”
Mereka berdua tersenyum
dan menikmati angina segar di taman rumah sakit. Sebenarnya hati jenni masih
saja tidak karuan. Ia malu karena sudah mengungkapkan rasa sayangnya kepada
ikbal.
Sedangkan
selama ini dirinya selalu menjaga ego dengan sangat apik. Sehingga tidak ada
yang tahu bahwa dirinya memang benar benar menyukai ikbal.
Hari ini mama Rose
sudah di perbolehkan untuk pulang ke rumah oleh dokter karena kondisinya sudah
jauh membaik saat ini. Kedatangannya di rumah disambut gembira oleh sang ayah
yang berharap mendapatkan maaf dari ikbal dan juga mama rose.
Namun ternyata semuanya
tidak sesuai dengan dugaan. Ikbal dan mama rose justru pulang kerumah itu untuk
mengambil semua barang barang mereka. Keduanya memang sudah memutuskan untuk
pergi dari rumah tersebut dan ingin memulai kehidupan yang baru.
Semua pakaian dan juga
barang barang penting mulai di persiapkan oleh ikbal dan juga sang mama dan
berniat untuk keluar dari rumah. Sang ayah masih saja terus berharap istri dan
juga anaknya mau memaafkannya dan memulai kehidupan yang baru di rumah itu.
“ikbal, maafin papa
nak”
Tidak ada jawaban dari
ikbal dan terus mengemasi semua barang barangnya.
Namun itu tidak membuat
sang ayah menyerah. Ia pergi menemui istrinya dan meminta maaf atas semua kesalahannya.
Namun juga tidak ada tanggapan.
Ikbal sudah selesai
berkemas dan masuk kedalam kamar sang mama, membantu mamanya mengemasi barang
barangnya.
“Rose. Aku bener bener
minta maaf”
“mas. Udah terlambat,
kita udah gak bisa bersama lagi”
“Rose tapi kita bisa
memulai semuanya dari awal”
“maafin aku mas, aku
gak bisa”
“rose aku janji gak
akan mengulangi kesalahanku”
“mas, kamu bisa berubah
bukan karena aku atau ikbal. Tapi karena dirimu sendiri yang ingin berubah.
Semoga setelah ini kamu menemukan kebahagiaan untuk dirimu sendiri”
Ikbal dan mama Rose
pergi meninggalkan rumah hari itu dan memilih untuk menempati kediaman mama
Rose yang memang selama ini tidak di tempati. Rasanya memang berat, baik untuk
mama rose ataupun sang ayah.
Bagaimana tidak?
Mereka sudah
menjalankan bahtera rumah tangga sejak 20 tahun yang lalu dan memiliki putra
semata wayang bernama ikbal yang saat ini sudah menginjak usia 17 tahun. Ya,
saat ini ikbal sudah kelas 3 SMA dan ini bukan waktu yang sebentar.
Perceraian memang tidak
ada yang pernah mau dan menginginkannya. Namun, layaknya sebuah gelas yang
sudah hancur berkeping keeping. Rasanya akan sangat sulit untuk kembali di
perbaiki menjadi seperti semula.
Daripada nantinya
justru mereka saling menyakiti satu dengan yang lainnya akan jauh lebih baik
apabila keduanya berpisah. Ini juga menjadi langkah terbaik bagi ikbal, dengan
begitu ia bisa memiliki ruang untuk berfikir dan perlahan mulai memaafkan
ayahnya.
Semuanya tergantung
pada masalah waktu saja. Nantinya semua akan baik baik saja. Sebagai seorang
anak ikbal pastinya harus dengan lapang hati memaafkan setiap kesalahan yang
ayahnya perbuat selama ini.
Surat gugatan cerai
sudah melayang ke pengadilan. Semua proses perceraian sudah terlewati dan
tinggal menunggu saatnya untuk ketok palu. Sang ayah yang masih menyesali semua
perbuataannya tentu masih berharap istri dan anaknya bisa kembali ke
pelukannya.
Namun, nasi sudah
menjadi bubur. Semuanya sudah berlalu.
Rasanya perceraian
memang menjadi langkah terbaik untuk keduanya. Karena dengan begitu maka mereka
bisa menghargai diri mereka masing masing. Baik sang ayah ataupun mama rose
pastinya dapat lebih menyayangi diri mereka sendiri.
Nyatanya ikbal sekarang
sudah memiliki pemikiran yang begitu dewasa. Ikbal bisa saja bertindak egois
dan memilih salah satu diantara kedua orang tuanya. Namun itu semua tidak
terjadi. Ikbal tetap memaafkan sang ayah yang sudah menyakiti ibunya.
Jika ada waktu libur,
pastinya ikbal akan selalu mengunjungi sang ayah untuk melihat kesehatannya.
Bisa katakana bahwa ada hikmah di balik itu semua.
Ikbal yang dulunya
tidak pernah akrab dengan mama ataupun papanya, sekarag sudah mulai berubah.
Mereka sering ngobrol dan menikmati waktu yang hanya sedikit dimiliki untuk
bertemu satu dengan yang lainnya.
Ini seakan memberikan
hikmah bagi keluarga ikbal yang sebelumnya tentu tidak akan terfikirkan.
Bagian
7
Jenni seakan mulai
merasakan kembali benih benih cinta yang sebelumnya sudah ia rangkai bersama
dengan ikbal. Ini menjadi sebuah hal yang paling membahagiakan dalam diri
jenni.
Meskipun tidak satupun
yang mengungkapkan perasaannya masing masing, namun keduanya semakin dekat.
Bahkan kedekatannya jauh lebih indah jika di bandingkan dengan saat mereka
masih pacaran dulunya.
Ikbal semakin
memperhatikan berbagai macam hal yang berkaitan dengan jenni, begitupun jenni
yang selali memberikan perhatian kepada ikbal. Ini menjadi sebuah tindakan yang
dilakukan oleh keduanya untuk bisa menunjukkan rasa kasih dan sayangnya
terhadap masing masing.
Besok tepatnya di hari
sabtu-minggu sekolah Nusa Dua Bangsa akan mengadakan camping yang pastinya bisa
di ikuti oleh seluruh siswa. Ini juga termasuk menjadi kesempatan bagi sofia
untuk dapat mendekati ikbal kembali. Karena sofia mengetahui bahwa pada
dasarnya ikbal sudah mendaftarkan dirinya untuk mengikuti camping tersebut.
Padahal, sebenarnya
jenni akan ikut bersama dengan ikbal untuk mengikuti camping yang sekolah
adakan di minggu depan. Memang sebelumnya jenni sempat menolak untuk ikut,
namun karena ikbal memaksa maka jenni memutuskan untuk juga ikut pada acara
camping.
Ini membuat sofia
menjadi begitu geram kepada jenni yang seakan akan selalu mengikuti kemanapu
ikbal pergi. Tidak ada ruang bagi sofia untuk kemudian bisa mendekati sosok
ikbal yang begitu ia sukai tersebut.
Berbagai macam rencana
mulai sofia susun karena ingin membuat jenni dan juga ikbal tidak dapat bersama
pada acara camping besok. Bahkan sofia sempat mencoret nama jenni dari daftar
peserta camping.
Namun, ikbal yang tahu
bahwa nama jenni sudah tidak ada dalam daftar kemudian memperbaikinya dan
mengisi nama jenni pada daftar.
Hari sabtu sudah datang
dan ini menjadi hari H acara camping sekolah. Keberangkatan di mulai pada pukul
10.00 WIB dan dilanjutkan dengan kunjungan terlebih dahulu pada beberapa
tempat. Baru setelah itu menuju pada tempat camping yang sudah sekolah pilih.
Hari ini jenni di
jemput oleh ikbal karena tidak ingin terlambat dan ketinggalan bis untuk pergi
ke tempat camping.
“assalamualaikum”
“waalaikum salam. Eh
ikbal”
“iya bu” ikbal mencium
tangan bu sari
“mau jemput jenni ya?”
“iya bu. Soalnya takut
nanti ketinggalan bis”
“yaudah ibu panggilin
jenni dulu ya”
Ikbal duduk di kursi
ruang tamu rumah jenni dan menunggunya hingga keluar dari kamarnya. Tidak
seperti biasanya, jenni terlihat begitu cantik dengan balutan pakaian santai
yang dilengkapi dengan jaket jeans.
Ikbal yang melihat
penampilan jenni hari itu sontak langsung merasa kaget atas pesona yang jenni
berikan. Ternganga sebentar saja melihat aura dari kecantikan wanita bukanlah
sebuah dosa kan.
“heyyy..heyyy”jenni
melambai lambaikan tangan di depan wajah ikbal
Ikbal masih saja
ternganga melihat kecantikan dari Jenni
“woyyy”jenni menepuk
bahu ikbal dan membuat ikbal menjadi terkaget kaget.
Memang benar.
Penampilan jenni hari itu telah berhasil membius seorang ikbal. Rasanya ingin
lebih lama melihat penampilan yang jenni yang begitu mempesona ini.
Namun pemandangannya
buyar ketika jenni mengageti dirinya.
“astaghfirullah hal
adzim”
“hahaha.. lo kesambet
setan apaan? Sampe bengong gitu”
“ngga gapapa. Lo cantik
banget pakai pakaian itu”
“makasih”
“yaudah kita jalan yuk”
“he’emmnm”
Jenni dan juga ikbal
berpamitan kepada bu sari dan kemudian langsung berangkat ke sekolah, mereka
tidak ingin sampai ketinggalan rombongan dan terpaksa berangkat sendiri. Sebab,
tahu sendiri kan kalau misalnya ikbal sendiri sangat malas untuk menyetir dalam
jarak tempuh yang cukup jauh.
Mereka berdua langsung
sampai tepat waktu dan bis ternyata belum berangkat. Disamping itu pak wiwik
mengabsen seluruh siswa yang mengikuti camping pada hari itu.
Setelah melalui proses
absensi maka semua siswa langsung masuk kepada bus yang sudah di siapkan oleh
pihak sekolah. Ikbal dan juga jenni yang masuk paling terakhir tentunya tidak
mendapatkan bangku yang kosong kecuali bergabung dengan yang lain.
Ternyata cika sudah
menyiapkan satu bangku kosong di sebelahnya untuk jenni. Sedangkan sofia juga
sama, menyediakan bangku kosong di sebelahnya agar dapat berdekatan dengan
ikbal selama didalam bus.
Namun, akal dari ikbal
tidak mati sampai disitu saja. Dia meminta cika untuk pindah agar duduk bersama
dengan sofia. Awalnya sofia menolak, namun karena ikbal memohon akhirnya dia
mau juga berpindah ke kursi sofia.
“nah, bisa duduk bareng
juga kita”
“lebay deh”
“geser dikit dong”
“iya ini gue geseran”
Bus mulai melaju kearah
puncak tempat dimana mereka akan melaksanakan camping sekolah. Di perjalanan
tentunya tidak mungkin jika semua anak masih terbangun. Pastinya ada satu atau
dua anak yang kelelahan dan tertidur didalam bus. Ini juga terjadi pada jenni
yang mulai tertidur pulas.
Kepalanya mulai oleng
dan tidak tahu harus menyandarkan kepalanya dimana. Melihat hal tersebut
tentunya ikbal langsung berinisiatif untuk memberikan bahunya sebagai tempat
bersandar. Keduanya mulai tertidur dan tidak menyadari bahwa sebentar lagi
sudah akan sampai pada tempat tujuan.
Terdengar alunan musik
yang mulai siswa lainnya lakukan dan ini mulai membangunkan jenni dari
tidurnya. Perasaan senang dan juga bahagia bisa tidur di pundak ikbal
membuatnya tersenyum tanda tersipu malu.
Pemandangan alam yang
ada di sekitarnya mulai terlihat begitu mempesona. Perlahan jenni mulai
membangunkan ikbal agar tidak kehilangan moment perjalanan mereka.
“bal, ikbal. Bangun.
Pemandangannya bagus nih”
“eehhhh…”ikbal mulai
membuka matanya dan mengucek ngucek tanda ingin menyegarkan diri
Keduanya mulai melihat
keluar kaca dan melihat pemandangan luar yang begitu indah. Ternyata jalan
menuju puncak di penuhi dengan suhu yang begitu dingin.
Ini terlihat dari
adanya embun yang menempel pada kaca bus yang mereka tumpangi. Perlahan ikbal
meraih jemari jenni. Jenni merasa kebingungan dengan apa yang dilakukan oleh
ikbal.
Ternyata ikbal meraih
telunjuk jenni dan di genggamnya bersama denga jemarinya. Mulai meletakkan
tangan mereka di kaca dan menuliskan I love J yang mengartikan bahwa ikbal
mencintai jenni.
Senyum bahagia mulai
terpancar dari wajah jenni yang melihat moment moment tersebut tentunya. Tidak
sampai disitu saja, keduanya mulai menggenggamkan tangan mereka dan duduk
semakin berdekatan.
Jenni kembali
meletakkan kepalanya di pundak ikbal sedangkan ikbal dengan malu malu mencium
tangan jenni. Rasanya mereka sudah kembali akur dan ini menjadi sebuah kabar
baik untuk hubungan mereka.
“Bal”
“hemmm”
“hidup itu aneh ya”
“aneh gimana?”
“aneh aja. Lucu”
“ya maksudnya gimana”
“ya ngga. Lo tau
sendiri kan sofia jauh lebih cantik di bandingin gue. Tapi…”
“dasar oon..” ikbal
mengacak ngacak rambut jenni
“ikbal. Ihhh kesel gue”
“lo tuh berbeda jen. Lo
gak sama seperti sofia, ataupun yang lainnya”
“gak samanya gimana?”
“lo punya apa yang
tidak wanita lain miliki. Itu yang membuat diri lo cantik di mata gue”
Ikbal langsung memeluk
jenni yang duduk di sampingnya dan mereka berdua mulai memandangi pemandangan
yang berada di luar jendela bus. Ahhh.. rasanya seperti mimpi jenni dan ikbal
yang dulunya sudah mengalami lika liku hubungan yang begitu rumit sekarang
malah kembali bersatu.
Tau
sendiri lah jenni sampai minum obat tidur karena frustasi atas masalahnya
bersama dengan ikbal. Tidak hanya sampai disitu saja, bahkan dia sampai
dilarikan ke rumah sakit.
Mereka sampai di tempat
camping yang letaknya berada di puncak bogor dan ini menjadi perjalanan yang
begitu menyenangkan bagi semua siswa. Mereka semua begitu menyukai kegiatan
camping ini karena ada banyak sekali hal yang bisa dilakukan.
Para siswa laki laki
mulai membangun tenda untuk tempat mereka beristirahat, sedangkan siswa
perempuan menyiapkan keperluan makan mereka untuk nanti malam.
Semua siswa bekerja
sama dalam camping ini dan berbaur satu dengan yang lainnya.
Malam itu setelah
selesai menyalakan api unggu tiba saatnya untuk melaksanakan jurik malam. Ini
membuat semua siswa merasakan ketakutan yang sama. Berjalan di tengah kegelapan
menelusuri hutan yang pastinya akan membuat bulu kudu mereka berdiri.
Ikbal berjalan
beriringan bersama dengan jenni, sedangkan sofia di belakang mulai membuntuti
mereka. Rasanya sofia sudah seperti detektif yang ingin selalu mencari tahu
mengenai hubungan dari jenni dan juga ikbal.
Namun, bagaimanapun
sofia melakukan caranya untuk mendekati ikbal dan menyingkirkan jenni tidaklah
bisa dilakukan. Sebab, memang ikbal sama sekali tidak melirik dirinya apalagi
tertarik pada sosok seorang sofia.
Tentunya ini membuat
sofia mulai menyerah dan memilih untuk kembali ke tenda. Namun di tengah
perjalanan ternyata ia nyasar dan mulai mencari arah untuk pulang. Ketakutan
mulai ada dalam hatinya dan ini menjadi hal yang paling dia benci.
Berjalan menelusuri
hutan, namun tiba tiba ia merasakan benturan dari arah belakang. Mencoba
membalikkan badan pelan pelan. Dannnnnnn….
“aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa”
sofia menjerit ketakutan, begitupun raihan
“lo. Ihhh dasar” sofia
mulai memukul raihan
“apaan sih”
“lo buntutin gue kan”
“eh gue itu disini
nyasar. Dan ini mau cari jalan keluarnya”
“helehhhh.. bilang aja
lo mau mesum kan disini”
“yaudahlah terserah lo.
Gue duluan”
“ehhh.. ehhh..gue ikut”
“katanya gue mesum”
Sofia mulai membuntuti
raihan yang mencoba mencari jalan keluarnya. Mereka menelusuri setapak demi
setapak jalanan di hutan. Hanya berpegangan pada lampu senter kecil yang mereka
punya mulai menelusuri semua jalanan yang ada disana.
‘ssssttttttttttttttt’
seperti ada suara ular di sekitar sana
“sof. Lo jangan
bergerak”
“kenapa?”
“udah jangan banyak
omong. Gue bilang jangan bergerak ya jangan bergerak”
Raihan kemudian meraih
kepala ular yang mulai mendekat kearah sofia dan akhirnya tertangkap juga.
Mulai ia lemparkan ular tersebut sejauh jauhnya agar tidak membahayakan mereka
berdua.
Melihat aksi
penyelamatan yang raihan lakukan pada dirinya membuat sofia begitu kagum
terhadap sosoknya. Rasanya ingin mendekati raihan saja, daripada ikbal yang
selama ini tidak pernah berbuat apa apa untuk dirinya.
Hingga mereka menemukan
jalan menuju tenda dan bisa kembali berkumpul bersama dengan teman teman yang lainnya.
Camping malam itu sungguh berjalan dengan sangat lancar. Ada banyak sekali
acara yang dilakukan dan pastinya sangat seru untuk semua siswa ikuti.
Disisi lain jenni dan
juga ikbal yang menikmati keindahan malam itu tentunya menjalin keromantisan bersama.
Mereka mulai merajut asmara yang telah lama tertunda tersebut.
“Bal. Malam ini indah
ya”
“iya. Coba lihat
disitu”
“itu namanya bintang
jatuh. Lo bisa minta apapun keinginan yang belum tercapai”
“serius?” tanya jenni
“serius”
Jenni langsung
memejamkan matanya dan memulai pemintaannya didalam hati.
“lo minta apa?”
“gue minta supaya kita
gak terpisah lagi. Kalau lo?”
“gue minta apapun yang
lo minta semoga terkabul”
Mereka berdua kembali
menikmati indahnya malam yang mungkin tidak akan pernah terlupakan tersebut.
Tidak lupa keduanya mendengarkan lagu favorite yang menjadi pilihan jenni dan
juga ikbal selama ini. Mendengarkan melalui headset yang membuat keduanya
begitu menikmati setiap lantunan lagu tersebut.
Rasanya
tidak ingin malam itu cepat berlalu karena begitu nyaman dan juga sejuk suasana
yang membuat mereka semakin dekat. Namun putaran rotasi bumi memang akan terus
terjadi dan pagi pasti akan datang.
Semua siswa telah
menyelesaikan kegiatan camping hari itu dan kembali ke rumah masing masing, begitupun
juga ikbal bersama dengan jenni. Setelah berpamitan ikbal langsung pulang
kerumahnya dan ingin rasanya untuk beristirahat.
Ternyata mama rose
sudah memasakkan menu spesial kesukaan dari ikbal yang pastinya selama ini
sudah jarang ia masakkan untuk anak kesayangannya tersebut. Disamping itu
tentunya ada beberapa hal yang harus mereka bicarakan berdua.
Ikbal duduk di meja
makan dan mulai menyantap setiap masakan yang mama rose buatkan untuk dirinya.
Rasanya sudah lama tidak menikmati menu masakan tersebut. Dengan lahapnya ikbal
menyantap setiap sendokan makanan yang masuk ke mulutnya.
Sembari makan mama rose
mulai membicarakan hal yang serius kepada ikbal. Ini terkait dengan
kepindahannya ke bandung karena masalah pekerjaan. Perlahan mama rose mulai menjelaskan
semua kepada ikbal dan ini membuat ikbal tidak menemukan pilihan lain.
“ikbal. Kalau
seandainya kita pindah ke bandung gimana?”
“tapi ma. Kenapa harus
pindah? Ikbal suka kok disini”
“gini. Mama ada
pekerjaan tetap di bandung dan harus pindah kesana. Kalau ikbal sendirian
disini kan nantinya mama gak akan fokus kerjanya nak”
“emang kapan kita mau
pindah?”
“rencananya hari kamis”
“kok mendadak banget
sih ma. Seharusnya kan jauh jauh hari udah di omongin”
“sebenernya mama juga
baru dapat panggilan nak. Jadi gak ada pilihan lain”
Ikbal hanya terdiam
memikirkan bagaimana nasib percintaannya bersama dengan jenni. Rasanya tidak
mungkin ia meninggalkan jenni sendirian. Karena baru saja mereka kembali dekat
dan menjalin asmara seperti dulu.
Tapi mau bagaimana
lagi. Hidup adalah pilihan.
Semuanya tergantung
pada waktu. Sekuat apapun mereka mempertahankan hubungan pastinya akan terlepas
juga jika takdir tak menghendaki.
Ingin rasanya ia
menelpon jenni dan menyampaikan bahwa dirinya akan pindah ke bandung kamis nanti.
Namun, perasaan cemas dan juga tidak tega membuatnya mengurungkan niatnya untuk
menelpon.
Ini membuat dirinya
begitu galau segalau galaunya. Sebab, tidak ada yang bisa membuatnya begitu
bahagia kecuali sosok jenni. Ini membuatnya menjadi tidak karuan.
Pagi itu ikbal tidak
masuk sekolah dan di wakilkan oleh mama rose yang pergi ke sekolah untuk
mengurus kepindahan sekolah ikbal. Sedangkan ikbal mengurus perlengkapan kepindahan
mereka menuju ke bandung.
Tidak lupa juga ia
menuliskan secarik surat untuk jenni.
Hari itu ikbal ingin memberikan surat itu sendiri
kepada jenni. Namun sayang seribu sayang, ternyata jenni belum juga pulang
kerumah.
Kurang lebih selama satu jam ikbal menunggu di rumah
jenni dan menantikan kepulangannya. Namun, ternyata semuanya tidak sesuai
harapan.
Akhirnya ikbal memberikan surat itu kepada bu Sari
dan berharap Jenni akan membaca suratnya tersebut.
“ibu, kalau gitu saya pulang dulu ya”
“loh mau kemana? Jenni kan belum pulang”
“gapapa bu. Saya titip ini ya bu untuk jenni”
“oh yaudah. Kamu hati hati ya dalam perjalanan”
“iya bu. Assalamualaikum” mencium tangan bu sari
“waalaikum salam”
Ikbal langsung
melanjutkan perjalannya menuju ke bandung. Semua barang barangnya sudah siap
dan bersama mama rose ia pergi ke bandung. Sebenarnya kepindahannya ini sangat
sulit bagi dirinya. Sebab, dia tidak ingin meninggalkan jenni sendirian di
Jakarta.
Disamping itu jenni
yang mulai membuka surat dari ikbal tentu akan menangis melihat isi yang ikbal
tuliskan.
Dear
Jenni..
Jen, gue gak bisa
mengungkapkan apa yang ada dalam hati gue saat ini. Gue seneng, bahagia bisa
kembali menjadi pacar lo.
Jen, gue selalu
mengharapkan kebahagiaan dalam kehidupan lo. Namun, saat ini gue belum bisa
mewujudkannya.
Keadaan membuat gue
harus bisa menentukan sikap. Sebagai anak laki laki satu satunya gue tentu
harus selalu berada di sisi nyokap gue.
Hari ini gue pindah ke
bandung.
Gue gak bisa janji apa
apa sama lo. Tapi satu hal yang pasti, nanti gue pasti balik.
Jika ada sisa harapan
di hati lo. Tolong tunggu gue.
Selalu bahagia ya. Jaga
kesehatan.
Jangan lupa, lo harus
kejar mimpi lo bahkan keujung dunia sekalipun.
Gue sayang banget sama
lo.. love you
Ikbal,
Ini memang benar
tulisan tangan dari ikbal, namun rasanya masih tidak percaya bahwa ikbal akan
pergi meninggalkan dirinya. Mencoba untuk menghubungi ikbal karena khawatir
ikbal ternyata hanya mengerjai dirinya. Namun, memang benar nomor ikbal tidak
dapat dihubungi dan ini menjadi guncangan kuat bagi seorang jenni.
Namun hidup ini
pastinya akan terus berlanjut. Jenni hanya memegang satu hal dari ikbal yang
ditulis dalam suratnya itu. Ia pasti akan menunggu ikbal. Bahkan jika bisa
sampai dia menjadi keriput sekalipun.
Mulai saat ini jenni
harus belajar giat demi janjinya kepada dirinya sendiri dan juga kepada seorang
ikbal. Jenni harus bisa mengejar mimpinya dan bisa membahagiakan semua orang
yang dia sayangi.
Kehidupan terus
berjalan dan tiba saatnya bagi jenni untuk menerima surat kelulusannya.
Ternyata dia lulus ujian sekolah, disamping itu juga dia lolos dalam tes
seleksi bidikmisi yang di selenggarakan oleh pemerintah.
Ini menjadi kabar yang
begitu mengembirakan baik untuk dirinya ataupun untuk sang ibu. Rasanya tidak
hanya ibu sari saja yang ingin dia berikan kabar gembira itu, namun juga ikbal.
Tapi sayangnya hingga
saat ini ikbal masih belum dapat dihubungi dan membuat jenni harus bisa menahan
untuk memberitahukan akan kabar gembira tersebut.
Bagian 8
Sudah
kurang lebih selama satu tahun ikbal meninggalkan jenni dan tidak terdengar
kabar sedikitpun juga. Namun, selama itu pula jenni berusaha untuk selalu
menanti ikbal untuk kembali ke pelukannya.
Jenni
yang merupakan mahasiswa dengan beasiswa yang diberikan oleh pemerintah tentu
harus selalu belajar giat agar ipk.nya tidak turun.
Memang
benar, selama kurang lebih dua semester ini jenni selalu mendapatkan ipk
terbaik di kampusnya dan ini membuat teman temannya bangga. Tidak terkecuali
dengan kakak tingkat yang juga sudah mulai mengagumi sosok jenni.
Reno
yang merupakan senior di kampusnya tentu sudah barang tentu ada banyak sekali
wanita yang menyukainya. Namun, ia masih saja terus mengejar Jenni yang selama
ini tidak merespon perasaan seorang Reno, bahkan jenni hanya menganggap reno
sebagai teman.
“jen.
Nanti malam ada acara gak?”
“gak
ada kak. Emang kenapa?”
“rencananya
gue mau ajak lo ke pensi kampus”
“boleh
juga kak”
“yaudah
nanti gue jemput ya”
“oke”
Sebenarnya
bukan hal yang sulit bagi jenni untuk bisa mendapatkan laki laki yang jauh
lebih tampan dari ikbal. Namun, namanya juga perasaan. Semuanya tidak dapat di
paksakan.
Bagaimanapun
jenni masih menyimpan perasaan yang begitu mendalam kepada sosok ikbal yang
selama ini begitu ia cintai. Menunggu ikbal kembali dan memulai kisah yang baru
lagi seperti sebelumnya.
Malam
itu, setidaknya pukul 18.00 WIB tentunya Reno menjemput jenni ke rumahnya dan
berpamitan kepada sang ibu. Sosok Reno yang begitu sopan mengingatkan bu Sari
kepada sosok seorang ikbal.
Jenni
dan Reno pergi ke kampus dan menonton acara pensi sekolah hingga kurang lebih
pukul 21.00 WIB acara telah selesai.
Karena
merasa sudah terlalu malam Reno mengantarkan jenni pulang kerumahnya dan
pastinya akan meminta maaf kepada bu Sari.
“ibu
maaf ya pulangnya kemaleman”
“iya
gapapa. Lain kali jangan terlalu malam ya”
“iya
bu. Yaudah saya langsung pamit ya bu”
“iya.
Hati hati di jalan ya”
Jenni
masuk kedalam kamarnya dan mulai berbaring diatas ranjang tempat tidurnya.
Sembari sesekali melihat ponsel.
Dia
masih saja berharap ikbal akan menghubunginya. Setidaknya hanya untuk
menanyakan kabarnya apakah baik baik saja.
Namun
usahanya sia sia. Ikbal masih belum memberikan kabar kepada dirinya. Hampir
saja harapannya pupus namun masih tetap berdiri tegap menunggu.
Menunggu
bukanlah sebuah hal yang menyenangkan bagi setiap orang karena ini menjadi
sebuah hal yang menantang bagi sosok jenni. Jenni masih kukuh dengan harapannya
bahwa ikbal akan datang mencari dirinya.
“jen”
suara bu sari mengetuk pintunya
“iya
bu”
“ayo
makan malam dulu. Ibu sudah siapin makanan buat kamu”
“iya
bu. Sebentar”
Bu
sari dan juga jenni mulai menikmati makan malam mereka dan memulai obrolan
ringan mengenai bagaimana perkembangan kuliahnya.
“Jenni
gimana kuliahnya? Lancar?”
“iya
bu, lancar. Tapi ya ada lah beberapa kesulitan”
“jangan
terlalu berlebihan ya belajarnya. Kamu juga butuh istirahat”
“iya
bu”
“yaudah
lanjutin makannya. Setelah itu istirahat”
Jenni
mengangguk dan mulai menghabiskan sisa makanan yang ada di piringnya. Ini
membuat perut jenni merasa sangat kenyang dan ingin rasanya istirahat.
Setiap
hari tentunya selalu jenni lewati dengan perasaan yang sama dan juga aktivitas
yang sama pula.
Mungkin
pada hari libur saja jenni menyempatkan waktunya untuk datang berkunjung ke
tempat yang pernah ia kunjungi bersama ikbal. Ia berusaha menikmati pemandangan
indah dari pinggiran danau hingga sore menjelang.
Setidaknya
ini bisa mengobati kerinduannya kepada sosok seorang ikbal yang selama ini
menjadi sosok yang selalu ia rindukan. Ini sudah lebih dari cukup bagi seorang
jenni yang selalu menantikan kedatangan ikbal.
Hari
demi hari jenni lalui dengan perasaan yang begitu tenang dan menjalani
kehidupan seperti biasanya. Kuliah, mengerjakan semua tugas kuliah, berkumpul
bersama teman, dan masih banyak hal lainnya lagi.
Setidaknya
sekarang ini jenni tidak hanya memiliki teman cika saja, bahkan sofia saat ini
telah menjadi teman akrab dari jenni.
Ternyata
sofia dan juga raihan keduanya sudah meresmikan hubungannya seminggu yang lalu.
Kabar itu sontak membuat jenni merasa sangat bahagia.
“sof,
lo beneran jadian sama raihan”
“iya
jen”
“mmmmm..selamat
ya sof. Gue ikut seneng dengernya” jenni memeluk sofia
“makasih
ya jen. Lo gimana?”
“gimana
apanya?”
“masih
aja nungguin ikbal”
“sof
cinta itu tahu kemana arahnya”
“maksudnya?”
“ya
meskipun seandainya ikbal gak datang lagi ke gue. Pasti nanti gue dapat yang terbaik.
Bener kan?”
“ya
bener sih. Tapi gimana caranya kalau lo aja gak mau buka hati lo untuk orang
lain”
“semuanya
hanya masalah waktu aja. Gue masih menikmati kesendirian gue saat ini”
“yaudah
tapi jangan berlarut larut. Nanti lo jadi perawan tua loh”
“kurang
ajar lo”
Jenni
dan sofia berjalan menyusuri koridor kampus ingin menuju ke kelas mereka dan
ternyata raihan sudah menunggu di ujung koridor. Ini membuat jenni kembali
menggoda keduanya yang memang masih baru jadian dan masih berbunga bunga.
“ciee
ciee.. udah di tungguin pangerannya”
“jen
lo apaan sih” berbisik kepada jenni
“udah
sana lo pergi aja sama raihan”
“terus
lo gimana?”
“udah
gue gak bakalan diculik maling kok”
“yaudah
gue duluan ya”
“ya.
Bye”
Sofia
dan Raihan justru tidak pergi ke kelas melainkan ke kantin kampus untuk melepas
kerinduan mereka setelah dua hari kemarin tidak bertemu. Jenni yang melihat
tingkah keduanya hanya bisa geleng geleng kepala saja.
Jenni
kembali menelusuri koridor kampus untuk bisa sampai ke kelasnya. Tapi dari arah
belakang tiba tiba ada seorang laki laki yang dengan sengaja menabrak dirinya.
Ini
sontak membuat jenni menjadi marah karena buku buku yang ia bawa jatuh ke
lantai.
“lo
bisa jalan gak sih”
“maaf
mbak gak sengaja. Mbaknya galak amat sih”
Suaranya
terdengar tidak asing di telinga jenni. Sepertinya suara itu merupakan suara
dari sosok yang selama ini dia kenal.
Menoleh
kearah laki laki yang memungut semua buku jenni. Betapa terkejutnya dia bahwa
ternyata itu ikbal
“ikbal”
“iya
ini gue”
Tanpa
basa basi jenni langsung memeluk ikbal melepas kerinduannya tersebut. Semua
orang melihat kearah mereka.
“jen.
Orang orang pada liatin kita nih”
“biarin”
“jen.
Lepas dulu dong. Hey”
“gamau.
Nanti ngilang lagi”
“udah
gak akan ngilang kok”
Jenni
melepaskan pelukannya kepada ikbal dan mulai merengek seperti ingin di manja
oleh ikbal. Ingin meluapkan semua kerinduannya yang selama ini ia pendam
sendiri.
“lo
jahat banget sih. Pergi gak bilang bilang”
“ya
kan sekarang gue udah balik”
“eh.
Tapi kenapa lo tau gue kuliah disini?”
“gue
udah seminggu yang lalu pindah ke kampus ini. Dan juga selama seminggu ini gue
selalu perhatiin lo”
“tapi
lo kok gak nyamperin gue? Jahat banget sih”
“ya
mana mungkin gue nyamperin lo. Sedangkan lo lagi deket sama kakak tingkat. Iya
kan?”
“udah
jangan sotoy. Kakak tingkat yang mana? Kak reno?”
“ya
mana gue tau”
“yaudah
kita pergi yuk ke danau biasanya kita kesana. Gue bakalan jelasin semuanya”
“gak
mau ah. Gue ada kuliah hari ini” ikbal menggoda jenni
“yaudah
gimana kalau selesai kuliah”
“gak
bisa juga. Lagi sibuk” terus menggoda
“ikbal
kok gitu sih..” jenni mulai cemberut
“iya
iya nanti kita ke danau. Udah jangan ngambek dong”
Sore
itu keduanya berjalan menyusuri danau tempat pertama kali mereka kembali dekat
setelah sebelumnya ada prahara besar dalam hubungan mereka. Duduk di tepi danau
dan menikmati pemandangan yang begitu indah.
“oh
iya. Gue lupa. Kak reno itu”
“iya
gue tau dia suka sama lo. Tapi lo nolak dia kan”
“kok
tau?”
“iya
kan gue detektif”
“ihhhh..nyebelin
banget sih” memukul manja ikbal
“tapi
bal, lo masih sama tau”
“sama
gimana?”
“tetep
nyaman gue peluk”
“dasar”
ikbal kembali mengacak acak rambut Jenni. Ini membuat jenni merasakan apa yang
selama ini di rindukannya.
“tapi
lo beda sekarang tau”
“beda
gimana?”
“sekarang
lo bisa bikin gue makin cinta”
“ikbal”
Mereka
kembali berpelukan dan menikmati indahnya nuansa sore di pinggir danau yang
memberikan sejuta kenangan bagi mereka berdua.
Memang
benar, cinta tahu kemana arahnya!
Cintalah
yang membawa orang yang kita sayangi kembali. Tanpa harus di paksa apalagi
merendahkan diri kita.
Semuanya
hanya masalah waktu. Jenni dan ikbal kembali menyatukan hati mereka dan memulai
semuanya dari awal lagi. Setiap kerikil permasalahan dalam hubungan saat ini
bisa mereka atasi dengan baik. Sebab, kedewasaan diantara keduanya mampu
membuat mereka merasakan cinta yang sesungguhnya.
;;;;;;;;;;;; Selesai ;;;;;;;;;;;
Posting Komentar untuk "Cinta Tahu Kemana Arahnya"